MOTIF-MOTIF PERILAKU MENURUT AL-QUR’AN
Disusun gunamemenuhitugasmatakuliah
“Tafsir
Psikologi”
Dosen Pengampu:
Qoidatul
Marhumah, M.Th.I
DisusunOleh :
Anis Muflikhatur Rosidah (933400416)
Naila Laily Elsa Ardiani (933401216)
Dhesy Noer Laily (933401516)
Naily Jazilatut Taqiyyah (933401816)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
KELAS D
JURUSAN USHULUDDIN
STAINKEDIRI
2017
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Motif
Motif adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup. Motif
melahirkan perilaku dan mengantarkan makhluk hidup pada suatu tujuan atau
tujuan-tujuan tertentu. Motif jugalah yang mendorong makhluk hidup untuk
menyempurnakan kebutuhan-kebutuhannya yang pokok dan penting untuk kehidupan
dan kelestariannya.
Para psikolog
modern mengklasifikasikan motif pada dua bagian pokok. Pertama, motif
fisiologis,[1]
yaitu motif bawaan yang bertalian dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan
kekurangan atau gangguan keseimbangan yang terjadi pada jaringan tubuh. Motif
ini berfungsi mengarahkan perilaku individu pada tujuan-tujuan yang akan
memuaskan kebutuhan tubuhnya. Atau, menutupi kekurangan yang terjadi pada
jaringan tubuh dan mengembalikannya kepada keadaan seimbang seperti sedia kala.
Kedua, motif
psiko-spiritual,[2]
yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan psikologis dan
spiritual manusia.
A.
Motif Fisiologis
Motif fisiologis
adalah motif bawaan yang bertalian dengan kebutuhan fisiologis dan kekurangan/ganguan
keseimbangan yang terjadi pada jaringan tubuh.
Fungsi-fungsi fisiologis ini bertugas merespon kebutuhan-kebutuhan tubuh serta
menutupi segala kekurangan yang bersifat organik atau kimia. Selain itu,
fungsi-fungsi fisiologis juga akan mengatasi segala kerusakkan, gangguan, atau
ketidakseimbangan.
Fungsi-fungsi
fisiologis itu senantiasa bekerja untuk menjaga tubuh pada kadar keseimbangan
tertentu yang vital dan diperlukan untuk menjaga diri dan kelangsungannya. Jika
keseimbangan tubuh ini terganggu (misalnya kekurangan nutrisi dalam darah), di
dalam tubuh akan timbul motif yang diperlukan guna untuk mengembalikan tubuh
pada keseimbangan seperti semula.
Beberapa
penelitian fisiologis modern[3]
mengungkapkan adanya kecenderungan alamiah pada tubuh manusia dan hewan untuk
menjaga keseimbangan pada tingkat yang stabil. Apabila keseimbangan tersebut
terganggu, timbullah motif untuk melakukan aktivitas penyesuaian agar tubuh
kembali pada kondisi yang seimbang seperti sedia kala. Aktivitas penyesuaian
tersebut akan sempurna atas dasar fisiologis semata, bukan karena keinginan
manusia.
Seperti firman Allah SWT dalam QS. Al-Hijr (15) ayat 19
uÚöF{$#ur$yg»tR÷ytB$uZøs)ø9r&ur$ygÏùzÓźuru$uZ÷Fu;/Rr&ur$pkÏù`ÏBÈe@ä.&äóÓx«5brãöq¨BÇÊÒÈ
“Dan Kami telah menghamparkan bumi
dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran.”
1.
Motif
Menjaga Diri
Alloh SWT mengemukakan motif fisiologis yang paling
pentinguntukmenjagadiridankelangsunganindividuseperti: lapar,haus,sakit, dan panas.
Beberapa ayat Al-Qur’an menunjukkanurgensi yang khususuntuktiap-tiap motif
lapardanperasaantakutdalamkehidupanmanusia. Hal ini dikarenakan bahwa lapar dan
takut merupakan dua faktor yangmemilikiefekberbahayadalamkehidupanmanusia.
