KEPRIBADIAN
MAKALAH INI UNTUK MEMENUHI TUGAS TAFSIR PSIKOLOGI
Dosen pengampu :
M.Th.I Qoidatul Marhumah
Kelompok 9 :
Nailal Muna (93341)
Khurriya Alfisana (933414616)
Rofi’ul Ikhsan (933414716)
Achmad Yusuf Budi W. (933415316)
JURUSAN USHULUDDIN
PROGAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan makalah Tafsir tentang Kepribadian ini dengan baik.
Dalam penyusunan
makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah Tafsir tentang Kepribadian ini tidak
lain berkat bantuan,dorongan dan bimbingan orang tua,kerabat atau teman-teman
kami dan Dosen matakuliah Tafsir Psikologi,sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi teratasi, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Ibu Qoidatul Marhumah M.TH.I selaku dosen mata kuliah Tafsir
Psikologi yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami
termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2.
Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
Semoga materi ini
dapat bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Tim penyusun makalah ini menyadari bahwa, makalah
ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran kritik dari pembaca sangat diharapkan.
Atas saran dan kritikannya, tim penyusun ucapkan terimakasih.
Kediri,13
Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................................i
DAFTAR ISI
...........................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................1
A.
Latar Belakang ............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah
.......................................................................................1
C.
Tujuan .........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN .......................................................................................3
A.
Pengertian kepribadian
...............................................................................3
B. Faktor yang membentuk kepribadian manusia
...........................................3
C. Macam – macam kepribadian manusia
......................................................5
D.
Tafsir
surat Al baqarah ayat 13-15 .............................................................7
E.
Tafsir
surat Al baqarah ayat 27-28
.............................................................8
F.
Tafsir
Surat Al-Hajj ayat 46
.......................................................................9
G.
Tafsir Surat al- Hujurat 1-3........................................................................10
BAB III PENUTUP .............................................................................................12
A.
Kesimpulan
...............................................................................................12
B.
Saran
.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan secara sempurna dengan
dibekali akal dan nafsu serta qolbu sebagai sesosok khalifah dimuka bumi ini,
karenanya dengan semua bekal tersebut manusia ada kalanya ketika akal
fikirannya unggul maka kedudukan manusia akan berada diatas malaikat Allah
namun ketika hawa nafsunya yang menjadi raja atas diri manusia kedudukannya
tidak lebih dari dibawah hewan.
Diantara akal dan nafsu manusia yang saling bertentangan manusia juga
dibekali qolbu sebagai penyeimbang, sehingga baik buruknya qolbu manusia bisa
ditentukan oleh perilaku manusia, dari setiap perilaku yang dikerjakan manusia
setiap hari akan menghasilkan suatu bentuk kepribadian, dalam kepribadian
tersebutlah ciri khas dari manusia akan terlihat.
Dalam Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kurang lebih 14 abad yang
lalu kepada nabi Muhammad SAW dalam lembaran ayat-ayatnya telah menjelaskan
kepada manusai berbagai macam kepribadian yang tedapat dalam diri manusia,
kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga posisi, yaitu
kepribadian yang baik atau khasanah, kepribadian yang buruk atau dholalah serta
yang terakhir kepribadian yang ada ditengah-tengahnya atau yeng lebih sering
kita kenal dengan kepribadian munafik, dalam makalah ini saya dan teman-teman akan
membahas sedikit tentang bentuk-bentuk kepribadian manusia yang telah ada dan
dijelaskan oleh Al-Quran.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian
kepribadian ?
2. Apa saja faktor yang membentuk kepribadian manusia
?
3. Apa saja macam-macam kepribadian
manusia ?
4. Apa
tafsir surat al-baqarah ayat 13-15 ?
5. Apa
tafsir surat al-baqarah ayat 27-28 ?
6. Apa
tafsir Surat Al-Hajj ayat 46?
7. Apa tafsir surat Al-Hujurat ayat
1-3?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui
pengertian kepribadian.
2.
Untuk mengetahui faktor yang membentuk kepribadian manusia.
3. Untuk
mengetahui macam-macam kepribadian manusia.
4. Untuk mengetahui tafsir
surat al-baqarah ayat 13-15.
5. Untuk mengetahui tafsir
surat al-baqarah ayat 27-28.
6. Untuk mengetahui tafsir surat
Al-Hajj ayat 46.
