Blog Archive

Wednesday, March 22, 2017

istighfar fajar rofiq 933800315



Hadis Tentang Istigfar
Sahabat Fajar  933800315

A.    Hadis
1.ياعبادي إنكم تخطئون بالليل و النهار و أنا أغفر الذنوب جميعا فاستغفروني أغفرلكم)رواه مسلم)
Artinya “wahai hamba-hamba ku sesungguhnya kalian telah melakukan dosa pada siang dan malam dan Aku mengampuni semua dosa-dosa. Maka mohonlah ampunan kepadaKu niscaya Aku mengampuni dosa kalian”.[1]
تخطئون kalian berbuat kesalahan :
الليل malam hari:
النهارsiang hari:
أغفرaku mengampuni:
2.حدثنا أبو اليمان أخبرنا شعيب عن الزهرى قال أخبرني أبو سلمة بن عبد الرحمن قال قال أبو هريرة سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول والله لأستغفر الله و أتوب إليه فى اليوم أكثر من سبعين مرة

Artinya “Abul Yaman telah memberitahukan kepada kami, Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az zuhri ia mengatakan Abu Salamah bin Abdurahman telah memberitahukan kepadaku, ia mengatakan Abu Hurairah berkata aku mendengar Rasulullah saw. bersabda Demi Allah sesungguhnya aku Benar-benar beristigfar kepada Allah dan bertaubat kepadanya dalam sehari lebih dari 70 kali”.
لأستغفر: aku benar-benar memohon ampun
أتوب aku bertaubat:
سبعين مرة tujuhpuluh kali :
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ الْعَدَوِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سيد الإستغفار أن تقول : اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت خلقتني و أنا عبدك و أنا على عهدك و وعدك ما استطعت أعوذوبك من شرّ ما صنعت أبوء لك بنعمتك عليّ و أبوء بذنبي فاغفرلي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت (رواه البخارى)
Artinya “rajanya istigfar adalah ucapan “ ya Allah engkau adalah rabbku, yang tiada tuhan selain Engkau, Engkau meciptakan aku dan aku adalah hambaMu. Aku berada pada sumpah dan janjiMu menurut kesanggupan-ku, aku berlindung kepadaMu dari kejahatan apa yang aku perbua. Aku mengakui nikmatMu atas diriku dan mengakui dosaku,maka ampunilah aku karena tidak ada yang mengampuni selain Engkau”.[2]
B.     Penjelasan dan Korelasi Hadis
Dalam menjalani hidup ini, manusia manapun pastinya tak pernah lepas dari kesalahan dan dosa, baik kesalahan yang sadar maupun tak sadar. Itu merupakan hal yang alamiah, karena manusia adalah makluk yang terbatas dan tak luput dari kesalahan. Hal tersebut secara positif menunjukan kenikmatan merasakan ketundukan memohon ampunan pada Allah sekaligus berlindung kepadanya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk istighfar kepadaNya.
Senada dengan hadis pertama yang telah saya bubuhkan diatas merupakan suatu isyarat atau peringatan dari Allah bahwa selayaknya sebagai manusia yang beriman haruslah membangun kesadaran  mental bahwa mereka ialah makhluk yang tak pernah luput dari dosa. Dan disisi lain dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Allah telah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya. Dari situlah Allah memerintahkan untuk memohon ampunan. Walaupun dalam beristigfar harus dibarengi dengan rasa penyesalan dan kehinaan dihadapanNya, namun dalam al Qur’an justru Allah telah menyebutkan bahwa orang-orang yang memohon ampun kepada Allah adalah orang-orang yang mulia yang akan dijanjikan surga di akhirat kelak[3].
Sedangkan istigfar sendiri menurut syekh Yusuf al Qardawi berarti memohon ampunan atau memohon penghapusan dosa. Ibnu Taimiyyah dengan pendekatan linguistik mendifinisikan al maghfirah (ampunan) adalah perlindungan dari segala dosa. Terminology tersebut merupakan kata bandingan dari al mighfar (tutup kepala) yang berarti yang melindungi kepala dari gangguan. Oleh karena itu untuk memohon ampunan haruslah disandarkan pada Allah yang memiliki asma’ al ghafur, al ghaffar, ghafirudzunuub[4].
