PERSANGKAAN
HAMBA KEPADA ALLAH SWT.
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
“Hadits
4”
DosenPengampu
Oleh :
MIFTAHUL
ROHMAH (933200114)
JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU
SOSIAL
PRODI ILMU
HADIST
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai persangkaan hamba pada Allah. Artinya,
jika seorang hamba bertaubat dengan taubatan nashuha (yang tulus), maka Allah
akan menerima taubatnya. Jika dia yakin do’anya akan dikabulkan, maka Allah
akan mudah mengabulkan. Berbeda jika kondisinya sudah putus asa dan sudah
berburuk sangka pada Allah sejak awal.
Husnuzhon pada Allah, itulah
yang diajarkan pada kita dalam do’a. Ketika kita berdo’a pada Allah
kita harus yakin bahwa do’a kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab
terkabulnya do’a dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya
do’a. Karena ingatlah bahwasanya do’a itu begitu ampuh jika seseorang
berhusnuzhon pada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghofir/ Al Mu’min: 60)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي
قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي
وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah:
186)
Dari dasar Al-Qur’an dapat dilihat bahwa
husnudzan pada Allah SWT adalah awal untuk kebaikan kehidupan seorang umat.
Keikhlasan, ketulusan, dan kesungguhan dalam niat berdoanya dapat dilihat
keampuhannya dengan husnudzan kepada Allah SWT. Lalu, untuk memperjelas
pemahaman tentang “Persangkaan Hamba Kepada Allah” maka akan saya jelaskan
dengan pemahaman sebuah hadits.
Rumusan Masalah
1. Apa makna persangkaan hamba kepada
Allah?
2. Hadits mana yang dapat dijadikan pemahaman?
3. Bagaimana jika seorang hamba memiliki
husnudzan maupun suudzan kepada Allah?
4. Adakah persangkaan itu berlaku dimasa
sekarang?
BAB
II
PEMBAHASAN
أبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي
فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ
ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ
تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ
إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Hadits abu hurairah r.a. ia berkata rasulullah
saw.bersabda: "Allah berfirman: 'Aku berada pada sangkaan
hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada
dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu
kaum, maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya, dan jika
ia mendekat kepada-Ku satu jengkalmaka Aku mendekat padanya satu hasta, jika ia
mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat padanya satu depa, jika ia datang
kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan
berlari." [1]
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah
selalu bersama kita, bukan berarti kekuasaan Allah terbatas pada hamba-Nya,
tentunya kekusasaan Allah jauh melaupaui apa yang ada. Hadits ini memotivasi
kita untuk selalu mengingat Allah, dan selalu melaksanakan kebaikan, karena
sesuai dengan hadits di atas, bahwa Allah tidak akan membalas perbuatan baik
hambanya dengan balasan yang sama, akan tetapi Allah akan membalasnya dengan
balasan yang lebih dari itu.
Sebagaiman firman-Nya dalam surah an-Nisa' ayat 40:
… bÎ)ur à7s? ZpuZ|¡ym $ygøÿÏ軟ÒムÅV÷sãƒur `ÏB çm÷Rà$©! #·ô_r& $VJŠÏàtã ÇÍÉÈ
"… dan jika ada kebaikan sebesar zarrah,
niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang
besar".
Tidaklah sama antara balasan Allah dengan
balasan hamba-Nya, dan masih banyak ayat lain yang memotivasi manusia untuk
selalu berbuat baik, karena sesungguhnya Allah akan melipat gandakan
balasannya. Oleh karena itu, berbaik sangka kepada Allah adalah jalan yang
terbaik untuk kita, karena Allah memang yang maha mengetahui apa yang terbaik
buat hambanya.
1. Berbaik sangka kepada Allah
Beragam peristiwa dalam hidup ini yang
terkadang menggiring seseorang terjebak dalam kondisi selalu berada dalam
perasaan susah, sempit, gagal, tidak dihargai, dikucilkan, ditolak, tidak
pantas dan sebagainya. Hakikat semua itu adalah manifestasi dari buruk sangka
terhadap Allah.