7. Untuk mengetahui tafsir surat Al-Hujurat ayat 1-3.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian kepribadian
Kepribadian adalah suatu kesatuan
psikis dan fisik yang dinamis dan tergambar dalam diri setiap individu, yang
masing-masing berbeda dengan individu lainnya dalam menentukan penyesuain
dirinya masing-masing terhadap lingkungannya.
B.
Faktor yang membentuk kepribadian manusia
1. Aliran
nativisme
Aliran nativisme adalah aliran
yang berpandangan dengan segala sesuatunya yang ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawah sejak lahir, jadi perkembangan individu ini semata-mata
dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar keturunan
2.
Aliran empirisme
Adalah aliran yang
menitikberatkan pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penyebab timbulnya kepribadian
3.
Aliran korvergensi
Aliran korvergensi berasal dari
kata konvergen yang artinya bersifat menuju satu titik pertemuan, artinya
aliran ini berpandangan bahwa corak kepribadian ditentukan oleh dasar, bakat,
keturunan dan keturunan, aliran ini memiliki hubungan antara faktor pembawaan
sejak lahir dan faktor pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, aliran
konvegerensi ini mempertemukan teori nativisme dan empirisme, manusia secara
pribadi memiliki bakat masing-masing yang dibawahnya sejak lahir (fitrah), yang
kemudian karena pengaruh lingkungan, yang sesuai dengan kebutuhan, bakat tadi
akan mengalami perkembangan, akan tetapi bakat saja tanpa pengaruh lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan maka perkembangan tersebut juga tidak akan cukup.
Dalam
Al-Qur’an klasifikasi manusia yaitu :
1. Orang-orang yang
beriman
2. Orang-orang yang
kafir
3. Orang-orang yang
munafik
Masing-masing dari ketiga pola ini mempunyai sifat utama umum yang
membedakannya dari pola yang lain. Klasifikasi manusia berdasarkan Al-Qur’an
yakni Aqidah. Aqidah ini seiring dengan dengan tujuan-tujuan al-Qur’an dalam
kedudukannya sebagai kitab aqidah dan petunjuk. Selain itu, klasifikasi ini
juga mengemukakan tentang pentingnya aqidah dalam membentuk kepribadian
manusia, membentuk sifat-sifatnya yang khas, dan mengarahkan tingkah lakunya
kesuatu arah tertentu. Klasifikasi ini juga mengisyaratkan bahwa faktor utama dalam
menilai kepribadian, menurut al-qur’an ialah Aqidah.
Dari ketiga pola kepribadian ini diurakan Al-Qur’an dengan sifat-sifat
khusus yang menjadi ciri masing-masing dan yang membedakan antara satu dangan
yang lain. Berikut ini akan dijelaskan sifat-sifat terpenting yang menjadi ciri
utama dari masing-masing ketiga pola kepribadian manusia dalam Al-Qur’an
tersebut.
1. Orang-orang Beriman
Orang-orang beriman banyak disebut Allah dalam ayat dalam sebagian besar
surah Al-Qur’an. Tingkah laku mereka dalam berbagai bidang kehidupan banyak
diuraikan dalam aqidah, ibadah, moral, hubungan dengan orang lain, hubungan
kekeluargaan, cinta kepada ilmu pengetahuan, kehidupan praktis, upaya untuk
mencari rezki, dan sifat-sifat fisiknya, dalam kpribadian seorang mukmin sifat
tersebut tidaklah lepas antara satu sama lainnya, saling berinteraksi dan
saling menyempurnakan
2. Orang-orang yang kafir
Orang-orang kafir juga banyak dikemukakan dalam ayat
Al-Qur’an. Mereka dijelaskan dengan berbagai sifat utama yang menjadi sosok
mereka yang tidak beriman kepada akidah tauhid, kepada para Rasul, kitab-kitab
yang diturunkan, hari akhir, kebangkitan kembali, perhitungan, surga, dan
neraka. Mereka itu adalah pribadi-pribadi yang pemikirannya
tidak mampu memahami realitas tauhid yang diserukan Islam.
