BERPIKIR DALAM
PERSPEKTIF AL-QUR’AN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Psikologi
Dosen Pengampu :Qoidatul Marhummah M.Th.I.
KELOMPOK 11:
1.
FERINE
ARTAMEFITRIA ADHITAMA (933411916)
2.
DWI INTAN
PRAMESTI ROSA (933410216)
3.
NANING SANIYATUL
HANIYAH (933411816)
4.
ULFATUL AZIZAH (933411316)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
TAHUN 2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada Penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun pokok
bahasan yang dikaji dalam makalah ini adalah tentang ”BERFIKIR” yang
bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Tafsir Psikologi.Dalam
penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak yang turut berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian makalah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Qoidatul Marhummah. M.Th.I.
Selaku Dosen Pembimbing yang telah setia memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan selama
penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa/i teman sejawat yang turut memberikan dukungan baik berupa materil
maupun moril.Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
berbagai kekurangan dan kesilapan baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian yang bersifat
membangun yang bisa menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi penulis untuk
kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca sekalian umumnya dan bagi penulis khususnya.
Kediri,
Maret 2017
Penulis,
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................... 1
DAFTAR
ISI ................................................................................. 2
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ......................................................................... 3
B. Rumusan
Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan
Penulisan....................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Berpikir.................................................................... 5
B. Macam-macam
Berpikir............................................................ 5
C. Bagaimana berpikir dalam perspektif dalam Al-Quran............. 6
D. Langkah-langkah berpikir dalam mengatasi masalah................ 7
E. penelitian eksperimental.......................................................... 10
F. beberapa kekeliruan berpikir ................................................... 12
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dan
hewan sama-sama mempunyai kemampuan persepsi indrawi.Akan tetapi, manusia
berbeda dengan hewan berkat akal yang dianugerahkan Allah SWT.Kepadanya serta
kemampuan berpikir yang membuat manusia dapat mengkaji dan meneliti berbagai perkara
dan peristiwa, menarik kesimpulan secara induktif, serta membuat kesimpulan
secara deduktif.Kemampuan manusia untuk berpikir inilah yang menjadikannya
pantas melaksanakan tugas ibadah serta memikul tanggung jawab ikhtiar dan
kehendak.Itulah yang membuat manusia layak mengemban kekhalifanan di bumi.
Informasi-informasi
yang diperoleh anak melalui persepsi indrawi pada fase pertama kehidupannya
membentuk bahan yang selanjutnya ia pergunakan dalam berpikir. Ia akan
mendapatkan informasi-informasi itu dalam memorinya, membayangkan
informasi-informasi itu, memperbandingkan satu sama lain, menyusunnya dengan
cara baru yang akan membantunya dalam menyikap informasi-informasi baru.
Informasi-informasi baru yang dapat dicapai manusia melalui proses berpikir itu
akan dipadukan dengan simpanan informasi-informasi terdahulu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian berpikir?
2.
Sebutkan
dan jelaskan macam-macam berpikir?
3.
Bagaimana
berpikir dalam perspektif Al-Quran?
4.
Bagaimana
langkah-langkah berpikir dalam mengatasi masalah?
5.
Bagaimana
penelitian eksperimental?
6.
Sebutkan
beberapa kekeliruan berpikir?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian berpikir.
2.
Mengetahui
macam-macam berpikir.
3.
Mengetahui
bagaimana berpikir dalam perspektif dalam Al-Quran/
4.
Mengetahui
langkah-langkah berpikir dalam mengatasi masalah.
5.
Mengetahui
penelitian eksperimental.
6.
Mengetahui
kekeliruan berpikir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Berpikir
Suatu kegiatan mental yang
melibatkan kerja otak. Akan tetapi fikiran manusia, walaupun tidak bisa
dipisahkan dari aktifitas kerja otak lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan
berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan diri pada
objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya
dalam fikiran kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek
tersebut.Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami atau
mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan,
menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan
melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada. Membuat analisis dan sintesis menalar
atau menarik kesimpulan dan premis-premis yang ada, menimbang dan memutuskan.