Seperti
firman Alloh dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 155
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur&äóÓy´Î/z`ÏiBÅ$öqsø:$#Æíqàfø9$#ur<Èø)tRurz`ÏiBÉAºuqøBF{$#ħàÿRF{$#urÏNºtyJ¨W9$#ur3ÌÏe±o0urúïÎÉ9»¢Á9$#ÇÊÎÎÈ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
2.
Motif
Kelangsungan Keturunan
Dalam penciptaan manusia dan hewan, Allah SWT mengharuskan adanya
dua motif fisiologis yang bersifat alamiah yang akan mendorong manusia dan
hewan untuk melakukan dua macam perilaku yang penting dalam rangka menjaga
kelangsungan keturunannya. Kedua motif tersebut adalah:
a.
Motif
libido
Motif libido memiliki fungsi yang penting, yaitu reproduksi untuk
menjaga kelangsungan keturunannya. Dari motif libido ini, terbentuk keluarga,
dan dari keluarga terbentuklah masyarakat dan bangsa. Sehingga bumi menjadi
ramai, bangsa-bangsa saling berkenalan, peradaban berkembang, serta teknologi
bertambah maju.
Seperti
firman Alloh dalam QS. Yasin (36) ayat 36
z`»ysö6ßÏ%©!$#t,n=y{ylºurøF{$#$yg¯=à2$£JÏBàMÎ7/Yè?ÞÚöF{$#ô`ÏBuróOÎgÅ¡àÿRr&$£JÏBurwtbqßJn=ôètÇÌÏÈ
“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
b.
Motif
keibuan
Motif keibuanmerupakan motif alamiah yang
membuatnyasiapuntukmelakukantugasdalambereproduksiuntukmenjagakelangsunganjenis.Seorangibuakanbersabardenganpenuhkerelaandalammerasakanberbagaikesulitansaatmengandungdanmelahirkan.
Ibujugaakanmenyusui,merawatdanmenyayangianaksampaianaktumbuhdansanggupmenjagadirinya
sendiri.
Al-Qur’an telah menunjukkan kesabaran seorang ibu dalam menanggung
penderitaan saat mengandung dan melahirkan. Al-Qur’an juga menggambarkan kasih
saying dan kecintaan seirang ibu terhadap anak-anaknya, kekhawatiran terhadap
mereka, kesedihan lantarann jauh dari mereka, dan kegembiraan karena dekat
dengan mereka. Hal ini diungkapkan Allah dalam kisah Nabi Musa a.s.
Seperti
firman Alloh dalam QS. Al-Qashash (28) ayat 13
çm»tR÷ytsù#n<Î)¾ÏmÏiBé&ös1§s)s?$ygãYøtãwur…. ctóss?zÇÊÌÈ
“Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya,
supaya senang hatinya dan tidak berduka cita…”
B.
Motif Mental-Spiritual
Motif Mental Spiritual adalah motif yang terpautdengan kebutuhan-kebutuhanpsikologisdan
spiritual manusia.Motif
initidakterkaitlangsungdengankebutuhan-kebutuhanfisiologismanusia.Jenis motif
iniadaduamacam, yaitu:[4]
a.
Motif
psikologis
Para psikolog modern menyebut motif inisebagaimotif psikososial. Hal ini dikarenakan motif inimemuaskan
kebutuhan-kebutuhanpsikologis individu, dan tampakdalamperkembangansosialindividusertahasilinteraksisosialdengan
orang lain. Kebanyakan psikolog modern berpandangan bahwa motif psikologis
umumnya diperoleh atas dasar motif fisiologis manusia. Sehingga, mereka tidak
mengingkari adanya unsur-usur alamiah pada motif ini.
b.
