Motif-motif Perilaku menurut Al-Qur’an
Motif adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan
aktivitas pada makhluk hidup. Motif melahirkan perilaku dan mengantarkan serta
mengarahkan makhluk hidu pada suatu tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Motif
sangat urgent bagi kehidupan manusia, adanya motif mendorong
manusia untuk memenuhi kebutuan hidupnya, serta menyempurnakan
kekurangan-kekurangan dalam kehidupannya dan melestarikan kehidupannya.
Tema-tema motif didalam al-Qur’an terdiri dari ; a)
motif fisiologis yang terdiri dari motif menjaga diri dan motif kelangsungan
keturunan. b) motif mental – spiritual yang terdiri dari motif pemilikan, motif
permusuhan, motif persaingan, dan motif beragama. c) motif bawah sadar.
Kemudian pada bagian ini juga dikemukakan tentang pergulatan antar motif,
pengendalian motif, dan penyimpangan motif.
Dalam pandangan Islam, manusia dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Menurut terminologi al-Qur’an manusia dapat
disebut al-Basyar berdasarkan pendekatan aspek
biologisnya. Dari sudut ini manusia dilihat sebagai makhluk biologis yang
memiliki dorongan primer dan makhluk generatif (berketurunan). Sedangkan
dilihat dari fungsi dan potensi yang dimiliknya manusia disebut al-Insan.
Konsep ini menggambarkan fungsi manusia sebagai penyandang khalifah Tuhan
yang dikaitkan dengan proses penciptaan dan pertumbuhan serta perkembangannya. Kemudian
manusia dapat disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut
pandang hubungan sosial yang dilakukannya. Manusia pun disebut sebagai al-Ins untuk
menggambarkan aspek spiritual yang dimilikinya. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa manusiamerupakan makhluk yang khas
yang memiliki berbagai potensi yang dapatmemengaruhi perilaku
mereka.
1. Faktor-faktor
yang Memengaruhi Perilaku Manusia
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Di antaranya
ada yang yang bersifat biologis yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh.
Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul untuk memelihara keseimbangan organik
dan kimiawi tubuh. Misalnya saja kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadar
air dalam organ tubuh. Ada pula yang bersifat psikologisdan
spiritual. Yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting dan
lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa. Dari
kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi
yang mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua
kebutuhan tersebut.
a. Faktor
Biologis
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki motivasi
biologis untuk mempertahankan eksistensi diri dan kelangsungan spesies (keturunan).
Mereka akan membutuhkan makanan dan minuman untuk dapat bertahan hidup dan
melarikan diri ketika melihat musuh yang menakutkan serta membutuhkan lawan
jenis untuk kegiatan reproduktifnya. Utsman Najati menjelaskan bahwa
kebutuhan seksual sangat erat hubungannya dengan kepentingan kelangsunganspesies.
Sementara itu kepentingan mempertahankan eksistensi diri dapat terpenuhi
melalui kebutuhan yang lainnya. Ketika muncul dorongan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, maka kebutuhan tersebut akan mendorong manusia melakukan
upaya adaptasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan
demikian, munculnya perilaku atas dorongan dari kebutuhan ini merupakan suatu
keniscayaan bagi manusia sebagai makhluk hidup.
Oleh karena itu, motivasi biologis memiliki
pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Rasa lapar mampu membuat
manusia merasa lelah sepanjang hidupnya karena mencari sesuap makanan untuk
menghilangkan rasa lapar tersebut. Sama halnya dia juga akan merasa lelah
ketika terus berusaha menghilangkan rasa takut yang menghantui kehidupannya.
