Blog Archive

Thursday, April 27, 2017

KEPRIBADIAN



KEPRIBADIAN
MAKALAH INI UNTUK MEMENUHI TUGAS TAFSIR PSIKOLOGI
Dosen pengampu :
M.Th.I Qoidatul Marhumah
Kelompok 9 :
Nailal Muna                                      (93341)
Khurriya Alfisana                             (933414616)
Rofi’ul Ikhsan                         (933414716)
Achmad Yusuf Budi W.          (933415316)
JURUSAN USHULUDDIN
PROGAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2016/2017


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah Tafsir tentang Kepribadian ini dengan baik.
            Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah Tafsir tentang Kepribadian ini tidak lain berkat bantuan,dorongan dan bimbingan orang tua,kerabat atau teman-teman kami dan Dosen matakuliah Tafsir Psikologi,sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Ibu Qoidatul Marhumah M.TH.I selaku dosen mata kuliah Tafsir Psikologi yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2.      Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
           Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Tim  penyusun makalah ini menyadari bahwa, makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran kritik dari pembaca sangat diharapkan. Atas saran dan kritikannya, tim penyusun ucapkan terimakasih.

Kediri,13 Maret 2017            

Penyusun                    
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A.    Latar Belakang ............................................................................................1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................................1
C.     Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A.    Pengertian kepribadian ...............................................................................3
B.     Faktor yang membentuk kepribadian manusia ...........................................3
C.     Macam – macam kepribadian manusia ......................................................5
D.    Tafsir surat Al baqarah ayat 13-15 .............................................................7
E.     Tafsir surat Al baqarah ayat 27-28 .............................................................8
F.      Tafsir Surat Al-Hajj ayat 46 .......................................................................9
G.    Tafsir Surat al- Hujurat 1-3........................................................................10
BAB III PENUTUP .............................................................................................12
A.    Kesimpulan ...............................................................................................12
B.     Saran .........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan secara sempurna dengan dibekali akal dan nafsu serta qolbu sebagai sesosok khalifah dimuka bumi ini, karenanya dengan semua bekal tersebut manusia ada kalanya ketika akal fikirannya unggul maka kedudukan manusia akan berada diatas malaikat Allah namun ketika hawa nafsunya yang menjadi raja atas diri manusia kedudukannya tidak lebih dari dibawah hewan.
Diantara akal dan nafsu manusia yang saling bertentangan manusia juga dibekali qolbu sebagai penyeimbang, sehingga baik buruknya qolbu manusia bisa ditentukan oleh perilaku manusia, dari setiap perilaku yang dikerjakan manusia setiap hari akan menghasilkan suatu bentuk kepribadian, dalam kepribadian tersebutlah ciri khas dari manusia akan terlihat.
Dalam Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kurang lebih 14 abad yang lalu kepada nabi Muhammad SAW dalam lembaran ayat-ayatnya telah menjelaskan kepada manusai berbagai macam kepribadian yang tedapat dalam diri manusia, kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga posisi, yaitu kepribadian yang baik atau khasanah, kepribadian yang buruk atau dholalah serta yang terakhir kepribadian yang ada ditengah-tengahnya atau yeng lebih sering kita kenal dengan kepribadian munafik, dalam makalah ini saya dan teman-teman akan membahas sedikit tentang bentuk-bentuk kepribadian manusia yang telah ada dan dijelaskan oleh Al-Quran.