B.
Macam-macam Berpikir
1.
Berpikir
Deduktif
Merupakan
sifat deduksi. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses
berfikir (penalar) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada , menuju
proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Contoh:
semua
manusia akan mati (kesimpulan umum),
Socrates
adalah manusia (kesimpulan khusus)
Jadi,
Socrates akan mati ( kesimpulan deduksi)
2.
Berpikir
Induktif
Artinya
bersifat induksi. Merupakan proses berpikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan .berpikir
induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang
ada di sekitarnya. Contoh:
Seorang
guru mengadakan eksperimen-eksperimen menanam biji-bijian bersama
murid-muridnya; jagung ditaman tumbuh keatas; kacang tanah ditanam, tumbuhnya
keatas pula; kacang merah ditanam dengan mata lembaganya disebelah bawah
tumbuhnya keatas pula; biji-biji yang lain demikian pula. Kesimpulannya: semua
batang tanaman, tumbuhnya keatas mencari sinar matahari.
3.
Berpikir
Evaluatif
Ialah berpikir
kritis, menilai baik buruknya,tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir
evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan.Kita menilainya menurut
kriteria tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya berfikir itu
antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut,
situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi,
pengalamn-pengalaman orang tersebut serta bagaimana intelegensi orang itu.
C.
Berpikir Dalam Perspektif Al-Qur’an
Secara
terus-menerus, manusia akan melakukan proses penyusunan informasi-informasi
lama serta menyingkap informasi-informasi dan hakikat-hakikat yang baru. Hal
ini merupakan dasar perkembangan penelitian ilmiah sepanjang masa sejarah yang
berbeda.Hal ini juga merupakan sebab terjadinya kemajuan yang berkesinambungan
dalam ilmu-ilmu murni dan terapan.Secara jelas, al-qur’an mengajak manusia
untuk berpikir. Allah swt berfirman:
قُلْ
إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ
تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُم مِّن جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَّكُم
بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ -٤٦
Artinya: “ katakanlah sesungguhnya aku hendak memperingatkan kalian
dengan suatu hal saja, yaitu supaya kalian menghadap allah (dengan ikhlas)
berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kalian menerungkan. (QS.Saba’
34:46).”
Allah swt
mendorong manusia untuk memikirkan alam, memperhatikan fenomena-fenomena alam
yang beragam serta merenenungkan keindahan ciptaan-ciptaan-Nya dan keterpaduan
sistem-Nya.Allah swt juga mendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan
tentang hukum-hukum Allah disemua bidang ilmu pengetahuan yang beragam.Dorongan
untuk mengadakan observasi, berpikir, meneliti, dan memperoleh ilmu tersebut,
kita temukan itu pada banyak tempat pada al-qur’an. Allah berfirman:
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ -٢٠
Artinya; “ katakanlah, berjalanlah kalian di bumi, lalu
perhatikanlah bagaimana Dia memulai penciptaan kemudian allah menjadikannya
sekali lagi.sesungguhnya allah maha kuasa atas segala sesuatu. (QS.Al-Ankabut
29:20).”
D.
Langkah-langkah Berpikir dalam Mengatasi Masalah
Dalam kehidupan
manusia akan ditemui banyak masalah yang perlu diatasi. Setiap pertanyaan yang
ditujukan manusia kepada dirinya dan ia tidak mengetahui jawabannya dipandang
sebagai masalah. Manusia dituntut untuk menjawab banyak situasi yang dianggap
sebagai masalah. Masalah itu timbul manakala manausia mempunyai tujuan tertentu
yang ingin diwujudkannya, tetapi ia tidak mengetahui cara yang dapat ditempuh
untuk menggapai tujuan itu. Kita dapat meringkas langkah-langkah berfikir dalam
mengatasi masalah sebagai berikut:
1.
Merasakan
adanya masalah
Berpikir
dimulai ketika manusia merasa ada masalah yang berkaitan dengan dirinya.