Orang mukmin yang shalih tidak selayaknya
memiliki sifat tersebut, apalagi memeliharanya di dasar hati, karena itu adalah
sifat tercela yang sangat dimurkai Allah. Yang harus dimiliki setiap mukmin
adalah sifat baik sangka pada Allah dalam segala urusan.
إن حسن الظن بالله من حسن العبادة
"Sesungguhnya berprasangka baik pada
Allah adalah termasuk sebaik-baiknya ibadah” (HR. Abu Daud)
Berbaik sangka kepada Allah adalah anggapan
kita kepadaNya, bahwa segala sesuatu yang telah kita terima adalah
anugerah terbaik dariNya. Allah adalah Maha Penyayang yang kasih sayangNya
melebihi kasih sayang ibu kita. Allah Maha Tahu akan bisikan hajat hati nurani
kita. Allah Maha Pemberi tanpa harus kita memintaNya. Allah Maha Mendengar
keluhan setiap problema hidup kita yang sedang kita hadapi. Allah tidak
pernah tidur dari memperhatikan keadaan hidup kita.
Sungguh, berprasangka baik terhadap Allah
adalah jalan lurus menuju kedamaian hidup kita, ketenangan jiwa kita,
ketentraman batin kita. Karena dengan berbaik sangka, manusia akan terbebas
dari gangguan pikiran yang telah membebani jiwanya, mengotori nuraninya,
membuat lelah fisiknya.
Prasangka kita adalah cermin dari realita yang
akan terjadi di kemudian hari, jika ia baik sangka maka baik pula realita yang
akan kita jumpai. Tetapi jika ia buruk sangka, maka buruk pula realita yang
akan kita jumpai. Karena Allah akan selalu mengikuti prasangka hamba
terhadap- Nya.
انا عند حسنِ ظنِّ
عبدي بي فليظنْ بِي ما يشاَء
Artinya: Aku menuruti prasangka hambaku terhadapKu, maka
silahkan untuk berprasangka sesuai apa yang dikehendaki. (Ad-Darimi)
Maksudnya ialah apa yang menjadi sangkaan hamba-Nya,
Allah akan bersama dengan hamba-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa berbuat sangka
itu dapat terjadi karena disertai dengan kebaikan. Dan sesungguhnya orang yang
baik dan berbaik sangka kepada Allah, ia akan mendapatkan balasan dari Allah, dan Allah tidak akan
mengingkari janji-Nya, dan akan menerima tobat hamba-Nya.
أنا عند ظن عبدي بي فإن ظن بي خيرا فله الخير
فلا تظنوا بالله إلا خيرا
Artinya: Aku menuruti prasangka hamba terhadapKu, jika
Ia berprasangka baik terhadapKu, maka baginya kebaikan, maka jangan
berprasangka terhadap Allah kecuali kebaikan.( Bukhori )[2]
Dengan berbaik sangka kepada Allah, akan
melahirkan energi positif yang besar, sehingga beban yang berat akan
berubah menjadi ringan, problema yang sulit akan mudah teratasi. Dengan berbaik
sangka kepada Allah, akan melahirkan iman yang kuat, sehingga kegamangan hidup
akan berubah menjadi sebuah kedamaian yang tiada batas, keyakinan yang tidak
tercampur keraguan di dalamnya.
Dengan berbaik sangka kepada Allah, akan
melahirkan keridhaan dan ampunan Allah, sehingga hidup ini selalu berada
dibawah naungan rahmatNya.
Berbaik sangka kepada Allah, sejatinya tidak
mengenal ruang, waktu, dan peristiwa. Kapanpun, di manapun, disetiap kejadiaan
apapun, mewajibkan kita untuk selalu bersikap baik sangka (husnu dzan)
kepada Allah. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam wasiat
menjelang ajal beliau,
لَا يَمُوتَنَّ
أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Artinya: Janganlah salah satu diantara kalian
mati, kecuali berprasangka baik terhadap Allah. (Muslim)[3]
Detik-detik saat kita tertimpa musibah berat
yang menyesakkan dada kita, kita pun harus yakin bahwa musibah itu datang untuk
mengingatkan kelalain kita, Ia maha penyayang yang sabar memenggil kita untuk
kembali meniti jalanNya. Detik-detik saat kita berada pada posisi kehidupan
yang begitu sulit, yakinlah bahwa pada setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Ketika kita di ambang pintu keputus asaan, yakinlah bahwa rahmat dan kasih
sayang Allah begitu luas, melebihi luasnya langit dan bumi.