B.      RUMUSAN MASALAH
1.         Apa pengertian kepribadian ?
2.         Apa saja faktor yang membentuk kepribadian manusia ?
3.         Apa saja macam-macam kepribadian manusia ?
4.         Apa tafsir surat al-baqarah ayat 13-15 ?
5.         Apa tafsir surat al-baqarah ayat 27-28 ?
6.         Apa tafsir Surat Al-Hajj ayat 46?
7.         Apa tafsir surat Al-Hujurat ayat 1-3?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian kepribadian.
2.      Untuk mengetahui faktor yang membentuk kepribadian manusia.
3.      Untuk mengetahui macam-macam kepribadian manusia.
4.      Untuk mengetahui tafsir surat al-baqarah ayat 13-15.
5.      Untuk mengetahui tafsir surat al-baqarah ayat 27-28.
6.      Untuk mengetahui tafsir surat Al-Hajj ayat 46.
7.      Untuk mengetahui tafsir surat Al-Hujurat ayat 1-3.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian kepribadian
Kepribadian adalah suatu kesatuan psikis dan fisik yang dinamis dan tergambar dalam diri setiap individu, yang masing-masing berbeda dengan individu lainnya dalam menentukan penyesuain dirinya masing-masing terhadap lingkungannya.
B.       Faktor yang membentuk kepribadian manusia
1.      Aliran nativisme
Aliran nativisme adalah aliran yang berpandangan dengan segala sesuatunya yang ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawah sejak lahir, jadi perkembangan individu ini semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar keturunan
2.      Aliran empirisme
Adalah aliran yang menitikberatkan pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penyebab  timbulnya kepribadian
3.      Aliran korvergensi
Aliran korvergensi berasal dari kata konvergen yang artinya bersifat menuju satu titik pertemuan, artinya aliran ini berpandangan bahwa corak kepribadian ditentukan oleh dasar, bakat, keturunan dan keturunan, aliran ini memiliki hubungan antara faktor pembawaan sejak lahir dan faktor pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, aliran konvegerensi ini mempertemukan teori nativisme dan empirisme, manusia secara pribadi memiliki bakat masing-masing yang dibawahnya sejak lahir (fitrah), yang kemudian karena pengaruh lingkungan, yang sesuai dengan kebutuhan, bakat tadi akan mengalami perkembangan, akan tetapi bakat saja tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan maka perkembangan tersebut juga tidak akan cukup.
Dalam Al-Qur’an klasifikasi manusia yaitu :
1.   Orang-orang yang beriman
2.   Orang-orang yang kafir
3.   Orang-orang yang munafik
Masing-masing dari ketiga pola ini mempunyai sifat utama umum yang membedakannya dari pola yang lain. Klasifikasi manusia berdasarkan Al-Qur’an yakni Aqidah. Aqidah ini seiring dengan dengan tujuan-tujuan al-Qur’an dalam kedudukannya sebagai kitab aqidah dan petunjuk. Selain itu, klasifikasi ini juga mengemukakan tentang pentingnya aqidah dalam membentuk kepribadian manusia, membentuk sifat-sifatnya yang khas, dan mengarahkan tingkah lakunya kesuatu arah tertentu. Klasifikasi ini juga mengisyaratkan bahwa faktor utama dalam menilai kepribadian, menurut al-qur’an ialah Aqidah.
Dari ketiga pola kepribadian ini diurakan Al-Qur’an dengan sifat-sifat khusus yang menjadi ciri masing-masing dan yang membedakan antara satu dangan yang lain. Berikut ini akan dijelaskan sifat-sifat terpenting yang menjadi ciri utama dari masing-masing ketiga pola kepribadian manusia dalam Al-Qur’an tersebut.
1.      Orang-orang Beriman
Orang-orang beriman banyak disebut Allah dalam ayat dalam sebagian besar surah Al-Qur’an. Tingkah laku mereka dalam berbagai bidang kehidupan banyak diuraikan dalam aqidah, ibadah, moral, hubungan dengan orang lain, hubungan kekeluargaan, cinta kepada ilmu pengetahuan, kehidupan praktis, upaya untuk mencari rezki, dan sifat-sifat fisiknya, dalam kpribadian seorang mukmin sifat tersebut tidaklah lepas antara satu sama lainnya, saling berinteraksi dan saling menyempurnakan

2. Orang-orang yang kafir
Orang-orang kafir juga banyak dikemukakan dalam ayat Al-Qur’an. Mereka dijelaskan dengan berbagai sifat utama yang menjadi sosok mereka yang tidak beriman kepada akidah tauhid, kepada para Rasul, kitab-kitab yang diturunkan, hari akhir, kebangkitan kembali, perhitungan, surga, dan neraka. Mereka itu adalah pribadi-pribadi yang pemikirannya tidak mampu memahami realitas tauhid yang diserukan Islam.