Manusia akan merasakan sebuah motivasi kuat yang mendorongya untuk mengatasi
masalah tersebut untuk mencapai tujuan yang ingin direalisasikannya. Merasakan
adanya masalah adalah langkah awal dalam proses berfikir.
2.
Mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan objek masalah
Ketika
merasakan ada masalah, seseorang akan memeriksa objek masalah dari berbagai
aspek supaya bisa dipahami dengan baik. Ia akan mengumpulkan semua informasi
dan data yang berkaitan dengan masalah itu. Ia juga akan memeriksa semua
informasi dan data itu untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya atau
ketidaksesuaiannya dengan objek masalah. Informasi dan data yang sesuai akan di
pakai, sedangkan yang tidak sesuai akan dijauhkan. Semua informasi dan data
yang sesuai dengan objek masalah itu akan membantu memperjelas, memahami, dan
membatasi masalah dengan akurat. Hal ini dipersiapkan untuk membuat
hipotesis-hipotesis dalam memecahkan masalah itu.
3.
Membuat
hipotesis
Pada
saat mengumpulkan berbagai informasi dan data yang berhubungan dengan objek
permasalahan, terbetiklah didalam benak seseorang beberapa kemungkinan
pemecahan masalah atau beberapa hipotesis.Hipotesis adalah pemecahan yang di
usulkan untuk mengatasi masalah.
4.
Menguji
hipotesis
Tatkala
seseorang menyusun hipotesis untuk mengatasi suatu masalah, ia akan menguji dan
mempertanyakan hipotesis tersebut sesuai dengan informasi dan data yang ada.
Ini di maksudkan untuk mempertegas kesesuaiaan dan kecocokan dalam penyelesaian
masalah.Adakalanya hipotesis yang di buat tidak cocok dan tidak sesuai dengan
beberapa informasi dan kenyataan tentang objek masalah. Jika demikian, ia akan
menyingkirkan hipotesis tersebut. Sesudah itu, ia akan menyusun hipotesis baru
seraya menguji dan mempertanyakan, sebagaimana yang di lakukan pada hipotesis
pertama. Terkadang hipotesis tersebut juga di singkirkan. Proses ini terus
berlanjut sampai ia menemukan hipotesis yang dapat diterima serta sesuai dengan
informasi dan kenyataan objek masalah. Selain itu, tentunya sesuai juga untuk
memecahkan masalah tersebut.
5.
Memverifikasikan
kebenaran hipotesis
Setelah
menyingkirkan hipotesis yang tidak sesuai dan memperoleh hipotesis yang sesuai
untuk memecahkan masalah, seseorang akan menghimpun data-data lainnya dan mengadakan
observasi atau eksperimen untuk meyakinkan hipotesis tersebut.
Al-quran
membantu kita dengan memberikan contoh yang jelas prihal langkah-langkah yang
mesti dijalani dalam proses berfikir untuk memecahkan berbagai masalah. Contoh
tersebut dapat kita temukan pada kisah Ibrahim a.s. dan metode yang ditempuhnya
dalam berfikir untuk sampai pada pengetahuan tentang tuhan yang maha agung lagi
maha kuasa yang telah menciptakan alam semesta.
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَاماً آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ
وَقَوْمَكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ -٧٤- وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ -٧٥- فَلَمَّا جَنَّ
عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَـذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا
أُحِبُّ الآفِلِينَ -٧٦- فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغاً قَالَ هَـذَا رَبِّي
فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ
الضَّالِّينَ -٧٧- فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَـذَا رَبِّي هَـذَا
أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
-٧٨- إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
حَنِيفاً وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ -٧٩-
Artinya
: “ Dan (ingatlah) ketika ibrahim berkata kepada bapaknya, azar, ‘apakah engkau
menjadikan berbala-bala sebagai tuban-tuban? sesungguhnya aku melihat engkau
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. ‘dan demikianlah kami memperlihatkan
kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) subaya
Ibrahim termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap,
dilihatnya bintang, dia berkata, ‘ inilah tuhanku’ namun tatkala bintang itu
tenggelam, dia berkata, ‘ Aku tidak menyukai yang tenggelam.’ Kemudian tatkala
dia melihat bulan terbit, dia berkata, ‘inilah tuhanku.’Namun, tatkala bulan
itu terbenam, dia berkata, ‘sungguh jika Rabb-ku tidak memberi aku pentunjuk
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.’Kemudian tatkala dia melihat
matahari terbit, dia berkata, ‘inilah tuhanku.ini lebih besar.Namun, tatkala
matahari itu terbenam, dia berkata, ‘hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kalian persekutukan.’Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada
(Tuhan) yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang
benar dan tidaklah aku termasuk orang-orang musyrik.