3. Orang-orang yang munafik
Sifat-sifat utama kepribadian orang munafik dalam
Al-Quran dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Sifat yang berkenaan dengan akidah: mereka tidak
mempunyai sikap yang tegas terhadap akidah tauhid.
b. Sifat-sifat yang berkenaan dengan berbagai ibadah:
mereka melaksanakan ibadah hanya karena riya, dan dalam mendirikan
sholat mereka bermalas-malasan.
c. Sifat-sifat yang berhubungan dengan sosial, mereka
menyuruh kemungkaran dan mencegah kebajikan.
d. Sifat-sifat moral, suka mengingkari janji,
pembohong, kikir, hedonis dan suka menuruti hawa nafsu.
e. Sifat-sifat emosional: Mereka membenci dan dengki
terhadap kaum Muslimin dan takut terhadap kematian.
f. Sifat-sifat intelektual: Mereka ini peragu dan tidak
mampu mengambil suatu keputusan dan ketetapan terhadap akidah tauhid
C. Macam-macam Kepribadian
Manusia
Kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. Kepribadian kemanusiaan (basyariyyah)
Kepribadian kemanusiaan di sini mencakup
kepribadian individu dan kepribadian ummah. Kepribadian individu di
antaranya melliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan
intelektual yang dimiliki masing-masing secara khas sehingga ia berbeda dengan
orang lain. Dalam pandangan Islam, manusia memang mempunyai potensi yang
berbeda (al-farq
al-fardiyyah) yang meliputi aspek fisik dan psikis. Selanjutnya,
kepribadian ummah meliputi ciri khas
kepribadian muslim sebagai suatu ummah (bangsa/negara) muslim yang
meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah
lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk
mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik ideologi maupun
lainnya yang dapat memberikan dampak negatif.
2. Kepribadian samawi (kewahyuan)
Yaitu, corak kepribadian yang dibentuk
melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an, sebagaimana termaktub dalam
firman Allah sebagai berikut.
وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ .
Artinya:
Dan, bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Q.S.
al-An’am [6]: 153)
Itulah beberapa gambaran mengenai psikologi
dan kepribadian manusia dalam Al-Qur’an. Tentu gambaran di atas belum
sepenuhnya berhasil meng-cover keseluruhan maksud Al-Qur’an
mengenai manusia dengan segala kepribadiannya yang sangat kompleks. Sebab,
begitu luasnya aspek kepribadian manusia sehingga usaha untuk mengungkap
hakikat manusia merupakan pekerjaan yang sukar.
Meskipun demikian, paling tidak penjelasan di
atas dapat memberikan gambaran bahwa manusia memiliki dua potensi yang saling
berlawanan, yaitu potensi baik dan potensi buruk. Dua potensi ini lantas
memilah manusia ke dalam tiga kategori, yaitu mukmin, kafir, dan munafik.
Pembinaan kepribadian manusia lewat pendidikan yang baik akan menuntun manusia
agar bisa memperkokoh potensi baiknya sehingga ia bisa memaksimalkan tugas
utamanya untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di muka bumi.
Sebaliknya, pembinaan kepribadian manusia yang kurang maksimal akan
memerosokkan manusia ke dalam derajat yang sangat rendah, bahkan lebih rendah
dari binatang.
D. Tafsir surat Al
baqarah ayat 13-15
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ
كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا
يَعْلَمُونَ (13) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا
خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِئُونَ(14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُونَ (15)
Artinya :
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang
lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah
orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan
bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.
Tafsir pada ayat 13 menekankan bahwa beriman yang benar yaitu semua yang
diucapkan harus sesuai dengan yang ada dalam hatinya sebagaimana keimanan
manusia yang sempurna, indikator kesempurnaan disini adalah menyadari sebagai
makhluk Allah yang mesti tunduk dan patuh kepada-NYA. Namun yang terjadi pada
orang munafik adalah mereka mengaku meyakini beriman kepada Allah tapi disisi
lain mereka berkhianat dan memusuhi orang-orang yang beriman, dan ciri
kepribadian manusia yang tidak mempunyai pendirian, selalu berubah-ubah menurut
kemauan, situasi kondisi yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, kepribadian
tersebut lebih kenal dengan kepribadian fasiq dengan orang yang melakukan
kepribadian tersebut disebut orang munafik.
Munafik yaitu mereka yang beriman kepada Allah, tetapi keimanannnya hanya dimulut saja,
sementara hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mu’min walaupun
sebenarnya ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. Hati mereka
berpenyakit, dan semakin parah penyakitnya karena membuat kerusakan, menambah
kebodohan, persekutu dengan setan untuk mengolok-olok orang mu’min. mereka
tidak mendapat penerangan dan petunjuk, sehingga senantiasa dalam kegelapan.