3. Orang-orang yang munafik
Sifat-sifat utama kepribadian orang munafik dalam Al-Quran dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Sifat yang berkenaan dengan akidah: mereka tidak mempunyai sikap yang tegas terhadap akidah tauhid.
b. Sifat-sifat yang berkenaan dengan berbagai ibadah: mereka melaksanakan ibadah hanya karena riya, dan dalam mendirikan sholat mereka bermalas-malasan.
c. Sifat-sifat yang berhubungan dengan sosial, mereka menyuruh kemungkaran dan mencegah kebajikan.
d. Sifat-sifat moral, suka mengingkari janji, pembohong, kikir, hedonis dan suka menuruti hawa nafsu.
e. Sifat-sifat emosional: Mereka membenci dan dengki terhadap kaum Muslimin dan takut terhadap kematian.
f. Sifat-sifat intelektual: Mereka ini peragu dan tidak mampu mengambil suatu keputusan dan ketetapan terhadap akidah tauhid

C. Macam-macam Kepribadian Manusia

Kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Kepribadian kemanusiaan (basyariyyah)
Kepribadian kemanusiaan di sini mencakup kepribadian individu dan kepribadian ummah. Kepribadian individu di antaranya melliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan intelektual yang dimiliki masing-masing secara khas sehingga ia berbeda dengan orang lain. Dalam pandangan Islam, manusia memang mempunyai potensi yang berbeda (al-farq al-fardiyyah) yang meliputi aspek fisik dan psikis. Selanjutnya, kepribadian ummah meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai suatu ummah (bangsa/negara) muslim yang meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik ideologi maupun lainnya yang dapat memberikan dampak negatif.
2. Kepribadian samawi (kewahyuan)
Yaitu, corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an, sebagaimana termaktub dalam firman Allah sebagai berikut.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ  .
Artinya:
Dan, bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Q.S. al-An’am [6]: 153)
Itulah beberapa gambaran mengenai psikologi dan kepribadian manusia dalam Al-Qur’an. Tentu gambaran di atas belum sepenuhnya berhasil meng-cover keseluruhan maksud Al-Qur’an mengenai manusia dengan segala kepribadiannya yang sangat kompleks. Sebab, begitu luasnya aspek kepribadian manusia sehingga usaha untuk mengungkap hakikat manusia merupakan pekerjaan yang sukar.
Meskipun demikian, paling tidak penjelasan di atas dapat memberikan gambaran bahwa manusia memiliki dua potensi yang saling berlawanan, yaitu potensi baik dan potensi buruk. Dua potensi ini lantas memilah manusia ke dalam tiga kategori, yaitu mukmin, kafir, dan munafik. Pembinaan kepribadian manusia lewat pendidikan yang baik akan menuntun manusia agar bisa memperkokoh potensi baiknya sehingga ia bisa memaksimalkan tugas utamanya untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di muka bumi. Sebaliknya, pembinaan kepribadian manusia yang kurang maksimal akan memerosokkan manusia ke dalam derajat yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari binatang.
D. Tafsir surat Al baqarah ayat 13-15

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ (13) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ(14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)
Artinya :
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.
Tafsir pada ayat 13 menekankan bahwa beriman yang benar yaitu semua yang diucapkan harus sesuai dengan yang ada dalam hatinya sebagaimana keimanan manusia yang sempurna, indikator kesempurnaan disini adalah menyadari sebagai makhluk Allah yang mesti tunduk dan patuh kepada-NYA. Namun yang terjadi pada orang munafik adalah mereka mengaku meyakini beriman kepada Allah tapi disisi lain mereka berkhianat dan memusuhi orang-orang yang beriman, dan ciri kepribadian manusia yang tidak mempunyai pendirian, selalu berubah-ubah menurut kemauan, situasi kondisi yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, kepribadian tersebut lebih kenal dengan kepribadian fasiq dengan orang yang melakukan kepribadian tersebut disebut orang munafik.
Munafik yaitu mereka yang beriman kepada Allah,  tetapi keimanannnya hanya dimulut saja, sementara hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mu’min walaupun sebenarnya ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. Hati mereka berpenyakit, dan semakin parah penyakitnya karena membuat kerusakan, menambah kebodohan, persekutu dengan setan untuk mengolok-olok orang mu’min. mereka tidak mendapat penerangan dan petunjuk, sehingga senantiasa dalam kegelapan.
Pada ayat 14-15 menekankan kepada penjelasan pada sifat dasar orang munafik yang bermuka dua, apabila ia bertemu dengan orang yang beriman ia mengaku beriman tetapi apabila ia bertemu dengan orang kafir ia juga mengaku kafir.

