Blog Archive

Wednesday, March 22, 2017

Amanah dan Jujur Nama : Lia Nikmatul Maula NIM : 933805515

Nama                           :  Lia Nikmatul Maula
NIM                            :  933805515
Mata Kuliah                : Hadist 3
Dosen Pengampu        : Ibu Qaidatul Marhumah, M.Th.I

Amanah dan Jujur
Amanah merupakan salah satu akhlak para rasul yang paling nampak,sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surat Asy Syu’ara  ayat 107 yaitu :
إنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ -١٠٧                                              
“ Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul yang memegang amanah (yang diutus) kepada kalian.”
Pengertian Amanah
Amanah dalam bahasa arab berasal dari kata al Amaanah yang berarti segala yang diperintah Allah SWT kepada hamba-hambanya.[1] Secara khusus amanah adalah sikap bertanggung jawab orang yang dititipi barang, harta atau lainnya dengan mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang atau harta tersebut.
Sedangkan secara umum amanah sangat luas sekali. Sehingga menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan masukan kepada orang yang meminta pendapat dan  menyampaikan pesan kepada pihak yang benar atau sesuai dengan permintaan orang yang berpesan juga termasuk amanah.
Maka sifat amanah baik secara umum maupun yang khusus sangat berhubungan erat dengan sifat-sifat mulia lainnya seperti jujur, sabar, berani, menjaga kemuliaan diri, memenuhi janji dan adil.[2]