Oleh karena itu, marilah kita selalu
berprasangka baik kepada Allah, sebagai wujud penghambaan diri kita kepadaNya,
bukti kesungguhan iman kita kepadaNya, bukti kepasrahan diri kita dalam segala
urusan, baik yang sifatnya duniawi maupun ukhrowi. Dan tidak layak bagi kita
untuk berburuk sangka kepada Allah, karena Dia adalah Dzat maha sempurna, tiada
celah kekurangan bagiNya, segala urusan adalah milikNya dan kelak akan kembali
kepadaNya.
2. Buruk sangka kepada Allah
Menduga-duga tentang
pemberian Allah, terutama bersangka buruk kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya
adalah perbuatan dosa. Seorang hamba dilarang menduga bahwa Allah telah
mengurangi kasih sayang dan pemberian-Nya, karena sesuatu bencana yang sedang
dialami oleh hambaNya.
Seorang hamba
hendaklah dapat merasakan pemberian Allah sebagai anugerah, maka ia pun harus
dapat merasakan cobaan dari Allah itu juga suatu anugerah kasih sayang dari
Allah Swt. Manusia sebagai hamba Allah dalam menjalankan hidupnya di dunia ini
hendaklah jauh dari prasangka buruk kepada Allah,
agar jiwanya tidak risau dan tertimpa penyakit yang dapat menegangkan syaraf.
Ia harus berprasangka baik (husnudzan) kepada Maha Pencipta. la harus
penuh keyakian bahwa Allah Ta’ala Maha Ada dan Maha Pemelihara. Allah telah
membagi rahmat-Nya kepada manusia sesuai dengan rencana Allah.
la harus melihat
pemberian Allah dengan mata rohaninya, sehingga mampu merasakan kekayaan rohani
yang dimilikinya itu adalah pemberian Allah. Keselamatan, kesehatan,
ketenangan, keyakinan iman dan banyak lagi lainnya adalah kekayaan rohani yang
sangat mahal harganya. Semua anugerah ini menunjukkan bahwasanya Allah Swt.
tidak pernah melupakan hamba-hamba-Nya, apalagi hamba-hamba yang penuh ketaatan
kepada-Nya. Hanya para hamba sendirilah yang sedikit sekali bersyukur kepada
Allah. Allah Ta’ala tidak pernah melupakan hamba-hamba-Nya, manusialah yang
lupa kepada Penciptanya.
Bagaimana pula tentang perasangka orang-orang
yang melakukan dosa-dosa besar dan melakukan kedzoliman kepada hak-hak Allah,
dan selalu melakukan apa yang telah dilarang Allah, mereka mengatakan "
kami selalu berbaik sangka kepada Allah, tentu Allah tidak akan menyiksa
orang-orang yang selalu berbuat zholim dan fasiq". Ini adalah pemahaman
yang keliru dan menyimpang dari yang telah disebutkan tadi, kalaulah pemahaman
ini yang diperpegangi, tentu saja setiap orang akan melakukan apa yang mereka
kehendaki dan mengabaikan apa yang telah di wajibkan atas mereka.
Bagaimana mungkin orang bisa berbaik sangka
kepada Allah, kalau ia menuduh Allah kepada hal-hal yang tidak baik. Allah
berfirman kepada orang-orang yang meragukan tentang hubungan Allah dengan
makhluknya:
ö/ä3Ï9ºsŒur â/ä3–Ysß “Ï%©!$# OçG^uZsß ö/ä3În/tÎ/ ö/ä31yŠö‘r& NçGóst6ô¹r'sù z`ÏiBz`ƒÎŽÅ£»sƒø:$# ÇËÌÈ
"Dan yang demikian itu adalah prasangkamu
yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, Maka
jadilah kamu Termasuk orang-orang yang merugi."