E.
Penelitian Eksperimental
Kita temukan juga dalam Al-Quran
dasar-daar metodelogi penelitian eksperimen untuk memverifikasikan keshahihan
informasi serta untuk mencapai pengetahuan yang pasti berkenaan dengan
permasalahan yang sedang diteliti.Al-Quran tak hanya mengajak kita untuk
mengadakan observasi, kontemplasi, dan penelitian tentang berbagai fenomena
alam, tetapi juga memberi kita dua contoh nyata berhubungan dengan penelitian
eskperimental.
وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِـي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن
قَالَ بَلَى وَلَـكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ
الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ
جُزْءاً ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْياً وَاعْلَمْ أَنَّ اللّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ -٢٦٠
Artinya: Dan (ingatlah) ketika
Ibrahim berkata, ‘Rabbi, perlihatkanlah kepadaku, bagaimana engkau menghidupkan
orang-orang mati. ‘ allah berfirman, ‘apakah kamu belum yakin?’ Ibrahim
menjawab, ‘benar saya menyakininya, akan tetapi supaya hatiku tetap mantap
(dalam keimanan). (QS.Al-baqarah:260).
Allah SWT tak menolak permohonan
Ibrahim a.s yang ingin melihat eksperimen nyata mengenai bagaiman dia
menghidupkan orang mati.Oleh karena itu, Allah mengabulkan permohonannya.
Al-Quran mengemukakan pula peristiwa lain yang menepis keraguan qalbu seseorang
bani Israil berkenaan dengan kebangkitan. Hal itu terjadi melalui penyaksian
secara nyata dan actual yang menunjukkan proses kebangkitan. Al-Quran juga
mengisyaratkan keharusan pembuktian dengan dalil dan bukti dalam setiap klaim
rasional yang di buat manusia.
Demikian pula
Al-Quran mengisyaratkan keharusan pembuktian dengan dalil indrawi melalui
observasi atau ekperimen.Al-Quran telah mengkritik orang-orang yang mengatakan
bahwa malaikat adalah perempuan.Al-Quran meminta bukti indrawi yang mendukung
kebenaran ucapan mereka. Bimbingan illahiah akan perlunya pembuktian dan
pentingnya keyakinan melalui observasi ini telah meletakan dasar yang
dipergunakan dalam penelitian eksperimental dikalangan para cendekiawan. Hal
ini kemudian ditiru oleh para sarjana barat pada saat munculnya kebangkitan
ilmu pengetahuan modern di Eropa.
F.
Beberapa Kekeliruan Berfikir
Sesunguhnya
pemikiran itu memiliki peluang untuk salah.Kadang-kadang pemikiran itu
menghaapi beberapa kendala yang dapat membuat pemikiran itu menyimpang dari
jalan lurus serta meghalanginya sampai pada kebenaran. Apabila manusia
tertimbun oleh banyak kendala berfikir, pikirannya akan mengalami staknasi.
Akibatnya, ia pun tidak sanggup untuk menerima ide-ide dan pemikiran baru.
Jika manusia
sampai pada kondisi tersebut, cara berfikirnya pun menjadi kehilangan nilai
dalam kehidupannya. Manusia tak lagi di pandang menunaikan tugas alamiahnya,
yaitu membedakan antara yang hak dan batil dan antara yang baik dan buruk,
menyingkap berbagai hakikat, meraih ilmu pengetahuan, memajukan manusia ke
berbagai tingkatan kemajuan dan kesempurnaan.Jika pemikiran manusia tidak
berfungsi dan mengalami staknasi, manusiapun menjadi kehilangan keunggulan
mendasar dan membedakannya dari binatang, bahkan manusia dapat menjadi seperti
binatang atau lebih sesat lagi.