Motif
spiritual
Motif spiritual adalah motif yang terkaitdengandimensi spiritual
manusia, seperti motif beragama, berpegangpadaketakwaan, cintapadakebaikan,
kebenaran, dankeadilan, sertabencipadakeburukan, kebatilan, dankezaliman. Akan
tetapi, kebanyakkan psikolog modern tidak mengindahkan jenis motif ini dalam studi-studi
mereka. Hal ini dikarenakan, mereka berkomitmen untuk menerapkan metode ilmiah,
yaitu dengan menggunakan observasi dan eksperimen.
1.
Motif
Pemilikan
Motif Pemilikantermasuk motif psikologis yang
umumnyadipelajariolehmanusiadalamperkembangansosialnya. Manusia akan belajar
dari kebudayaan tempat ia berkembang. Diantarapengalamanpribadimanusiaadalah kecintaannyauntuk
memilikiharta, kekayaantakbergerak, tanah, danproperti yang beragam.Hal
semacamitudapatmemberikan rasa amandarikemiskinan, memperluaspengaruh,
kehormatan, dankekuatan di masyarakat.
Seperti
firman Allah SWT dalam QS. Ali ‘Imran (3) ayat 14
z`ÎiãĨ$¨Z=Ï9=ãmÏNºuqyg¤±9$#ÆÏBÏä!$|¡ÏiY9$#tûüÏZt6ø9$#urÎÏÜ»oYs)ø9$#urÍotsÜZs)ßJø9$#ÆÏBÉ=yd©%!$#ÏpÒÏÿø9$#urÈ@øyø9$#urÏptB§q|¡ßJø9$#ÉO»yè÷RF{$#urÏ^öysø9$#ur3Ï9ºsßì»tFtBÍo4quysø9$#$u÷R9$#(ª!$#ur¼çnyYÏãÚÆó¡ãmÉ>$t«yJø9$#ÇÊÍÈ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[i]
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).”
[i]
Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang
Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
2.
Motif
Permusuhan
Motif
permusuhantampakpadaperilakubermusuhanterhadap orang lain. Motif
inibertujuanmenimpakangangguankepada orang lain, baikpermusuhan yang
bersifatfisikataupun yang bersifat verbal.[5]
Pandanganyang banyakdikemukakanolehparapsikolog modern
sejalandenganapa yang adadalam Al-Qur’an, yang
menyatakanbahwadalampembawaanmanusiaituterdapatkesiapanpadasegalakebaikandankeburukan.Al-Qur’an
telah mengisyaratkan motif permusuhan ini dalam kisah Nabi Adam dan Hawa serta
penyesatan iblis terhadap mereka, sehingga mereka turun dari surga.
$yJßg©9yr'sùß`»sÜø¤±9$#$pk÷]tã$yJßgy_t÷zr'sù$£JÏB$tR%x.ÏmÏù($uZù=è%ur(#qäÜÎ7÷d$#ö/ä3àÒ÷èt/CÙ÷èt7Ï9Arßtã(ö/ä3s9urÎûÇÚöF{$#@s)tGó¡ãBìì»tFtBur4n<Î)&ûüÏmÇÌÏÈ
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari
surga itu[i] dan dikeluarkan dari Keadaan semula[ii] dan Kami berfirman:
"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu
ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan.” (QS.
Al-Baqarah (2) ayat 36).
[i]
Adam dan hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu,
yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun
ke dunia. yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah iblis yang disebut dalam
surat Al Baqarah ayat 34 di atas.
[ii]
Maksud Keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam
surga.
3.
Motif
Persaingan
Persaingantermasuk motif psikologis yang
dipelajarimanusiadarikulturtempatiaberkembang. Pendidikan yang diperolehindividuberfungsiuntukmengarahkannyakepadaaspek-aspek
yang dipandangbaikdalampersaingankarenakemajuannyasesuaidengannilai-nilai yang
dianutmasyarakattempatindividuberkembang. Adakalanya individu belajar
persaingan ekonomi, persaingan politik, persaingan keilmuan, dan sebagainya.
