Blog Archive

Friday, May 5, 2017

Motif-motif Perilaku menurut Al-Qur’an



Motif-motif Perilaku menurut Al-Qur’an

Motif adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup. Motif melahirkan perilaku dan mengantarkan serta mengarahkan makhluk hidu pada suatu tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Motif sangat urgent bagi kehidupan manusia, adanya motif mendorong manusia untuk memenuhi kebutuan hidupnya, serta menyempurnakan kekurangan-kekurangan dalam kehidupannya dan melestarikan kehidupannya.
Tema-tema motif didalam al-Qur’an terdiri dari ; a) motif fisiologis yang terdiri dari motif menjaga diri dan motif kelangsungan keturunan. b) motif mental – spiritual yang terdiri dari motif pemilikan, motif permusuhan, motif persaingan, dan motif beragama. c) motif bawah sadar. Kemudian pada bagian ini juga dikemukakan tentang pergulatan antar motif, pengendalian motif, dan penyimpangan motif.
Dalam pandangan Islam, manusia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.  Menurut terminologi al-Qur’an manusia dapat disebut al-Basyar berdasarkan pendekatan aspek biologisnya. Dari sudut ini manusia dilihat sebagai makhluk biologis yang memiliki dorongan primer dan makhluk generatif (berketurunan). Sedangkan dilihat dari fungsi dan potensi yang dimiliknya manusia disebut al-Insan. Konsep ini menggambarkan fungsi manusia sebagai penyandang khalifah Tuhan yang dikaitkan dengan proses penciptaan dan pertumbuhan serta perkembangannya. Kemudian manusia dapat disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut pandang hubungan sosial yang dilakukannya. Manusia pun disebut sebagai al-Ins untuk menggambarkan aspek spiritual yang dimilikinya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusiamerupakan makhluk yang khas yang memiliki berbagai potensi yang dapatmemengaruhi perilaku mereka.
1.         Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Manusia
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Di antaranya ada yang yang bersifat biologis yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh. Misalnya saja kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadar air dalam organ tubuh. Ada pula yang bersifat psikologisdan spiritual. Yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting dan lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa. Dari kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua kebutuhan tersebut.