Pada ayat 14-15 menekankan kepada penjelasan pada sifat dasar orang munafik
yang bermuka dua, apabila ia bertemu dengan orang yang beriman ia mengaku
beriman tetapi apabila ia bertemu dengan orang kafir ia juga mengaku kafir.
E. Tafsir surat al
baqarah ayat 27-28
الَّذِينَ
يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ (٢٧)كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ
ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٢٨)
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu
teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang
yang rugi.
Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu dia
menghidupkan kamu kembali, kemudian kepadanyalah kamu dikembalikan
Tafsir pada ayat 27 menjelaskan tentang sifat-sifat orang fasik yaitu ada
perjanjian antara manusia dengan Allah yakni bahwa mereka mengakui keEsaan
Allah, serta ketundukan mereka kepada-Nya. Mereka adalah orang-orang yang
mengurai yaitu membatalkan dan melanggar perjanjian mereka dengan Allah pada perjanjian
itu sudah demikian kukuh mereka mengurainya sesudah perjanjian diikat teguh
dengan diutusnya para nabi dan rasul dengan bukti-bukti keEsaannya.
Tafsir pada ayat 28 yaitu mengingatkan pada orang kafir bahwa sesungguhnya
dulu mereka adalah orang yang mati( orang yang tidak ada diduniaaaaa) kemudian
dihidupkan dan kemudian kembali kepada-Nya
Ayat yang menjelaskan tentang kepribadian manusia menjelaskan tentang
kepribadian kafir, namun pada awal ayat pada bagian ini lebih dulu menjelaskan
tentang sifat orang fasiq yang suka melanggar perjanjian serta bermuka dua,
kemudian menjelaskan tentang ancaman kepada orang-orang kafir agar mereka
(orang kafir) mau berpikir bahwa sesungguhnya mereka tidak berdaya dihadapan
Allah SWT.
F. Tafsir Surat
Al-Hajj ayat 46
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ
يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى
الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (46)
Artinya :
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,
lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”
“Apa tidakkah mereka mengembara dibumi.” (pangkal
ayat 46). Pangkal ayat ini berupa pertanyaan tetapi isinya ialah anjuran agar
mengembara, melawat banyak dimuka bumi, terutama untuk melihat bekas-bekas
hukuman Tuhan kepada manusia yang mendurhakai Tuhan. “Lalu ada pada mereka
hati yang dapat mereka berfikir dengan dia, atau telinga-telinga yang mereka
mendengar dia.” Artinya dalam pengembaraan melihat-lihat dibumi itu,
sediakanlah hati dan pasanglah telinga. Dengar apa yang diceritakan orang
tentang apa yang dilihat itu, lalu renungkan dalam hati dan ingat kebesaran
Tuhan.
“Tetapi sesungguhnya
ini bukanlah kebutaan pada penglihatan.” Artinya bukan sedikit orang yang mengembara di
muka bumi, namun kebesaran Tuhan tidak kelihatan olehnya, walaupun matanya
nyalang. Sebab yang buta bukan mata. “Melainkan kebutaan hati yang ada dalam
dada.” (ujung ayat 46). Kalau hati yang buta, dia tidak dapat menerima dan
membanding apa yang Nampak oleh mata. Mata dan telinga hanya alat mengontak
hati sanubari dengan tempat fakta keliling kita; alam insan, hidup dan
pencipta! Karena tiap-tiap pribadi kita, barulah bertumbuh jadi manusia sejati
bilamana kontak kita selalu ada dengan empat itu: alam, insan, hidup dan
pencipta.
Konsep kepribadian manusia dalam Q.S al-Hajj
mengajak manusia agar senantiasa menyeimbangkan antara peranan hati dengan
(akal) pengetahuan. Karena, jika manusia bertindak atau melakukan sesuatu
apapun hanya mengandalkan akal (pengetahuan) saja, tanpa didasari dengan mata
hati, akibatnya butalah hati manusia itu sendiri.
Manusia,
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Hendaklah ia
menggunakan akal dan hatinya dalam bertindak, jangan hanya menggunakan hawa
nafsu belaka. Karena manusia telah diberi kelebihan oleh Tuhan yang Maha Esa
dengan kemampuan berfikirnya. Maka, hendaklah manusia itu sendiri dapat
memperluas wawasannya dengan mencari ilmu, agar terbentuk juga moral yang baik
bagi dirinya serta bagi orang lain disekitarnya.
