Blog Archive

Thursday, April 27, 2017

Silaturrahim Nama : Nurkholis Nim : 933802715



Nama              : Nurkholis
Nim                 : 933802715
Matkul            : Hadits 3

Silaturrahim
Marilah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala. Takwa yang juga dapat mengantarkan kita pada kebaikan hubungan dengan sesama manusia, terutama  sesama muslim agar semakin kokoh kekuatan agama kita. Silaturrahim sendiri dibagi menjadi beberapa tingkatan, yang berhubungan dengan nasab, dengan tetangga, dan sesama muslim.
Terkait hubungan nasab, ada hak-hak yang harus kita penuhi berdasarkan tingkatannya. Menjaga hubungan baik dengan kerabat ada haknya, akan tetapi haknya saudara mahram lebih kuat dibandingkan haknya kerabat atau handa taulan. Dan haknya orangtua lebih kuat dari pada haknya saudara mahram.
Menurut rukun bertetangga ada haknya juga bergantung jarak dekat atau jauhnya, tetangga yang dekat haknya lebih kuat dibandingkan yang jauh. Akan tetapi tetangga yang masih ada nasab lebih diutamakan haknya dibandingkan tetangga yang tidak ada nasabnya.
Untuk hak sesama muslim, kita perlu juga untuk menjaganya bukan malah mencari dalih lain untuk menghindarnya dengan berpedoman tak kenal maka tak sayang.
Silaturrahim adalah menyambung kembali tali hubungan yang sempat terputus antar keluarga, saudara, atau kerabat karena ada sebab-sebab tertentu yang membuat jarak diantara keduanya. Bisa dikarenakan karena jarak tempat  yang menyebabkan kita jarang berjumpa sehingga perlu ada kunjungan untuk merekatkannya atau bisa dikarenakan ada suatu problem perpecahan atau pertengkaran.
Banyak cara untuk menyambung tali silaturahim. Misalnya dengan cara saling berziarah (berkunjung), saling memberi hadiah, atau dengan pemberian yang lain. Sambunglah silaturahim itu dengan berlemah lembut, berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang sudah dikenal manusia dalam membangun silaturahim. Dengan silaturahim, pahala yang besar akan diproleh dari Allah Azza wa Jalla. Silaturahim menyebabkan seseorang bisa masuk ke dalam surga. Silaturahim juga menyebabkan seorang hamba tidak akan putus hubungan dengan Allah di dunia dan akhirat.
Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ الرَّجُلُ فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ : إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur panjang dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim.”(Muttafaqun ‘Alaih)
Nabi saw. Juga bersabda:

الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ
Ar-Rahim itu tergantung di ‘arsy, ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya.”(Muttafaqun ‘Alaih)
Nabi saw.juga bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang yang menyambung silaturrahim itu bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturrahim ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.”(muttafaqun ‘alaih)
Begitu pula firman Alloh:
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّار
“Orang-orang yang merusak janji Alloh setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Alloh perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan dibumi, Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (jahannam). (Ar-ra’d /13:25)
Oleh karena itu, tetap sambungkanlah tali silaturahim. Berhati-hatilah dari memutuskannya. Masing-masing kita akan datang menghadap Allah dengan membawa pahala bagi orang yang menyambung tali silaturahim. Atau ia menghadap dengan membawa dosa bagi orang yang memutus tali silaturahim. Marilah kita memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

No comments:

Post a Comment