NAMA
: AHMAD IDHAM ROMI
PRODI
: IAT
NIM : 933802315
BIRRUL WALIDAIN
HADIS
A. Hadis
Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال
قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ
الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash
r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada
keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. (
H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
B. Hadis
Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
عَنْ اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ
رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ
النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال: ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك
قال: ثم من؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)
Artinya:
dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak
aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa?
Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”.
Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “
Bapakmu!”(H.R.Bukhari).
C. Hadis
Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.
عَبْدُ الله بن مَسْعُودٍ قال سَاَ لْتُ
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ايُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ الى الله قال: الصَّلَاةُ
على وَقْتِهَا قال: ثم اي قال:ثُمَّ بِرُّ الْوَالْدَيْنِ قال: ثم اي قال:
الجِهَادُ فى سَبِيْلِ الله ( اخرجه البخاري و مسلم)
Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia
berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh
Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “
kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya
bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan
Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
D. Hadis
Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak
kewajiban, meminta yang bukan haknya.
عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه
وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال
وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a.
ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian
durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur
hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara,
banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).
E. Hadis
Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
عن عبد الله بن عمر ورضى الله عنهما قال : قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر ان يلعن الر جل والديه . قيل
رسول الله.و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل: يسب الرجل ابا لرجل فيسب أبا لرجل فيسب
أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري)
Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash
ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yaitu
seseorang memaki kedua orang tuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai
Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau
menjawab: “ Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu
membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki
ibunya. (H.R. Bukhari).
A. Birrul Walidain
A. Birrul Walidain
1. Pengertian
Birrul Walidain
Istilah Birrul
Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya
kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu
bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap
kedua orang tua.
2. Kedudukan
Birrul Walidain
Birrul Walidain mempunyai
kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan
orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya
juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat
besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga
mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung,
menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut
mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing,
melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan
sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu,
tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat
kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.
3. Bentuk-Bentuk
Birrul Walidain
Adapun
bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
a. Taat
dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam
nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat
musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan
cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
b. Senantiasa
berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik
dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia
senja.
c. Mengikuti
keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan
saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
d. Membantu
Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu
berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan
pekerjaan rumah.
e. Mendoakan
Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirta.
f. Menjaga
kehormatan dan nama baik mereka.
g. Menjaga,
merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
h. Setelah
orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain:
- Mengurus
jenazahnya dengan sebaik-baiknya
- Melunasi
semua hutang-hutangnya
- Melaksanakan
wasiatnya
- Meneruskan
sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
- Memuliakan
sahabat-sahabatnya
- Mendoakannya.
4. Doa
Anak untuk Orang Tua
Seorang anak yang ingin
mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci Alquran
yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar
dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa
yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
41. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan
kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab
(hari kiamat)".
Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S.
Al-Israa’: 24
24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".
B. ‘Uququl
Walidain
‘Uququl Walidain artinya
mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar
yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia
ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam
ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap
anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun bentuk
pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, mulai
dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata
kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh
dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan
menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah
dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan
menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut).
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Hajar
al-Asqolani, Terjemahan
lengkap Bulughul Maram, ( Jakarta: Akbar,cet2,2009),
Imam Muhammad bin
Ismail al-‘amir al-Yamin as-Son’ani, Subulussalam,
Syarh Bulughul Maram, (
Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah,1998)
Imam nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin juz I,
(Jakarta: Pustaka Amani,cet IV,1999),
No comments:
Post a Comment