Blog Archive

Tuesday, March 14, 2017

ISTIGHFAR Ulya Nabila (933800115)



ISTIGHFAR
Makalah ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Hadits

Dosen pengampu:
Qoidatul Marhumah, M. Th. I




 














Disusun Oleh:
                                Ulya Nabila                             (933800115)


PROGAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KEDIRI
2017
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istighfar
Istighfar secara harfiah berarti meminta maghfirah (ampunan). Kata maghfirah dalam bahasa Arab memiliki akar kata yang sama dengan mighfar, yaitu alat pelindung atau penutup kepala pada waktu perang. Ada unsur kesamaan di antara keduanya: yaitu sama-sama menutupi sesuatu sehingga tidak terlihat.
Seseorang yang beristighfar , mengharapkan agar Allah S.W.T mengampuni dosa dosanya dan menutupi kesalahannya, tak terlihat oleh siapapun, tak berbekas, seakan akan dia tidak pernah berbuat dosa.[1]
            B. Hadits Istighfar
حدثنا يحيى بن يحيى وقتيبةبن سعيد وأبوالربيع العتكي جميعا عن حما د قال يحيى أخبر نا حما دبن زيد عن ثابت عن أبي بردة عن الأغرالمزني وكا نت له صحبةأن رسو ل الله صلى الله عليه وسلم قال إنه ليغا ن على قلبيي وإني لأستغفرالله في اليوم ما ئة مرة
“Yahya bin Yahya, Qutaibah bin Sa’id dan Abu Ar Rabi’ Al Atakiy telah memberitahukan kepada kami, semua riwayatnya berasal dari Hammad, Yahya Berkata, Hammad bin Zaid telah mengabarkan kepada kami dari Tsabit, dari Abu Burdah, dari Al- Aghar Al- Muzaniy, yang merupakan salah satu shahabat, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh hatiku tidak pernah lalai, dan sungguh saya selalu mengucapkan istighfar 100 kali sehari.”[2]
Kata-kata Sulit:
يغان : lalai
جميعا : memberitahukan
C. Penjelasan
            Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam “Sungguh hatiku tidak pernah lalai dan sungguh aku selalu mengucapkan istighfar 100 kali dalam sehari.” Pakar bahasa berkata, يغان maksudnya di sini, apa-apa yang menutupi hati. Al- Qadhi berkata, “Ada yang berpendapat, maksudnya adalah tenggang waktu dan kelalaian dari dzikir, karena Nabi S.A.W selalu berdzikir; maka apabila lemah semangat ibadahnya atau lalai, itu termasuk perbuatan dosa baginya dan langsung mengucapkan istighfar. “ Ia berkata, ada juga yang berpendapat; kesedihan beliau karena ulah umatnya dan penglihatan beliau akan keadaan mereka sepeninggal beliau; maka beliau mengucapkan istighfar yang di peruntukkan bagi umatnya. Ada yang berpendapat, sebabnya karena beliau sibuk memperhatikan apa yang terbaik bagi umatnya, urusan mereka, memerangi musuh, menguatkan hati yang baru masuk Islam dan lain sebagainya. Sehingga beliau sibuk dengan hal itu karena kedudukan beliau yang mulia sebagai Rasulullah, dan hal itu di mata beliau merupakan perbuatan dosa. Walaupun sebenarnya hal-hal tersebut merupakan sebaik-baik keta’atan dan amal kebaikan, karena beliau turun dari derajat yang tinggi, dari kedudukan yang tinggi yang selalu merasakan kehadiran Allah Ta’ala, penglihatan, pengawasan, dan kekosongannya dari selain-Nya; maka mengucapkan istighfar atas hal-hal tersebut. Ada yang berpendapat, mungkin juga lafadz يغان adalah ketenangan yang melingkupi hati berdasarkan firman Allah Ta’ala,
فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيهِم
“....lalu dia memberikan ketenangan atas mereka....”( QS. Al-Fath: 18), maka istighfarnya Nabi itu sebagai bentuk ibadah dan kebutuhan, [3]konsistensi kekhusyu’an, dan sebagai wujud syukur kepada Allah Ta’ala. Al-Muhasyi berkata, “Takutnya para Nabi dan Malaikat itu takut akan keagungan Allah Ta’ala, walaupun mereka sebetulnya aman dari adzab Allah Ta’ala. Ada juga yang berpendapat, mungkin maka lafadz يغان adalah hati yang dipenuhi rasa takut dan pengagungan kepada Allah Ta’ala; maka istighfar itu sebagai wujud syukur kepada Allah sebagaimana yang telah disebutkan.















DAFTAR PUSTAKA
Kharisman Abu Utsman, Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat, Probolinggo: Pustaka Hudaya,2011
  Imam An-Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim ibn Al-Hajjaj, Jakarta Timur: Darus Sunnah Press,2011



[1] Abu Utsman Kharisman, Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat, (Probolinggo: Pustaka Hudaya,2011)10
[2] Imam An-Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim ibn Al-Hajjaj, (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press,2011)1000
[3] Ibid., 1003

No comments:

Post a Comment