Oleh karena itu, manusia tidak akan pernah berhenti memburu rasa aman yang bisa
membuat dirinya tenang, tentram dan bahagia. Firman Allah SWT Q.S. Al- Hajj : 5
مِنْ
خَلَقْنَاكُمْ فَإِنَّا الْبَعْثِ مِنَ رَيْبٍ كُنْتُمْ كُنْتُمْ النَّاسُ النَّاسُ أَيُّهَا يَا
لَكُمْ لِنُبَيِّنَ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ مُضْغَةٍ مِنْ
ثُمَّ عَلَقَةٍ مِنْ ثُمَّ نُطْفَةٍ مِنْ ثُمَّ
تُرَابٍ
لِتَبْلُغُوا ثُمَّ
طِفْلا نُخْرِجُكُمْ ثُمَّ مُسَمًّى أَجَلٍ إِلَى
نَشَاءُ مَا الأرْحَامِ فِي وَنُقِرُّ
يَعْلَمَ لِكَيْلا الْعُمُرِ أَرْذَلِ إِلَى
يُرَدُّ مَنْ وَمِنْكُمْ يُتَوَفَّى مَنْ وَمِنْكُمْ أَشُدَّكُمْ
الْمَاءَ الْمَاءَ عَلَيْهَا أَنْزَلْنَا فَإِذَا
هَامِدَةً الأرْضَ وَتَرَى شَيْئًا عِلْمٍ
بَعْدِ مِنْ
بَهِيجٍ زَوْجٍ
كُلِّ مِنْ وَأَنْبَتَتْ وَرَبَتْ
Artinya : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah..”
Di samping itu, motivasi seksual juga merupakan
hal yang penting dalam kehidupan manusia. Motivasi inilah yang memunculkan
ketertarikan antara makhluk dengan lawan jenisnya. Berangkat dari ketertarikan
antar jenis ini tercipta sebuah keluarga. Keluarga akan menghasilkan anak
keturunan yang pada gilirannya akan menciptakan sebuah generasi. Dari siklus
seperti ini keberadaan sebuah spesies dapat dipertahankan. Maka dari itu, demi
keberlangsungan hidup manusia motivasi seksual merupakan hal tidak dapat
dihindari dalam kehidupan mereka.
Pada dasarnya motivasi biologis muncul sebagai akibat
tidak adanya keseimbangan organik maupun kimiawi dalam tubuh manusia. Dalam
studi ilmu psikologi modern, keseimbangan berbagai unsur dalam tubuh manusia
disebut dengan istilah homeostatis. Ketika motivasi itu muncul maka
akan mendorong manusia untuk melakukan upaya adaptasi yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhannya. Upaya pemuasan ini bertujuan untuk menyeimbangkan
kembali kondisi tubuhnya. Oleh karena itu, Walter Cannon, seorang dokter
kebangsaan Amerika berpendapat bahwa tubuh manusia sebenarnya memiliki
kecenderungan yang mengarah kepada upaya penyesuaian diri guna mempertahankan
tingkat konsentrasi dzat dalam tubuh agar tetap konstan (homeostatis).
Walaupun demikian manusia bukan sekedar makhluk
biologis. Kalau sekedar makhluk biologis, mereka tidak berbeda halnya dengan
binatang. dalam pandangan Islam, hubungan seksual antara suami dan istri
bukanlah sekedar untuk mencari kenikmatan dan kepuasan birahi belaka. Namun
hubungan itu lebih bersifat ikatan rasa cinta, kasih sayang, dan kedamaian yang
menyebabkan manusia merasa aman dan tentram. Hubungan seksual tersebut dianggap
sebagai hubungan kemanusiaan yang sarat dengan ungkapan rasa cinta dan saling
menghargai. Islam menyetarakan nilai hubungan seksual dengan sedekah maupun
amal shalih. Oleh karena itu, selain dari faktor biologis ini masih
terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi perilaku manusia.
b. Faktor Sosiopsikologis
Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh
beberapa karakteristik yang memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik
ini sering disebut sebagai faktor sosiopsikologis yang dapat
memengaruhi perilaku manusia. Firman Allah SWT. QS. An-nisa : 1
رَقِيبًا عَلَيْكُمْ كَانَ
اللَّهَ إِنَّ وَالأرْحَامَ بِهِ تَسَاءَلُونَ الَّذِي
اللَّهَ وَاتَّقُوا
Artinya :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu..”
c. Faktor
Spiritual (ruhani)
Selain motivasi biologis dan sosiopsikologis,
manusia jugamemiliki motivasi yang bersifat spiritual. Motivasi ini tidak
berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan eksistensi diri atau memelihara
kelanggengan spesies. Motivasi spiritual erat hubungannya dengan upaya memenuhi
kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian, motivasi ini juga menjadi kebutuhan
pokok manusia. Karena motivasi inilah yang bisa memberikan kepuasan hidup, rasa
aman, tentram, dan bahagia.