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ
يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
سَبِيلاً -٤٤
Artinya; “Ataukah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar
atau memahami? Tiadalah mereka itu melainkan seperti hewan ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya,’’ (QS Al-Furqon:44).
Al-Quran menggambarkan kejumudan (stagnasi) berfikir itu dengan
ungkapan penguncian, penyegelan, dan penutupan hati. Beberapa faktor-faktor
yang menghalangi berfikir dan menyebabkan kejumudan berfikir adalah:
1.
Berpegang
pada pemikiran-pemikiran lama
Berpegang pada pemikiran-pemikiran
lama serta pada tradisi dan kebiasaan merupakan fase terpenting yang
menyebabkan kejumudan berfikir serta keengganan menerima pemikiran-pemikiran
baru yang ada di hadapannya.Biasanya, manusia cenderung berpegang pada
pemikiran-pemikiran yang sudah akrab dengannya, dan juga pada
kebiasaan-kebiasaan yang sudah berlaku dan diterima.
Menghilangankan kebiasaan dan
pemikiran pemikiran lama pada manusia memerlukan tingkat kegigihan, dan tekat
yang kuat.Demikian pula kemampuan merenungkan berbagai persoalan dalam kerangka
berfikir analitis dan bebeas menilai yang memungkinkan manusia dapat membedakan
kebeneran dan kebatilan, bukanlah persoalan yang mudah bagi kebanyakan manusia.
Al- qur’an telah menerangkan banyak manusia semua (sejarah yang berpegang pada
keyakinan dan peribadahan luhur mereka. Akibat nya mereka tidak dapat
merenungkan keyakinan tauhid yang diserukan pada nabi dan rosul dengan pikiran
yang bebas dari segala ikatan kebiasaan, tradisi kebiasaan dan pemikiran
lama.Taklid kepada leluhur dan serta berpegang pada pemikiran, kebiasaan, dan
tradisi mereka merupakan beberapa faktor penting yang menyebabkan kejumudan
berfikir.Hal itu menyebabkan mereka untuk menanggalkan semua itu serta menerima
agama tauhid yang didakwakan pada nabi dan rosul kepada mereka.
قَالُواْ
أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا وَتَكُونَ لَكُمَا
الْكِبْرِيَاء فِي الأَرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ -٧٨-
Artinya; “ mereka berkata, ‘ Apakah kamu dating kepada kami untuk
memalingkan kami dari apa yang kami dapati dilakukan oleh para leluhur kami. (QS.
Yunus:78).
2.
Ketakcukupan
data
Tidaklah mudah
bagi manusia untuk berfikir secara valid tentang suatu permasalahan tanpa
memiliki data yang cukup dan informasi penting yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang difikirkan pemikirannya tidak akan sampai pada
konklusi yang benar.
Manusia
berbeda-beda dalam hal mengikuti kaida-kaidah logika yang benar dalam berfikir,
berdebat, serta dalam mengeluarkan berbagai pemikiran dan keputusan. Dalam
mengemukakan pikiran atau mengeluarkan keputusan, para ulama, filosof, dan
orang-orang yang memiliki kecerdasan akan berupaya keras menghindari kesalahan
yang timbul karena tak memiliki dali-dalil yang jelas yang dapat dijadikan
sandaran dalam mengeluarkan pemikiran dan keputusan. Sebaliknya kebanyakan
orang tidak terbiasa mengikuti kaidah-kaidah logika yang benar dalam
berpikir.Akibatnya, mereka seringkali tergesa-gesa dalam mengemukakan pemikiran
tentang berbagai persoalan tanpa memiliki data-data yang cukup.Mereka juga
acapkali mengeluarkan berbagai keputusan sebelum terhimpun fakta-fakta yang
jelas, yang dapat memperkuat validitas keputusan yang mereka keluarkan.