E. Tafsir surat al baqarah ayat 27-28

الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (٢٧)كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ  (٢٨)

Artinya:
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepadanyalah kamu dikembalikan
Tafsir pada ayat 27 menjelaskan tentang sifat-sifat orang fasik yaitu ada perjanjian antara manusia dengan Allah yakni bahwa mereka mengakui keEsaan Allah, serta ketundukan mereka kepada-Nya. Mereka adalah orang-orang yang mengurai yaitu membatalkan dan melanggar perjanjian mereka dengan Allah pada perjanjian itu sudah demikian kukuh mereka mengurainya sesudah perjanjian diikat teguh dengan diutusnya para nabi dan rasul dengan bukti-bukti keEsaannya.
Tafsir pada ayat 28 yaitu mengingatkan pada orang kafir bahwa sesungguhnya dulu mereka adalah orang yang mati( orang yang tidak ada diduniaaaaa) kemudian dihidupkan dan kemudian kembali kepada-Nya
Ayat yang menjelaskan tentang kepribadian manusia menjelaskan tentang kepribadian kafir, namun pada awal ayat pada bagian ini lebih dulu menjelaskan tentang sifat orang fasiq yang suka melanggar perjanjian serta bermuka dua, kemudian menjelaskan tentang ancaman kepada orang-orang kafir agar mereka (orang kafir) mau berpikir bahwa sesungguhnya mereka tidak berdaya dihadapan Allah SWT.
F. Tafsir Surat Al-Hajj ayat 46
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (46)
Artinya :
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”
            “Apa tidakkah mereka mengembara dibumi.” (pangkal ayat 46). Pangkal ayat ini berupa pertanyaan tetapi isinya ialah anjuran agar mengembara, melawat banyak dimuka bumi, terutama untuk melihat bekas-bekas hukuman Tuhan kepada manusia yang mendurhakai Tuhan. “Lalu ada pada mereka hati yang dapat mereka berfikir dengan dia, atau telinga-telinga yang mereka mendengar dia.” Artinya dalam pengembaraan melihat-lihat dibumi itu, sediakanlah hati dan pasanglah telinga. Dengar apa yang diceritakan orang tentang apa yang dilihat itu, lalu renungkan dalam hati dan ingat kebesaran Tuhan.
“Tetapi sesungguhnya ini bukanlah kebutaan pada penglihatan.” Artinya bukan sedikit orang yang mengembara di muka bumi, namun kebesaran Tuhan tidak kelihatan olehnya, walaupun matanya nyalang. Sebab yang buta bukan mata. “Melainkan kebutaan hati yang ada dalam dada.” (ujung ayat 46). Kalau hati yang buta, dia tidak dapat menerima dan membanding apa yang Nampak oleh mata. Mata dan telinga hanya alat mengontak hati sanubari dengan tempat fakta keliling kita; alam insan, hidup dan pencipta! Karena tiap-tiap pribadi kita, barulah bertumbuh jadi manusia sejati bilamana kontak kita selalu ada dengan empat itu: alam, insan, hidup dan pencipta.
Konsep kepribadian manusia dalam Q.S al-Hajj mengajak manusia agar senantiasa menyeimbangkan antara peranan hati dengan (akal) pengetahuan. Karena, jika manusia bertindak atau melakukan sesuatu apapun hanya mengandalkan akal (pengetahuan) saja, tanpa didasari dengan mata hati, akibatnya butalah hati manusia itu sendiri.
 Manusia, sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Hendaklah ia menggunakan akal dan hatinya dalam bertindak, jangan hanya menggunakan hawa nafsu belaka. Karena manusia telah diberi kelebihan oleh Tuhan yang Maha Esa dengan kemampuan berfikirnya. Maka, hendaklah manusia itu sendiri dapat memperluas wawasannya dengan mencari ilmu, agar terbentuk juga moral yang baik bagi dirinya serta bagi orang lain disekitarnya.