Nilai Amanah
·         Hadist :
لأَنْ يَلْبَسَ أحَدُكُمْ ثَوْبا مِنْ رِقاَعٍ شَتىَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أن يَأخُذَ بِأَماَنَتِهِ ماَلَيْسَ عِنْدَهُ
Bahwa seseorang kamu ( yang ) memakai secarik kain tambahan lebih baik dari orang yang mengambil amanat yang bukan miliknya, “
·         Kosa Kata :
يَلْبَسَ : memakai        رِقاَعٍ: kaintambahan
عِنْدَهُ :miliknya,
·         Perawi:
Di riwayatkan oleh Imam Ahmad dari Anas bin Malik. Menurut Al Haitsami di dalamnya sanadnya ada orang yang bernama Jabir bin Yazid yang tidak ada hubungannya dengan Al Jeifi dan perawi yang lainnya  “ tsiqat “ ( dapat di percaya). Al Baihaqi telah meriwayatkan pula dan As Suyuthi memasukannya kedalam kelompok hadist hasan.
·         Sababul Wurud :
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah telah mengutusku menemui seorang Nasrani ( dalam riwayat lain, Yahudi). Agar dia mengirimkan kepadanya beberapa potong kain pakaian untuk Maisaroh. Orang itu berkata “ Apakah Maisaroh, demi Allah, Muhammad itu tidak memiliki unta ataupun kambing. Aku ( Anas) pulang dan ketika Rasulullah melihatku, beliau bersabda : “ Musuh Allah itu telah berdusta, demi Allah aku adalah lebih baik dari siapapun yang mengadakan perjanjian jual-beli.”. Kemudian Rasulullah bersabda sebagaimana bunyi hadist diatas.
·         Keterangan :
“ Riqo’ ” jamak dari “ ruq’ah “ artinya tambahan kain. Hadits ini bermakna bahwa memakai baju bertambalan dan sabar lebih baik dari mengambil amanat yang bukan miliknya atau tidak menunaikannya sebagaimana mestinya.[3]
Bentuk-Bentuk Amanah dalam kehidupan Sehari-hari :
1.      Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula
2.      Menjaga rahasia
3.      Tidak menyalahgunakan jabatan
4.      Menunaikan kewajiban dengan baik
5.      Memelihara Semua nikmat yang diberikan Allah SWT
6.      Sikap Anak kepada orang tua
7.      Amanah dalam menjagaagama[4]
Cara untuk Menjadi Pengemban Amanah :
1.      Takwa kepada  Allah SWT
2.      Tidak menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik
3.      Mengikuti apa yang diwahyukan dari Allah SWT
4.      Bertawakal kepada Allah SWT.[5]
Pengertian Jujur :
JujurdalamBahasaArabberartibenar (siddiq). Benardisiniyaitubenardalamberkatadanbenardalamperbuatan.
 Berlaku jujur dengan perkataan dan perbuatan, mengandung makna, berkata harus sesuai dengan yang sesungguhnya, dan sebaliknya jangan berkata yang tidak sesuai dengan yang sesungguhnya. Dan perkatanitudisesuaikandengantingkahlakuperbuatan, sebagaimana yang dijelaskandalamsurat at-Taubahayat 119.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ
. “ Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Dampakdarisifatjujuradalahmenimbulkan rasa berani, karenatidakada orang yang merasatertipudengansifat yang diberikankepada orang lain danbahkan orang merasasenangdanpercayaterhadappribadi orang yang jujur. Pepatahadamengatakan “beranikarenabenar, takutkarenasalah”.[6]
·         Hadist :
حدّثنا زُهَيْرُ بن حَرْبٍ و عُثْمَان بن أبِيى شَيْبَةَ و إِسْحَقُ بن إبرَاهِيمَ قال إِسْحَقُأخْبَرَنَا و قالَ الآخَرَانِ حدّثناجَرِيرٌ عن مَنْصُورٍ عن أبيى وائِلٍ عن عبدالله قالَ قالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى الى اْلبِّرِ, واِنَّ البِرَّ يَهْدِى الى الجَنَّةِ, وإنَّالرَّجُلَلَيَصْدُقُ حَتىَّ يُكْتَبَ صِدِّيقاً واِنَّ الكَذِبَ يَهْدِى الى الفُجُورِ, واِنَّ الفُجُورَ يَهْدِى الى النّاَر, وإنَّ الرَّجُلَلَيَكْذِبُ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّاباً.
zuhair bin Harb, Utsman bin Syaibah dan Ishaq bi Ibrahim telah memberitahukan kepada kami,Ishaq berkata,Jarir telah mengabarkan kepada kami,sedangkan dua lainnya berkata, Jarir telah memberitahukan kepada kami, dari Manshur dari Abu Wail dari Abdullah,ia berkata,”Rasulullah saw bersabda; sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan pelakunya kepada kebaikan, dan  sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan kepada pelakunya jalan ke surga.dan sesungguhnya seseorang selalu berkata jujur sehingga dia akan di catat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan kedustaan itu menyeret kepada perbuatan dosa, dan dosa itu dapat mengantarkan ke neraka.dan seseorang selalu berdusta pada akhirnya dia akan di catat di sisi Allah sebagai seorang pendusta”(Shahih Muslim : 6580)
·         Takhrij Hadist
Di takhrij oleh :
1.      Al-Bukhari di dalam kitab Al-Adab, Bab Qawlullah Ta’ala: Ya Ayyuhal Ladzina Amanu Ittaqullaha wa Kunu Ma’ash Shiddiqin (nomor 6094), Tuhfah Al-Asyraf (nomor 9301).
2.      Abu Dawud di dalam kitab Al-Adab,Bab Fii At-Tasydid Fii Al-Kadzib (nomor 4989)
3.      At-Tirmidzi di dalam kitab Al-Birr wa Ash-Shilah, Bab Maa Ja’a Fii Ash-Shidq wa Al-Kadzib (nomor 1971), Tuhfah Al-Asyraf (nomor 9261).[7]

·         Kosa Kata :
الصِّدْقَ : kejujuran                اْلبِّرِ : kebaikan
اْلكَذِبَ : dusta                الفُجُورِ : kedurhakaan    