Tidak
ditemukamnya data, informasi, dan fakta yang mencukupi merupakan faktor yang
menyebabkan banyaknya kesalahan berfikir dikalangan manusia.Al-quran telah
mengisyaratkan pentingnya mengetahui permasalahan supaya dapat sampai pada
kebenaran tentang permasalahan tersebut.Al-quran melarang kita berbicara dan
mengemukakan pemikiran tentang perkara-perkara yang tak kita miliki
ilmunya.Sama halnya, Al-quran melarang kita mengikuti pendapat dan pemikiran
yang kita dengar tanpa memiliki pengetahuan tentangnya serta tanpa dalil dan
bukti yang kebenarannya jelas.
وَلاَ تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً -٣٦
Artinya; “ Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, pengelihatan, dan hati, semua itu akna dimintai pertanggung
jawaban”. (QS Al-Isra’ :36).
3.
Bias
emosi dan perasaan
Segala kecenderungan, motivasi, emosi, dan perasaan manusia akan
memberikan pengaruh kepada pemikirannya dan membuatnya terjebak pada
kesalahan-kesalahan parsialistik. Beberapa studi eksperimen modern dalam bidang
psikologi telah mengungkapkan terjadinya kesalahn berpikir sebagai akibat bias
emosi dan perasaan.
Salah satu eksperimen tersebut menyodorkan beberapa bukti
silogistik pada sejumlah mahasiswa.Mereka diminta untuk menjelaskan suatu
konklusi yang dianggap logis dari dua buah premis dalam silogisme.Separuh bukti
silogistik ini berhubungan dengan berbagai persoalan hidup yang biasa,
sedangkan separuhnya lagi berhubungan dengan persoalan-persoalan yang biasanya
memengaruhi emosi. Kesimpulan eksperimen tersebut antara lain membuktikan bahwa
semua mahasiswa terjebak dalam sejumlah kesalahan berkaitan dengan bukti-bukti
memengaruhi emosi. Kesalahan itu lebih banyak daripada kesalahan yang mereka
buat pada bukti-bukti lain yang biasa dan tidak memengaruhi emosi. Kesimpulan
eksperimen tersebut menjelaskan bahwa kondisi emosional dan persaan kita
berpengaruh terhadap pemikiran kita serta cenderung menimbulkan bias dan
jebakan kesalahan dalam membuat keputusan.
Al-Quran telah mengisyaratkan pengaruh hawa nafsu terhadap manusia
serat penyimpangan berfikir yang ditimbulkan dalam menentukan sikap yang
benar.Akibatnya, ia menjadi tersesat dan tidak dapat membedakan antara
kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan keburukan, serta petunjuk dan kesesatan.
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ
فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ
هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ -٥٠
Artinya: “akan tetapi, jika mereka tidak memberiksn jawaban kepada
kamu, maka ketahuilah, sesungguhnya mereka hanya memperturutkan hawa nafsu
mereka. Dan siapakah yang lebih sesat ketimbang orang yang memperturutkan hawa
nafsunya tanpa dasar petunjuk dari Allah.Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang dzalim.” (Q.S Al-Qashas: 50).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengertian Berpikir yaitu suatu
kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.Berpikir juga berarti berjerih payah
secara mental untuk memahami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang
dihadapi.Membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dan
premis-premis yang ada, menimbang dan memutuskan.Macam-macam Berpikir :Berpikir
Deduktif, Berpikir Induktif, Berpikir Evaluatif. Adapun langkah-langkah
berfikir dalam mengatasi masalah sebagai berikut:Merasakan adanya masalah, Mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan objek masalah, Membuat hipotesis. Hipotesis
adalah pemecahan yang di usulkan untuk mengatasi masalah.,Menguji hipotesis, Memverifikasikan
kebenaran hipotesis.
DAFTAR
PUSTAKA
Najati, Muhammad Usman. 2005. Psikologi dalam Al-Qur’an. Bandung:
Pustaka Setia.