a.        Faktor Biologis
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki motivasi biologis untuk mempertahankan eksistensi diri dan kelangsungan spesies (keturunan). Mereka akan membutuhkan makanan dan minuman untuk dapat bertahan hidup dan melarikan diri ketika melihat musuh yang menakutkan serta membutuhkan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya. Utsman Najati menjelaskan bahwa kebutuhan seksual sangat erat hubungannya dengan kepentingan kelangsunganspesies. Sementara itu kepentingan mempertahankan eksistensi diri dapat terpenuhi melalui kebutuhan yang lainnya. Ketika muncul dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka kebutuhan tersebut akan mendorong manusia melakukan upaya adaptasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian, munculnya perilaku atas dorongan dari kebutuhan ini merupakan suatu keniscayaan bagi manusia sebagai makhluk hidup.
Oleh karena itu, motivasi biologis memiliki pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Rasa lapar mampu membuat manusia merasa lelah sepanjang hidupnya karena mencari sesuap makanan untuk menghilangkan rasa lapar tersebut. Sama halnya dia juga akan merasa lelah ketika terus berusaha menghilangkan rasa takut yang menghantui kehidupannya. Oleh karena itu, manusia tidak akan pernah berhenti memburu rasa aman yang bisa membuat dirinya tenang, tentram dan bahagia. Firman Allah SWT Q.S. Al- Hajj : 5
مِنْ خَلَقْنَاكُمْ فَإِنَّا الْبَعْثِ مِنَ رَيْبٍ كُنْتُمْ كُنْتُمْ النَّاسُ النَّاسُ أَيُّهَا يَا
لَكُمْ لِنُبَيِّنَ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ مُضْغَةٍ مِنْ ثُمَّ عَلَقَةٍ مِنْ ثُمَّ نُطْفَةٍ مِنْ ثُمَّ تُرَابٍ
لِتَبْلُغُوا ثُمَّ طِفْلا نُخْرِجُكُمْ ثُمَّ مُسَمًّى أَجَلٍ إِلَى نَشَاءُ مَا الأرْحَامِ فِي وَنُقِرُّ
يَعْلَمَ لِكَيْلا الْعُمُرِ أَرْذَلِ إِلَى يُرَدُّ مَنْ وَمِنْكُمْ يُتَوَفَّى مَنْ وَمِنْكُمْ أَشُدَّكُمْ
الْمَاءَ الْمَاءَ عَلَيْهَا أَنْزَلْنَا فَإِذَا هَامِدَةً الأرْضَ وَتَرَى شَيْئًا عِلْمٍ بَعْدِ مِنْ
بَهِيجٍ زَوْجٍ كُلِّ مِنْ وَأَنْبَتَتْ وَرَبَتْ
Artinya : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah..”
Di samping itu, motivasi seksual juga merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Motivasi inilah yang memunculkan ketertarikan antara makhluk dengan lawan jenisnya. Berangkat dari ketertarikan antar jenis ini tercipta sebuah keluarga. Keluarga akan menghasilkan anak keturunan yang pada gilirannya akan menciptakan sebuah generasi. Dari siklus seperti ini keberadaan sebuah spesies dapat dipertahankan. Maka dari itu, demi keberlangsungan hidup manusia motivasi seksual merupakan hal tidak dapat dihindari dalam kehidupan mereka.
Pada dasarnya motivasi biologis muncul sebagai akibat tidak adanya keseimbangan organik maupun kimiawi dalam tubuh manusia. Dalam studi ilmu psikologi modern, keseimbangan berbagai unsur dalam tubuh manusia disebut dengan istilah homeostatis. Ketika motivasi itu muncul maka akan mendorong manusia untuk melakukan upaya adaptasi yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhannya. Upaya pemuasan ini bertujuan untuk menyeimbangkan kembali kondisi tubuhnya. Oleh karena itu, Walter Cannon, seorang dokter kebangsaan Amerika berpendapat bahwa tubuh manusia sebenarnya memiliki kecenderungan yang mengarah kepada upaya penyesuaian diri guna mempertahankan tingkat konsentrasi dzat dalam tubuh agar tetap konstan (homeostatis).
Walaupun demikian manusia bukan sekedar makhluk biologis. Kalau sekedar makhluk biologis, mereka tidak berbeda halnya dengan binatang. dalam pandangan Islam, hubungan seksual antara suami dan istri bukanlah sekedar untuk mencari kenikmatan dan kepuasan birahi belaka. Namun hubungan itu lebih bersifat ikatan rasa cinta, kasih sayang, dan kedamaian yang menyebabkan manusia merasa aman dan tentram. Hubungan seksual tersebut dianggap sebagai hubungan kemanusiaan yang sarat dengan ungkapan rasa cinta dan saling menghargai. Islam menyetarakan nilai hubungan seksual dengan sedekah maupun amal shalih. Oleh karena itu, selain dari faktor biologis ini masih terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi perilaku manusia.
b.        Faktor  Sosiopsikologis
Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai faktor sosiopsikologis yang dapat memengaruhi perilaku manusia. Firman Allah SWT. QS. An-nisa : 1
رَقِيبًا عَلَيْكُمْ كَانَ اللَّهَ إِنَّ وَالأرْحَامَ بِهِ تَسَاءَلُونَ الَّذِي اللَّهَ وَاتَّقُوا
Artinya : “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu..”
c.         Faktor Spiritual (ruhani)
Selain motivasi biologis dan sosiopsikologis, manusia jugamemiliki motivasi yang bersifat spiritual. Motivasi ini tidak berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan eksistensi diri atau memelihara kelanggengan spesies. Motivasi spiritual erat hubungannya dengan upaya memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian, motivasi ini juga menjadi kebutuhan pokok manusia. Karena motivasi inilah yang bisa memberikan kepuasan hidup, rasa aman, tentram, dan bahagia.
Di antara beberapa motivasi spiritual yang penting dalamkehidupan manusia adalah motivasi beragama. Dalam bukunya Psikologi Agama, Jalaluddin mengatakan bahwa:
“Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minun, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.”
Oleh sebab itu, dalam pandangan Islam secara fitrah manusia sejak dilahirkan memiliki potensi keberagamaan. Namun potensi ini baru dalam bentuk sederhana, yaitu berupa kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi kepada sesuatu. Allah subhanallahu wa ta’ala telah mengisyaratkan adanya potensi dasar yang dimiliki manusia untuk beragama dalam firman-Nya:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Melalui ayat tersebut Allah subhanallahu wa ta’ala menerangkan bahwa Dia telah mengadakan perjanjian dengan anak keturunan Adam. Allah subhanallahu wa ta’ala mengambil persaksian mereka atas kemahakuasaan-Nya, yakni ketika mereka berada di alam ruh sebelum diciptakan di alam bumi. Oleh karena itu, pada hari kiamat nanti mereka tidak akan bisa mengingkari keesaan Allah. Dengan perkataan lain, ayat ini menerangkan bahwa manusia dilahirkan dengan memiliki kesiapan secara fitrah untuk beragama, mengenal Allah, beriman dan mentauhidkan-Nya.
d.        Faktor Situasional
Perilaku manusia terkadang juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar dirinya. Faktor ini sering disebut sebagai  faktor situasional. Secara garis besar, faktor ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu aspek-aspek objektif dari lingkungan, lingkunganpsikososial dan stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.[22]Aspek-aspek objektif dari lingkungan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang terdiri atas beberapa faktor sebagai berikut:
1)        Faktor ekologis
2)        Faktor desain dan arsitektural
3)        Faktor temporal
4)        Faktor analisis perilaku
5)        Faktor teknologis
6)        Faktor sosial
Sementara faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku manusia terdiri atas sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi dan karakteristik populasi. Dalam organisasi, hubungan antar anggota dan ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok. Besar kecilnya organisasi akan memengaruhi jaringan komunikasi dan sistem pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis memengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu.
Presepsi seseorang tentang lingkungan akan memengaruhi perilakunya dalam lilngkungan itu. Lingkungan lazim disebut dengan iklim. Dalam organisasi, iklim psikososial menunjukkan presepsi orang tentang kebebasan individual, ketetapan pengawasan, kemungkinan kemajuan, dan tingkat keakraban. Dalam studi komunikasi organisasi menunjukkan bagaimana iklim organisasi memengaruhi hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan, atau di antara orang-orang yang menduduki posisi sama. Dalam perkembangannya, kemudian para antropolog memperluas istilah iklim ke dalam masyarakat secara keseluruhan. Sehingga muncullah pendapat bahwa pola-pola kebudayaan yang dominan, ideologi dan nilai dalam presepsi anggota masyarakat mampu memengaruhi perilaku sosial.

No comments:

Post a Comment