Nabi Muhammad sebagai suri tauladan umat manusia telah memberi contoh kepada umatnya untuk beristigfar sampai lebih dari tujuh puluh kali[5] bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau beristigfar sampai seratus kali dalam satu hari[6]. Dengan kedudukan kenabian dan jaji Allah yang telah mengampuninya sebelum dan sesudah berbuat dosa, beliau tetap memohon ampun kepada Allah. Bagaimana jika tauladan ini dibandingkan dengan kita, dan bagaimana pula jika besaran kenikmatan yang Allah telah berikan dibandingkan dengan dosa-dosa yang telah kita perbuat. Selayaknya ini menjadi renungan bagi kita.
Selanjutnya, dalam memohon ampunan kepada nabi Muhammad juga memberikan contoh seperti lafadz hadis ketiga diatas. Syekh ibnu Abi Jamrah berkomentar atas hadis ini bahwa dalam hadis ini Rasulullah telah menghimpun berbagai makna yang mempesona dan susunan kalimat yang menawan. Sehingga membuat do’a ini layak sebagai raja dari kalimat istighfar[7].
Lebih jauh dalam hadis tersebut memuat pengakuan atau kesaksian uluhiyyah dan ubudiyyah bagi Allah semata, pengakuan terhadap sebagai khaliq, pengukuhan janji yang diambil, harapan apa yang telah dijanjikanNya, berlindung dari kejahatan yang dilakukan hamba terhadap dirinya sendiri, dan  pengakuan pemberian kenikmatan terhadap Allah. Tidak hanya berupa kata-kata, menarik untuk disimak bagaimana ibnu Athaillah as-sakandari menyusun bukunya” Tajul ‘Aruz” secara sistematis dan koherensif terkait bagaimana memohon ampunan pada Allah swt. selain memohon ampunan, beliau menambahkan untuk senantiasa bermuhasabah (menghitung-hitung diri)[8]. Hal yang saya fahami dari poin tersebut, merupakan sebuah cara yang lebih reflektif dan kontemplatif guna membangun suatu nilai yang lebih transformatif. Dengan melakukan refleksi atas dosa-dosa yang telah kita berbuat, dapat membangun kesadaran mental dalam diri sehingga terbangunlah penyesalan dan kehendak untuk memohon ampunan dan perlindungan.
C.     Kesimpulan
Dari ketiga hadis tersebut memiliki tema yang sama, namun ketiga memiliki sinergitas satu sama lain. Hadis pertama merupakan hadis qudsi yang mengingatkan bahwa kita adalah makluk yang terbatas dan tak pernah lepas dari dosa, baik dosa yang disengaja atau yang tidak disengaja. Sebab itu Allah memberikan perintahnya untuk bersimpuh dan memohon ampun kepadaNya dan oleh juga telah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya untuk manusia.
Kedua, merupakan fakta mengaggumkan dari nabi yang memohon ampunan hingga lebih tujuh puluh kali disetiap harinya. Memasuki hadis kedua ini menjadi besar harapan saya agar dijadikan sebuah renungan atas apa-apa yang telah kita perbuat dan menjadi perbandingan antara Muhammmad dan umatnya.
Hadis ketiga merupakan ajakan dan ajaran nabi kepada umatnya untuk memohon ampunan kepada Allah dengan kalimat-kalimat yang indah dan penuh kepasrahan. Hal yang menjadi poin penting disini adalah agar bagaimana permohonan ampun yang kita lakukan lebih bermakna dan lebih dalam yakni tidak hanya kata-kata saja. Karenanya ibnu Athaillah mengajarkan untuk bermuhasabah demi membangun kesadaran atas dosa-dosa, kemudian tergugahlah untuk bersimpuh dan memohon ampunan dan perlindungan pada Allah swt.




[1] HR Muslim No.4674
[2] HR Bukhari No 5831.
[3] Lihat surat al Imran 15-17.
[4] Yusuf al Qardawi, Taubat, terjSuhardi( Jakarta Timur : Pustaka al Kautsar 1998)53.
[5] Muhammad bin Shalih al Utsaimin,Syarah shahih Bukhari, terj Darwis,LC et al(Jatinegara: Darussunnah2012)jilid 8 hal 308.
[6] HR Muslim No.2702
[7] Yusuf al Qardawi, Taubat,.62.
[8] Ibnu Athaillah, Tajul Arus al Hawi li Tahzib an Nufus, Terj Fauzi Faisal Bahreizi(Jakarta:Zaman,2003)10.

No comments:

Post a Comment