G. Tafsir Surat al- Hujurat 1-3

يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوا لَاتُقَدِّمُوابَيْنَيَدَيِاللَّهِوَرَسُولِهِوَاتَّقُوااللَّهَإِنَّاللَّهَسَمِيعٌعَلِيمٌ (1)
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوالَاتَرْفَعُواأَصْوَاتَكُمْفَوْقَصَوْتِالنَّبِيِّوَلَاتَجْهَرُوالَهُبِالْقَوْلِكَجَهْرِ
بَعْضِكُمْلِبَعْضٍأَن تَحْبَطَأَعْمَالُكُمْوَأَنتُمْلَاتَشْعُرُونَ (2) إِنَّالَّذِينَيَغُضُّونَأَصْو
اتَهُمْعِندَرَسُولِاللَّهِأُوْلَئِكَالَّذِينَامْتَحَنَاللَّهُقُلُوبَهُمْلِلتَّقْوَىلَهُممَّغْفِرَةٌوَأَجْرٌعَظِيمٌ (3)
Artinya:
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul98nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.
3. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
      Firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya”. Yaitu, janganlah kalian tergesa-gesa di dalam berbagai hal sebelum Rasulullah memberi pengarahan, tetapi jadilah kalian semua sebagai pengikutnya dalam semua perkara. Termasuk dalam penetapan hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi”, penggalan ini merupakan etika kedua, yang dengannya Allah mendidik orang-orang beriman agar mereka tidak meninggikan suara mereka dihadapan Rasulullah yang melebihi suaranya, atau bahkan terhadap orang-orang yang terhormat.
Kemudian Allah melarang manusia berkata  kepada Nabi dengan suara keras seperti seorang yang berkata kepada lawan bicaranya dalam adu mulut. Namun, dia harus berkata kepadanya dengan tenang, penuh hormat, dan ta’dzim.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kepribadian menurut psikologi, adalah organisasi dinamis dalam diri individu, sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas, unik, dalam menyesuaikan diri dalam lingkungannya.
Penegasan “ organisasi dinamis menunjukan bahwa kepribadian selalu berkembang dan berubah, tidak sekalim jadi, sehingga pada setiap diri individu dapat diberikan proses pembentukan, dari keadaan lemah dan sederhana menjadi kepribadian yang kuat.
Kepribadian yang kuat, menurut para pakar psikologi, adalah kepribadian yang memiliki sifat-sifat utama kepribadian, ( primary traits of personality ), yakni berani, bersemangat, jujur, bertanggung jawab, supel, cenderung memimpin, cerdas, pemurah, mudah berbicara, gigih, rendah hati, dan dapat dipercaya. Semua itu dipandang sebagai sifat – sifat utama kepribadian apabila telah terjadi karakter individu.
Al quran memandang, sifat – sifat itu merupakan sifat – sifat yang positif dan dapat diterima, karena ada kesejalanan dengan ajaran kitab suci. Akan tetapi, Al qur’an mengemukakan sifat – sifat yang lain, untuk diterapkan menjadi pakaian jiwa, untuk memperindahnya.


B.     Saran
Hal yang disampaikan dalam makalah ini, dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran kita, bagaimana Al Qur’an kita terima dan diamalkan dengan nyata dalam kehidupan.
Dan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga disarankan agar seseorang harus mengembangkan suatu kesadaran akan masa depan dirinya sendiri, sebab itulah satu - satunya tempat individu untuk dapat benar - benar memulainya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Mujib, 2007. kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)
Hanna, Djumhana, Bastaman, 1995. Integrasi Psikologi dengan islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar)
Nawawi Syauqi Rif’at, 2011. Kepribadian Qur’ani, (Jakarta : Amzah)
Najati Ustman Muhammad, 2005. Psikologi dalam Al-Qur’an (Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan), (Bandung : Pustaka Setia)

No comments:

Post a Comment