Seperti
firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 148
9e@ä3Ï9urîpygô_Íruqèd$pkÏj9uqãB((#qà)Î7tFó$$sùÏNºuöyø9$#4….ÇÊÍÑÈ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan.”
4.
Motif
Beragama
Motif
beragamaadalah motif psikologis yang memiliki basis
alamiahdalamsifatpenciptaanmanusia.Beberapaayat Al-Qur’an juga menjelaskanbahwa
motif beragamaadalah motif yang bersifatpembawaan. Allah SWT berfirman dalam
QS. Ar-Rum (30) ayat 30:
óOÏ%r'sùy7ygô_urÈûïÏe$#Ï9$ZÿÏZym4|NtôÜÏù«!$#ÓÉL©9$#tsÜsù}¨$¨Z9$#$pkön=tæ4w@Ïö7s?È,ù=yÜÏ9«!$#4Ï9ºsÚúïÏe$!$#ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9urusYò2r&Ĩ$¨Z9$#wtbqßJn=ôètÇÌÉÈ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[i].”
[i]
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara
pengaruh lingkungan.
C.
Motif Bawah Sadar
Kadang-kadang manusia merasakan berbagai keinginan, motif yang
tidak dapat diterima, atau sesuatu yang menimbulkan kegelisahan pada dirinya
lalu ia berupaya untuk menjauhkan hal ini dari cakupan kesadarannya yang
menyebabkan hal tersebut terlempar dalam bawah sadar.
Al-Qur’an telah mengisyaratkan ekspresi bawah sadar melalui jalan
kekeliruan lisan yang mengungkapkan perasaan muak dalam diri lantaran
motif-motif yang berusaha ditutup-tutupi dan disembunyikan manusia. Hal tersebut
termaktub dalam firman Allah SWT dalam QS. Muhammad (47) ayat 29-30
÷Pr&|=Å¡ymúïÏ%©!$#ÎûOÎgÎ/qè=è%íÚt¨Bbr&`©9ylÌøäª!$#öNåks]»tóôÊr&ÇËÒÈöqs9urâä!$t±nSóOßgs3»oY÷uV{OßgtGøùtyèn=sùóOßg»yJÅ¡Î04óOßg¨YsùÌ÷ètGs9urÎûÇ`óss9ÉAöqs)ø9$#4ª!$#urÞOn=÷ètö/ä3n=»yJôãr&ÇÌÉÈ
“Atau Apakah orang-orang yang ada penyakit
dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan Menampakkan kedengkian mereka?. Dan
kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu
benar-benar dapat Mengenal mereka dengan tanda-tandanya. dan kamu benar-benar
akan Mengenal mereka dari kiasan-kiasan Perkataan mereka dan Allah mengetahui
perbuatan-perbuatan kamu.”
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin, Utsman bin Affan r.a,
bahwasanya ia pernah berkata tentang pengertian tersebut bahwa taka da sebuah
rahasia pun yang disembunyikan seseorang, melainkan Allah pasti menampakkan
dalam roman muka dan kekelituan lisannya.[6]
2.
Pergulatan Antarmotif
Apabila beberapa motif manusia berbenturan,
misalnya yang satu menariknya ke arah tertentu dan motif lain menariknya ke
arah yang berlawanan, manusia akan merasa bingung, bimbang, dan tak berdaya
membuat keputusan dengan cara yang mudah.
Kondisi semacam ini dikenal sebagai pergulatan psikologis.
Al-Qur’an menggambarkan kondisi pergulatan psikologis yag diderita
oleh banyak individu yang menyikapi iman dengan sikap bimbang dan ragu.
