ISTIGHFAR
Makalah
ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Hadits
Dosen
pengampu:
Qoidatul
Marhumah, M. Th. I
Disusun
Oleh:
Ulya
Nabila
(933800115)
PROGAM
STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
JURUSAN
USHULUDDIN
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KEDIRI
2017
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Istighfar
Istighfar secara harfiah berarti meminta
maghfirah (ampunan). Kata maghfirah dalam bahasa Arab memiliki
akar kata yang sama dengan mighfar, yaitu alat pelindung atau penutup kepala
pada waktu perang. Ada unsur kesamaan di antara keduanya: yaitu sama-sama
menutupi sesuatu sehingga tidak terlihat.
Seseorang yang beristighfar ,
mengharapkan agar Allah S.W.T mengampuni dosa dosanya dan menutupi kesalahannya,
tak terlihat oleh siapapun, tak berbekas, seakan akan dia tidak pernah berbuat
dosa.[1]
B. Hadits Istighfar
حدثنا
يحيى بن يحيى وقتيبةبن سعيد وأبوالربيع العتكي جميعا عن حما د قال يحيى أخبر نا
حما دبن زيد عن ثابت عن أبي بردة عن الأغرالمزني وكا نت له صحبةأن رسو ل الله صلى
الله عليه وسلم قال إنه ليغا ن على قلبيي وإني لأستغفرالله في اليوم ما ئة مرة
“Yahya bin Yahya, Qutaibah bin Sa’id dan
Abu Ar Rabi’ Al Atakiy telah memberitahukan kepada kami, semua riwayatnya
berasal dari Hammad, Yahya Berkata, Hammad bin Zaid telah mengabarkan kepada
kami dari Tsabit, dari Abu Burdah, dari Al- Aghar Al- Muzaniy, yang merupakan
salah satu shahabat, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh
hatiku tidak pernah lalai, dan sungguh saya selalu mengucapkan istighfar 100
kali sehari.”[2]
Kata-kata Sulit:
يغان : lalai
جميعا : memberitahukan
C. Penjelasan
Sabda
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam “Sungguh hatiku tidak pernah lalai dan
sungguh aku selalu mengucapkan istighfar 100 kali dalam sehari.” Pakar
bahasa berkata, يغان maksudnya di sini,
apa-apa yang menutupi hati. Al- Qadhi berkata, “Ada yang berpendapat, maksudnya
adalah tenggang waktu dan kelalaian dari dzikir, karena Nabi S.A.W selalu
berdzikir; maka apabila lemah semangat ibadahnya atau lalai, itu termasuk
perbuatan dosa baginya dan langsung mengucapkan istighfar. “ Ia berkata, ada
juga yang berpendapat; kesedihan beliau karena ulah umatnya dan penglihatan
beliau akan keadaan mereka sepeninggal beliau; maka beliau mengucapkan
istighfar yang di peruntukkan bagi umatnya. Ada yang berpendapat, sebabnya karena
beliau sibuk memperhatikan apa yang terbaik bagi umatnya, urusan mereka,
memerangi musuh, menguatkan hati yang baru masuk Islam dan lain sebagainya.
Sehingga beliau sibuk dengan hal itu karena kedudukan beliau yang mulia sebagai
Rasulullah, dan hal itu di mata beliau merupakan perbuatan dosa. Walaupun
sebenarnya hal-hal tersebut merupakan sebaik-baik keta’atan dan amal kebaikan,
karena beliau turun dari derajat yang tinggi, dari kedudukan yang tinggi yang
selalu merasakan kehadiran Allah Ta’ala, penglihatan, pengawasan, dan
kekosongannya dari selain-Nya; maka mengucapkan istighfar atas hal-hal
tersebut. Ada yang berpendapat, mungkin juga lafadz يغان adalah ketenangan
yang melingkupi hati berdasarkan firman Allah Ta’ala,
فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ
عَلَيهِم
“....lalu dia memberikan ketenangan atas
mereka....”( QS. Al-Fath: 18), maka istighfarnya
Nabi itu sebagai bentuk ibadah dan kebutuhan, [3]konsistensi
kekhusyu’an, dan sebagai wujud syukur kepada Allah Ta’ala. Al-Muhasyi berkata,
“Takutnya para Nabi dan Malaikat itu takut akan keagungan Allah Ta’ala,
walaupun mereka sebetulnya aman dari adzab Allah Ta’ala. Ada juga yang
berpendapat, mungkin maka lafadz يغان adalah
hati yang dipenuhi rasa takut dan pengagungan kepada Allah Ta’ala; maka
istighfar itu sebagai wujud syukur kepada Allah sebagaimana yang telah
disebutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kharisman
Abu Utsman, Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat, Probolinggo:
Pustaka Hudaya,2011
Imam An-Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim
ibn Al-Hajjaj, Jakarta Timur: Darus Sunnah Press,2011
No comments:
Post a Comment