Di antara beberapa motivasi spiritual yang penting
dalamkehidupan manusia adalah motivasi beragama. Dalam bukunya Psikologi
Agama, Jalaluddin mengatakan bahwa:
“Hampir
seluruh ahli ilmu jiwa sependapat bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan
dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minun, pakaian
ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil hasil riset dan
observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam
keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi
kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan.
Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan
untuk mencintai dan dicintai Tuhan.”
Oleh sebab itu, dalam pandangan Islam secara fitrah
manusia sejak dilahirkan memiliki potensi keberagamaan. Namun potensi ini baru
dalam bentuk sederhana, yaitu berupa kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi
kepada sesuatu. Allah subhanallahu wa ta’ala telah
mengisyaratkan adanya potensi dasar yang dimiliki manusia untuk
beragama dalam firman-Nya:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.”
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Melalui ayat tersebut Allah subhanallahu wa
ta’ala menerangkan bahwa Dia telah mengadakan perjanjian dengan anak
keturunan Adam. Allah subhanallahu wa ta’ala mengambil
persaksian mereka atas kemahakuasaan-Nya, yakni ketika mereka berada di alam
ruh sebelum diciptakan di alam bumi. Oleh karena itu, pada hari kiamat nanti
mereka tidak akan bisa mengingkari keesaan Allah. Dengan perkataan lain, ayat
ini menerangkan bahwa manusia dilahirkan dengan memiliki kesiapan secara fitrah
untuk beragama, mengenal Allah, beriman dan mentauhidkan-Nya.
d. Faktor
Situasional
Perilaku manusia terkadang juga dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berada di luar dirinya. Faktor ini sering
disebut sebagai faktor situasional. Secara garis besar, faktor ini dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu aspek-aspek objektif dari lingkungan,
lingkunganpsikososial dan stimuli yang mendorong dan memperteguh
perilaku.[22]Aspek-aspek objektif dari lingkungan yang
dapat memengaruhi perilaku seseorang terdiri atas beberapa faktor sebagai
berikut:
1) Faktor ekologis
2) Faktor
desain dan arsitektural
3) Faktor
temporal
4) Faktor
analisis perilaku
5) Faktor
teknologis
6) Faktor
sosial
Sementara faktor-faktor sosial yang memengaruhi
perilaku manusia terdiri atas sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu
masyarakat, struktur kelompok dan organisasi dan karakteristik populasi. Dalam
organisasi, hubungan antar anggota dan ketua diatur oleh sistem peranan dan
norma-norma kelompok. Besar kecilnya organisasi akan memengaruhi jaringan
komunikasi dan sistem pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti
usia, kecerdasan, karakteristik biologis memengaruhi pola-pola perilaku
anggota-anggota populasi itu.
Presepsi seseorang tentang lingkungan akan memengaruhi
perilakunya dalam lilngkungan itu. Lingkungan lazim disebut dengan iklim. Dalam
organisasi, iklim psikososial menunjukkan presepsi orang tentang kebebasan
individual, ketetapan pengawasan, kemungkinan kemajuan, dan tingkat keakraban.
Dalam studi komunikasi organisasi menunjukkan bagaimana iklim organisasi
memengaruhi hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan, atau di antara
orang-orang yang menduduki posisi sama. Dalam perkembangannya, kemudian para
antropolog memperluas istilah iklim ke dalam masyarakat secara keseluruhan.
Sehingga muncullah pendapat bahwa pola-pola kebudayaan yang dominan, ideologi
dan nilai dalam presepsi anggota masyarakat mampu memengaruhi perilaku sosial.
No comments:
Post a Comment