Sehingga, mereka tidak menghadap kearah keimanan secara total dan tidak juga
menghadap kearah kekufuran secara total, tetapi berdiri diantara keimanan dan
kekufuran dengan sikap bimbang dan tidak sanggup membuat keputusan final dalam
sebuah persoalan. Allah SWT berfirman:
ö@è%(#qããôtRr&`ÏBÂcrß«!$#$tBw$oYãèxÿZtwur$tRÛØttçRur#n?tã$oYÎ/$s)ôãr&y÷èt/øÎ)$uZ1yydª!$#É©9$%x.çmø?uqôgtFó$#ßûüÏÜ»u¤±9$#ÎûÇÚöF{$#tb#uöymÿ¼ã&s!Ò=»ysô¹r&ÿ¼çmtRqããôtn<Î)yßgø9$#$oYÏKø$#3ö@è%cÎ)yèd«!$#uqèd3yßgø9$#($tRóÉDé&urzNÎ=ó¡ä^Ï9Éb>tÏ9úüÏJn=»yèø9$#ÇÐÊÈ
“Katakanlah:
"Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan
kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang[i], sesudah Allah
memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan
di pesawangan yang menakutkan; dalam Keadaan bingung, Dia mempunyai kawan-kawan
yang memanggilnya kepada jalan yang Lurus (dengan mengatakan): "Marilah
ikuti kami". Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah (yang
sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan
semesta alam,”
[i] Maksudnya: syirik.
3.
Pengendalian Motif
Di
dalam Al-Qur’an dan Sunnah tidak ada keterangan yang menganggap motif-motif
tersebut sebagai sesuatu yang kotor, mengingkari motif-motif tersebut, atau
menyuruh membunuh motif-motif tersebut. Akan tetapi, Al-Qur’an maupun hadits
mendorong untuk mengatur pemuasan dorongan-dorongan itu, mengontrol motif-motif
itu, serta mengarahkan motif-motif itu secara benar dengan menperhatikan
kemaslahatan individu dan masyarakat. Dengan demikian, individu dapat
mengendalikan dan mengarahkan motif-motifnya.
Al-Qur’an
mendorong dua macam pengaturan berkaitan dengan pemuasan motif-motif alamiah.
Pertama, melalui cara yang halal dan diperbolehkan syariat. Dalam hal ini
Al-Qur’an melarang kita dari pemuasan motif lapar dengan jalan kasab yang
diharamkan, dan juga beberapa macam makanan tertentu lantaran mengandung
hal-hal yang membahayakan. Kedua, tidak berlebih dalam pemuasan motif-motif
tersebut.
Contoh motif fisiologi
(pengaturan pertama) dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 172
$ygr'¯»túïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=à2`ÏBÏM»t6ÍhsÛ$tBöNä3»oYø%yu(#rãä3ô©$#ur¬!bÎ)óOçFZà2çn$Î)crßç7÷ès?ÇÊÐËÈ
“Hai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Contoh motif fisiologi (pengaturan kedua)
dalam QS. Ar-A’raf (7) ayat 31
*ûÓÍ_t6»ttPy#uä(#räè{ö/ä3tGt^ÎyZÏãÈe@ä.7Éfó¡tB(#qè=à2ur(#qç/uõ°$#urwur(#þqèùÎô£è@4¼çm¯RÎ)w=ÏtätûüÏùÎô£ßJø9$#ÇÌÊÈ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap
(memasuki) mesjid[i], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[ii]. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
[i] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf
keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[ii] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh
tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
4.
Penyimpangan Motif
Apabila
manusia gagal menguasai dan mengontrol motif-motifnya, lalu ia berlebih dalam
memuaskan motif-motif itu dan tenggelam dalam kesenangannya, maka motif-motif
itu telah menyimpang dari tujuan-tujuannya yang hakiki, yaitu menjaga
kesinambungan dan kelangsungan kehidupan individu serta mewujudkan kebaikan
bagi individu dan masyarakat.