Mereka mengira bahwa Allah tidak tidak
mengetahui apa-apa yang mereka ketahui. Ini adalah buruk sangka mereka terhadap
Allah, ini adalah keadaan yang mengingkari sifat kesempurnaan Allah serta
keagungan-Nya, dan ia menyifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak patut bagiNya. Bila orang-orang
seperti ini menganggap bahwa mereka akan masuk surga, maka sangkaan itu
adalah tipuan belaka yang timbul dari nafsunya sendiri.[4]
Orang-orang yang mau berpikir
sejernih-jernihnya tentang hal ini, tentu ia mengetahui bahwa berbaik sangka
kepada Allah adalah salah satu amal kebaikan bagi dirinya sendiri. Sebagaimana
Hasan Al-Basri berkata: "orang mukmin yang berbaik
sangka kepada tuhannya, maka ia senantiasa akan melakukan amal kebaikan".[5]
Akibat dari buruk sangka
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا
وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا إِخْوَانًا
Dari nabi saw. Bersabda:
jauhilah prasangka, karena prasangka (menuduh tanpa dasar) itu adalah
sedusta-dusta perkataan. Jangan kalian saling mendengki, saling memata-matai
dan saling membenci. Namun jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Bukhori)
Maksud sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan zhann (persangkaan)
di sini adalah, "Keraguan yang ditanamkan kepadamu oleh seseorang tentang suatu
hal, lalu kamu menganggapnya sebagai kebenaran dan memutuskan berdasarkan zhann
itu. Dan dikatakan juga ia bermakna, "Jauhilah oleh kalian su'uzhan
(prasangka buruk)." [6]
Banyaknya akibat dari buruk sangka antara lain :
o Dapat
mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.
o Merupakan
indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin.
o Merupakan
salah satu perangai orang munafiq.
o Merupakan
penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji.
o Mewariskan
kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah subhanahu wata’ala dan
di hadapan manusia.
o Salah
satu petunjuk akan lemahnya iman.
o Indikasi
atas ketidakpercayaan terhadap diri sendiri.
Perlu untuk kita ketahui bersama, berprasangka
buruk kepada Allah secara umum dapat terjadi pada
tiga hal, yaitu:
1. Berprasangka bahwa Allah akan melestarikan kebatilan dan
menumbangkan al haq (kebenaran). Hal ini sebagaimana
persangkaan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. Allah berfirman :
ö@t/ ÷LäêYoYsß br& `©9 |=Î=s)Ztƒ ãAqß™§9$#tbqãZÏB÷sßJø9$#ur #’n<Î) öNÎgŠÎ=÷dr& #Y‰t/r& šÆÎiƒã—uršÏ9ºsŒ ’Îû öNä3Î/qè=è% óOçF^oYsßur Æsß Ïäöq¡¡9$# óOçFZà2ur$JBöqs% #Y‘qç/ ÇÊËÈ
" Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan
orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka
selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu
persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi
kaum yang binasa." (Q.S. Al-Fath:
12)
Perbuatan seperti ini
tidak pantas ditujukan pada Allah karena tidak sesuai dengan hikmah Allah
janji-Nya yang benar. Inilah prasangka orang-orang kafir dan Neraka Wail-lah
tempat mereka kembali.
2.
Mengingkari Qadha’ dan Qadar Allah yaitu menyatakan bahwa ada
sesuatu yang terjadi di alam ini yang di luar kehendak Allah dan taqdir Allah.
3.
Mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Oleh karena itu, hendaklah kita berbaik
sangka kepada orang lain, karena sesuai dengan
hadits-hadits diatas, bahwa berbaik sangka itu, dapat menjauhkan kita
dari hal-hal yang buruk dan mewujudkan kerukunan. Selayaknya pula
orang yang mendengar suatu ucapan kemudian dia tidak paham maksudnya atau tidak
bisa mencernanya, hendaknya dia jangan langsung berburuk sangka. Namun bertanya
kepada yang bersangkutan (si pengucap); Apa sebenarnya maksud dari ucapan
tersebut agar segalanya menjadi jelas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul baqi, M.
Fuad, Al-Lu’Lu’ wal Marjan, Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2008
Al-Qardhawi,Yusuf, Halal
dan Haram,Jakarta: Rabbani Press, 2000
Itani, M. Khalil, Wasiat
Rasulullah Buat Lelaki, Solo: AQWAM, 2007
Al-Jauziyah, Ibnu
Qayyim, Ad-Da' Wal Dawa', Jakarta: Pustaka Amani, 1996
No comments:
Post a Comment