G. Tafsir Surat al- Hujurat 1-3
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوا لَاتُقَدِّمُوابَيْنَيَدَيِاللَّهِوَرَسُولِهِوَاتَّقُوااللَّهَإِنَّاللَّهَسَمِيعٌعَلِيمٌ
(1)
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوالَاتَرْفَعُواأَصْوَاتَكُمْفَوْقَصَوْتِالنَّبِيِّوَلَاتَجْهَرُوالَهُبِالْقَوْلِكَجَهْرِ
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوالَاتَرْفَعُواأَصْوَاتَكُمْفَوْقَصَوْتِالنَّبِيِّوَلَاتَجْهَرُوالَهُبِالْقَوْلِكَجَهْرِ
بَعْضِكُمْلِبَعْضٍأَن تَحْبَطَأَعْمَالُكُمْوَأَنتُمْلَاتَشْعُرُونَ
(2) إِنَّالَّذِينَيَغُضُّونَأَصْو
اتَهُمْعِندَرَسُولِاللَّهِأُوْلَئِكَالَّذِينَامْتَحَنَاللَّهُقُلُوبَهُمْلِلتَّقْوَىلَهُممَّغْفِرَةٌوَأَجْرٌعَظِيمٌ
(3)
Artinya:
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasul98nya dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan
suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara
yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang
lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.
3. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di
sisi Rasulullah mereka Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh
Allah untuk bertakwa. bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Firman
Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya”. Yaitu, janganlah kalian tergesa-gesa di dalam berbagai hal sebelum
Rasulullah memberi pengarahan, tetapi jadilah kalian semua sebagai pengikutnya
dalam semua perkara. Termasuk dalam penetapan hukum, sebelum ada ketetapan dari
Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah, “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi”, penggalan
ini merupakan etika kedua, yang dengannya Allah mendidik orang-orang beriman
agar mereka tidak meninggikan suara mereka dihadapan Rasulullah yang melebihi
suaranya, atau bahkan terhadap orang-orang yang terhormat.
Kemudian
Allah melarang manusia berkata kepada Nabi dengan suara keras seperti
seorang yang berkata kepada lawan bicaranya dalam adu mulut. Namun, dia harus
berkata kepadanya dengan tenang, penuh hormat, dan ta’dzim.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepribadian menurut psikologi, adalah
organisasi dinamis dalam diri individu, sebagai sistem psikofisik yang
menentukan caranya yang khas, unik, dalam menyesuaikan diri dalam
lingkungannya.
Penegasan “ organisasi dinamis
menunjukan bahwa kepribadian selalu berkembang dan berubah, tidak sekalim jadi,
sehingga pada setiap diri individu dapat diberikan proses pembentukan, dari
keadaan lemah dan sederhana menjadi kepribadian yang kuat.
Kepribadian yang kuat, menurut
para pakar psikologi, adalah kepribadian yang memiliki sifat-sifat utama
kepribadian, ( primary traits of personality ), yakni berani, bersemangat,
jujur, bertanggung jawab, supel, cenderung memimpin, cerdas, pemurah, mudah
berbicara, gigih, rendah hati, dan dapat dipercaya. Semua itu dipandang sebagai
sifat – sifat utama kepribadian apabila telah terjadi karakter individu.
Al quran memandang, sifat – sifat
itu merupakan sifat – sifat yang positif dan dapat diterima, karena ada kesejalanan
dengan ajaran kitab suci. Akan tetapi, Al qur’an mengemukakan sifat – sifat
yang lain, untuk diterapkan menjadi pakaian jiwa, untuk memperindahnya.
B.
Saran
Hal yang disampaikan dalam
makalah ini, dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran kita, bagaimana Al Qur’an
kita terima dan diamalkan dengan nyata dalam kehidupan.
Dan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga disarankan agar seseorang harus mengembangkan suatu
kesadaran akan masa depan dirinya sendiri, sebab itulah satu - satunya tempat
individu untuk dapat benar - benar memulainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Mujib, 2007. kepribadian dalam
psikologi islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)
Hanna, Djumhana, Bastaman, 1995. Integrasi Psikologi dengan islam, (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar)
Nawawi Syauqi Rif’at, 2011. Kepribadian
Qur’ani, (Jakarta : Amzah)
Najati Ustman Muhammad, 2005. Psikologi
dalam Al-Qur’an (Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan), (Bandung
: Pustaka Setia)
No comments:
Post a Comment