Motif
fisiologi yang sering terjadinya penyimpanganadalah motif libido. Al-Qur’an
telah menyebutkan salah satu penyimpangan libido yang banyak terjadi, yaitu
homoseksual yang telah dipraktikkan oleh kaum Nabi Luth. sehingga penyimpangan
seksual pertama kali dalam sejarah manusia terjadi di kalangan kaum Luth. Allah
SWT berfirtman:
$»Ûqä9urøÎ)tA$s%ÿ¾ÏmÏBöqs)Ï9tbqè?ù's?r&spt±Ås»xÿø9$#$tBNä3s)t7y$pkÍ5ô`ÏB7tnr&ÆÏiBtûüÏJn=»yèø9$#ÇÑÉÈöNà6¯RÎ)tbqè?ù'tGs9tA$y_Ìh9$#Zouqöky`ÏiBÂcrßÏä!$|¡ÏiY9$#4ö@t/óOçFRr&×Pöqs%cqèùÌó¡BÇÑÊÈ
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada
kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah itu[i], yang belum pernah dikerjakan oleh
seorangpun (di dunia ini) sebelummu?. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah
kaum yang melampaui batas.”
[i]
Perbuatan faahisyah di sini Ialah: homoseksual sebagaimana diterangkan dalam
ayat 81 berikut.
Kesimpulan
Motif adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada
makhluk hidup. Para psikolog modern mengklasifikasikan motif pada dua bagian
pokok, yaitu motif fisiologis dan motif mental-spritual.
Motif fisiologis adalah motif bawaan yang bertalian dengan kebutuhan
fisiologis dan kekurangan/ganguan keseimbangan yang terjadi pada jaringan tubuh. Motif fisiologis ini terbagi menjadi dua, yaitu motif menjaga
diri dan motif kelangsungan keturunan. Sedangkan motif mental-spiritual adalah
motif yang terpautdengan kebutuhan-kebutuhanpsikologisdan spiritual manusia,
seperti motif pemilikan, motif permusuhan, motif beragama, dan motif
persaingan.
Motif bawah sadar adalah berbagai keinginan, motif yang tidak dapat
diterima, atau sesuatu yang menimbulkan kegelisahan pada dirinya, sehingga ia
berupaya untuk menjauhkan hal itu dari cakupan kesadarannya yang menyebabkan
hal tersebut terlempar dalam bawah sadar.
Pergulatan antarmotif terjadi apabila beberapa motif manusia berbenturan, misalnya
yang satu menariknya ke arah tertentu dan motif lain menariknya ke arah yang
berlawanan. Sehingga membuat manusia tersebut
akan merasabimbang, bingung, dan tak berdaya membuat keputusan dengan cara yang mudah.
Al-Qur’an dan hadits mendorong kita untuk mengatur atau mengontrol
motif-motif tersebut, serta mengarahkan motif-motif tersebut
secara benar dengan menperhatikan kemaslahatan individu dan masyarakat.
Sehingga, individu dapat mengendalikan dan mengarahkan motif-motifnya.
Penyimpangan
motif terjadi apabila manusia gagal menguasai dan mengontrol motif-motifnya,
lalu ia berlebih dalam memuaskan motif-motif tersebut dan tenggelam dalam
kesenangannya. Sehingga tidak dapat menjaga kesinambungan dan kelangsungan
kehidupan individu serta mewujudkan kebaikan bagi individu dan masyarakat.
[1]
Disebut juga motif primer.
[2]
Disebut juga motif sekunder atau motif psiko-sosial atau motif sosial.
[3]
Penelitian tersebut dilakukan oleh W.B. Cannon, seorang fisiolog Amerika, yang
dipublikasikan dalam sebuah buku yang berjudul Hikmatul Badan (Cannon, W.B.,
The Wisdem of the Body. New Yorj: Norton, 1932).
[4]
Drs. M. Zaka Alfarisi psikologi dalam al-qur’an cv pustaka setia bandung 2005
hal 50
[5]
Morris. Charles G :Psychology an Introduction. Edisi ke-3.Englewood
Clifs.New Jersey.1979, hlm. 368-70
[6]Tafsir
Ibnu Katsir, hal. 180.
No comments:
Post a Comment