Blog Archive

Friday, May 5, 2017

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar



Nama                           : Lailatus Syarifah
NIM                            : 933803915
Mata Kuliah                : Hadits 3
Dosen Pengampu        :Qoidatul Marhumah, M. Th.I

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
A.    Hadis 1
عَنْ أَبِى سَعِيْدِ الْخُدْرِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ(رواه مسلم)
B.     Terjemah
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : “saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda :”siapa saja diantara kalian melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mampu rubahlah dengan hatinya, dan itu adalah paling lemahnya iman.” (HR. Muslim)[1]
           
            Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim. Hadis ini sebagai pokok atau dasar syari’at dalam mengubah suatu kemungkaran. Oleh karena itu para ulama menganggapnya sebagai salah satu hadis yang termasuk poros agama, sampai-sampai dinyatakan bahwa kedudukannya setara dengan setengah dari syari’at, bahkan ditegaskan sebagai inti  ajaran islam. Karena islam hanya mengandung dua hal: pertama, makruf yang wajib diperintahkan; dan kedua, mungkar yang wajib diingkari atau dilarang.
C.     Kosa kata
Melihat            : رَأَى
Kemungkaran  : مُنْكَرًا 
Mengubah        :  غَيَّرَ
Lemah              : ضَعِيْفٌ
D.    Penjelasan
Kemungkaran itu jangan didiamkan saja merajalela. Bila diperingatkan dengan perbuatan agar terhenti kemungkaran tadi seketika itu juga. Bila tidak sanggup maka dengan lisan (dengan nasihat, peringatan,atau perkataan yang sopan dan santun), sekalipun ini agak lambat perubahannya. Tetapi kalau masih juga, maka cukuplah hati kita tidak ikut-ikut menyetujui kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu tanda bahwa iman kita sangat lemah sekali, karena dengan hati itu hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, edangkan dengan perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat untuk kita dan masyarakat umum, sehingga kemungkaran itu tidak terus merajalela.

E.     Hadis 2
عَنْ حُدَيْفَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِأَوْ لَيُوْ شِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْ نَهُ فَلَا يُسْتَجَا بُ لَكُمْ .(رواه الترمذى)
F.      Terjemah
Dari Hudzaifah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda :”demi zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seharusnyalah kalian menyuruh untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Jika tidak, sungguh Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, kemudian kamu berdoa kepada-Nya, tetapi ia tidak mengabulkan doamu.” (HR.Tirmidziy)[2]

Derajat hadis ini hasan berkat beberapa syahid (riwayat penguat0 yang dimilikinya. At-Tirmidzi meriwayatkan hadis ini dengan sanad dha’if, karena didalamnya terdapat ‘Abdullah bin Abdurrahman al-Anshari, seorang yang berstatus maqbul (hanya diterima periwayatannya) dalam mutaba’ah (riwayat penyerta). Namun hadis ini memiliki dua syahid dari ibnu Umar sebagaimana diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath juga dari Abu Hurairah sekalipun disorot kedua sanadnya namun  masih bisa dipertimbangkan. Jadi, dengan keberadaan dua  syahid tersebut, derajad hadis Hudzaifah ini menjadi hasan.
G.    Kosa kata
Jiwa           :   نَفْسٌ
Perintah     :  اَمَرَ
Cegah        :  يَنْهَى
Siksa         :  عِقَابٌ 
H.    Kandungan Hadis
·         Kewajiban menegakkan Amar Ma’ruf  Nahi Mungkar .
·         Amar Ma’ruf Nahi Mungkar merupakan benteng keamanan dari murka dan sisi Allah.
·         Balasan bagi tindakan mengabaikan  Amar Ma’ruf Nahi Mungkar adalah tidak terkabulnya do’a.
·         Dampak buruk dan bencana akibat suatu kemungkaran tidak hanya menimpa pelakunya, tetapi juga menimpa orang lain.




1.       Achmd Sunarto,Terjemah  Riyadhus Shalihin (Jakarta: Pustaka Amani, 1999)212
[2] Syaikh Salim bin ‘ied al hilali, Syarah Riyadhus Shalihin jilid 1, terj: abdul ghoffar(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2003)

No comments:

Post a Comment