·         Uraian Arti Kata :
As Sidq, sesuatu yang sesuai dengan kenyataannya.
Al kizb,  sesuatu yang bertentangan dengan kenyataannya.
Al Birru, keleluasaan dalam mengerjakan berbagai kebaikan.
Asal kata Fujur mempunyai arti membelah, yakni melanggar aturan agama, kemudian di gunakan untuk makna kecenderungan kepada dekadensi moral, sehingga mempunyai arti perbuatan yang menghimpun segala keburukan.[8]
·         Tafsir Hadist
Rasulullah Saw.bersabda :                                                
اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى الى اْلبِّرِ, واِنَّ البِرَّ يَهْدِى الى الجَنَّةِ,واِنَّ الكَذِبَ يَهْدِى الى الفُجُورِ, واِنَّ الفُجُورَ يَهْدِى الى النّاَر
“ sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan pelakunya kepada kebaikan, dan  sesungguhnya kebaikan akan menunjukkan kepada pelakunya jalan ke surga.dansesungguhnya dusta akan menjerumuskan pelakunya kepada dosa, dan sesungguhnya dosa akan menjerumuskan kepada pelakunya jalan ke neraka.......”
Ulama mengatakan,”Artinya,kejujuran dapat menuntun melakukan perbuatan baik yang bersih dari hal-hal tercela.” Albirru (perbuatan baik) adalah satu kata yang mencakup semua jenis kebaikan. Dikatakan juga bahwa Albirru berarti surga. Boleh juga mencakup keduanya yaitu amal shalih dan surga. Sedangkan kebohongan dapat menyeret / menjerumuskan pada hal dosa dan melenceng dari kebenaran. Dikatakan juga maksudnya adalah dorongan untuk berbuat maksiat.
Sabda Nabi Saw.,
وإنَّ الرَّجُلَلَيَكْذِبُ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّاباً.َالرَّجُلَلَيَصْدُقُ حَتىَّ يُكْتَبَ صِدِّيقاً
“...seseorang selalu berkata jujur sehingga dia akan di catat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.dan seseorang selalu berdusta pada akhirnya dia akan di catat di sisi Allah sebagai seorang pendusta”.
Ulama mengatakan, “ Hadist ini menganjurkan agar senantiasa berlaku jujur dan mengecam kebohongan dan menggampangkan berkata dusta; karena orang yang mudah berbohong pasti sering melakukan kebohongan dan akhirnya terkenal dengan sebutan pembohong. Dan Allah menetapkannya sebagai pembohong besar
Yang dimaksud dengan “...Dia tercatat disisi Allah Ta’ala...” adalah dia dihukumi dengan itu;sebagai orang yang jujur yang akan mendapatkan pahala, atau sebagai pendusta yang akan mendapatkan siksa. Status orang yang jujur atau pembohong disini adalah bisa jadi Allah Ta’ala menunjukkan kepada makhluk tentang orang itu dikalangn penduduk langit, atau Allah Ta’ala menancapkan pada hati-hati manusia didunia ini dengan cinta dan benci sehingga mulut-mulut mereka mengucapkan apa adanya dari keadaan mereka. Tetapi semua itu sudah Allah Ta’ala takdirkan dan sudah tertulis di Lauhil Mahfudz. Wallahu A’lam.[9]


.


[1]Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif cetakan ke 14, 1997) .41.
[2] Abdul Mun’im al Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2009) 267.
[3]Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi AD Damsyiqi, Asbabul Wurud 3 (Jakarta : Kalam Mulia, 2008),130.
[4]Amru Khalid, Berakhlak Seindah Rasulullah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007) hlm. 168-171.
[5]Abu ‘Amar Mahmud al Mishry, Manajemen Akhlak Salaf: Membentuk Akhlak Seorang Muslim dalam Hal Amanah, Tawadhu’, dan Malu, (Solo: Pustaka Arafah, 2007) hlm. 87-88.
[6]HamzahYa’cub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1983), .102
[7] Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim (Jakarta : Darus Sunnah,2011),734-737.
[8]Syihabud Din Abul Fadl ibn Hajar Al-‘Asqalani, Meraih jalan petunjuk “Syarah Bulughul Maram”(Bandung: Nuansa Aulia,2007),385-386.
[9]Al-‘Asqalani.,737-738.

No comments:

Post a Comment