Blog Archive

Wednesday, March 22, 2017

amarah Nama : Amalia Evi Kumala NIM : 933803815



Nama : Amalia Evi Kumala
NIM  : 933803815
Prodi : Ilmu Al-Qurán dan Tafsir/ semester 4
Menahan Amarah
A.    Hadits Menahan Amarah
      حَدَّثَنَاالْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍالدُّوْدِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ٬ قَالُوْا نَبَّأَنَا عَبْدُاللهِ بْنُ يَزِيْدَ الْمُقْرِى أَخْبَرَنَا سَعِيْدُبْنُ أَبِى أَيُّوْبَ حَدَّثَنِى أَبُوْ مَرْحُوْمٍ عَبْدُالرَّحِيْمِ بْنُ مَيْمُوْنٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِبْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ عَنْ اَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللهُ يَوْمَالْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِى أَيِّ الْحُوْرِ شَاءَ. هذَاحَدِيْثٌ حَسَنُ غَرِيْبٌ.                                       
Terjemah
             Al-Abbas bin Muhammad Ad Dudi dan tidak hanya seorang menceritakan kepada kami, mereka berkata: “Abdullah bin Yazid Al-Mughri menceritakan kepada kami. Said bin Abi Ayyub memberitahukan kepada kami, Abu Marhum Abdur Rahim bin Maimun menceritakan kepadaku dari sahl bin Muadz bin Anas Al-Juhani dari ayahnya dari Rasulullah saw. bersabda:”Barangsiapa menahan marah sedangkan dia mampu melampiaskanya, maka Allah memanggilnya di hari qiyamat di hadapan para mahluk sehingga menyuruh dia memilih mana bidadari yang dia kehendaki”.
            Hadits ini adalah hasan gharib.[1]
Kosakata
كَظَمَ غَيْظًا    : Menahan Amarah
رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ : Di hadapan para mahluk
الْحُوْرِ           : Bidadari
Penjelasan
            Maksud dari hadits tersebut adalah bagi seseorang yang mampu menahan amarahnya dan mampu melampiaskan kemarahanya itu, maka pada hari qiamat nanti Allah akan memanggilnya dihadapan seluruh mahkluk dan Allah akan menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia inginkan.
Hadits 2
 عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِاِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَالْغَضَبِ.
Terjemah
          Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw. brsabda:”Orang yang kuat bukanlah orang yang (selalu) membanting orang (dengan kekuatanya), akan tetapi yang kuat adalah orang yang kuat menahan hawa nafsunya ketika ia marah.[2]
Kosakata
الشَّدِيْدُ     : Orang yang kuat
يَمْلِكُ نَفْسَهُ : Menahan hawa nafsunya
الْغَضَبِ     :Marah
Penjelasan
          Maksud dari istilah Syadid dalam hadits ini bukan kuat secara fisik melainkan kuat secara mental, yaitu orang yang mampu mengendalikan emosinya, sehingga tidak melakukan tindakan yang buruk, sebab mampu menahan diri untuk tidak melampiaskan emosinya kepada orang lain yang membuatnya marah.
          Makna hadits mengandung isyarat yang menunjukkan bahwa jihad melawan hawa nafsu lebih berat daripada jihad melawan musuh, sebab Rasulullah saw. memberi predikat orang kuat bagi orang yang mampu mengendalikan emosinya disaat sedang marah.[3]

              Hadits 3
 عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَوْصِيْنِى قَالَ: لاَتَغْضَبْ٬ فَرَدَّدَمِرَارً قَالَ:      لاَتَغْضَبْ
              Terjemah
            Dari Abu Hurairah r.a sesungguhnya seorang lelaki berkata pada Nabi Rasulullah saw. :Wasiatilah aku, beliau bersabda:”Janganlah kamu marah”. Ia bertanya berulang-ulang, Nabi bersabda: Janganlah kamu marah.”
Kosakata
رَجُلاً      :Laki-laki
: لاَتَغْضَبْ Jangan kamu marah
اَوْصِيْنِى   : Wasiatilah aku
Penjelasan
            Hadits ini melarang marah dan semua penyebabnya, serta mengandung anjuran untuk tidak melibatkan diri ke dalam hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan.
            Menurut pendapat lain disebutkan bahwa sebenarnya larangan ini berkenaan dengan hal-hal yang menimbulkan amarah yaitu sikap sombong, sebab ketika terjadi sesuatu hal yang bertentangan dengan keinginan yang dikehendaki orang yang bersangkutan, maka kesombonganya akan memicu kemarahannya.
            Sikap orang yang rendah hati lagi tidak sombong akan terhindar dari kesudahan yang buruk dari amarahnya.[4]
B.     Manfaat Menahan Amarah
            Manfaat menahan amarah atau bisa juga disebut dengan pengendalian emosi marah dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
            Pertama, menjaga kmampuan berfikir jernih dan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang benar.
            Kedua, menjaga keseimbangan tubuh. Ia tidak akan mengalami ketegangan fisik yang timbul akibat peningkatan energi yang disebabkan oleh bertambahnya penyaringan gula oleh liver.
            Ketiga, pengendalian emosi marah atau menahan amarah dan tidak melakukan penyerangan kepada orang lain, baik secara fisik maupun verbal, serta melanjutkan interaksi dengan mereka secara baik dan tenang akan membangkitkan ketenangan pada diri lawan.
            Keempat, menahan amarah juga berguna dilihat dari aspek kesehatan. Sebab manusia akan menghindari banyak penyakit fisik yang biasanya terjadi sebagai dampak dari emosi yang meluap.[5]


[1] Muhammad Isa bin Surah At-tirmidzi, Terjemah Sunan At-Tirmidzi, Terj, Moh. Zuhri, (Semarang: CV. Asy- 
   Syifa’, 1992) hlm. 526.
[2] Al Imam Abu Abdullah bin Ismail Al Bukhari,Tarjamah Shahih Bukhari Jilid I, Terj. Achmad
   Sunarto,(Semarang: CV. Asy-Syifa’), hlm. 105.
[3] Ibnu Hajar Al-Asqalany, Syarah Bulughul Maram, Terj. Bahrun Abubakar, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007),  
   hlm. 351.
[4] Ibid., hlm.362.
[5] Muhammad Utsman Najati, Psikolog dalam Al-Qur’an(Terapi Qur’ani dalam penyembuhan Gangguan   
   Kejiwaan), Terj. M. Zaka Al-Farisi,(Bandung:CV. PUSTAKA SETIA, 2005), hlm. 185-186.

No comments:

Post a Comment