Blog Archive

Tuesday, October 11, 2016

hadis maudhui surga



“SURGA”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Hadits 4

Dosen Pengampu
Qoidatul Marhumah, M.Th.I.



Disusunoleh:

Siti Aminah (933200214)





PRODI ILMU HADITS
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2016



BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Surga adalah tempat hunian abadi orang-orang yang beriman dan beramal shalih yang di dalamnya terdapat berbagai macam kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah dilihat di dunia, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah dibayangkan oleh hati manusia. Mereka akan tinggal di istana-istana yang indah dan mereka kekal abadi di dalamnya. Itu adalah balasan Alloh Subhanahuwata’ala atas amal-amal shaleh yang pernah mereka kerjakan di dunia.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana kondisi surga ?
2.      Siapa sajakah yang menjadi penghuni surga ?
3.      Amalan apa sajakah yang bisa mendorong seseorang masuk surga ?
4.      Kenikmatan apa sajakah yang didapat di surga ?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui kondisi surga.
2.      Untuk mengetahui siapa saja penghuni surga.
3.      Untuk mengetahui amalan yang bisa mendorong seseorang masuk surga.
4.      Untuk mengetahui kenikmatan yang di dapat di surga.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    KONDISI SURGA
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيَّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ الْغُرْفَةَ فِي الْجَنَّةِ كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ فِي السَّمَاءِ
قَالَ فَحَدَّثْتُ بِذَلِكَ النُّعْمَانَ بْنَ أَبِي عَيَّاشٍ فَقَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ فِي الْأُفُقِ الشَّرْقِيِّ أَوْ الْغَرْبِيِّ و حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ أَبِي حَازِمٍ بِالْإِسْنَادَيْنِ جَمِيعًا نَحْوَ حَدِيثِ يَعْقُوبَ
(MUSLIM - 5058) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Abdurrahman Al Qari` dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'ad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya penghuni surga saling melihat kamar-kamar di surga seperti melihat bintang di langit." Ia berkata: Lalu aku menceritakannya pada An Nu'man bin Abu Ayyasy, ia berkata: Aku mendengar Abu Sa'id Al Khudri berkata: Seperti kalian melihat binatang terang diufuk timur atau barat. Dan telah menceritakannya kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengkhabarkan kepada kami Al Makhzumi telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Abu Hazim dengan kedua sanad sekaligus seperti hadits Ya'qub.
و حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي الْجَنَّةِ خَيْمَةٌ مِنْ لُؤْلُؤَةٍ مُجَوَّفَةٍ عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا يَرَوْنَ الْآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمْ الْمُؤْمِنُ
(MUSLIM - 5071) : Telah menceritakan kepadaku Abu Ghassan Al Misma'i telah menceritakan kepada kami Abu Abdushshamad telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al Jauni dari Abu Bakr bin Abdullah bin Qais dari ayahnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya disurga ada tenda dari mutiara berlubang, lebarnya enampuluh mil. Setiap sudutnya ada keluarga, mereka tidak melihat yang lain, orang mu`min mengelilingi mereka."
حَدَّثَنَا أَبُو عُثْمَانَ سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدْ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُونَ وَأَنْتُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا
(MUSLIM - 5061) : Telah menceritakan kepada kami Abu Utsman Sa'id bin Abduljabbar Al Bashri telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit Al Bunani dari Anas bin Malik Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya di surga ada pasar, mereka mendatanginya setiap hari jum'at, angin dari utara berhembus lalu menerpa wajah-wajah mereka dan pakaian-pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan menawan. Mereka kembali ke keluarga mereka dengan penampilan yang lebih indah dan menawan, keluarga-keluarga mereka berkata pada mereka: 'Demi Allah, kau semakin indah dan menawan setelah kami.' mereka berkata: 'Kalian juga, demi Allah, lebih indah dan menawan setelah kami."
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لِعُثْمَانَ قَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا و قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَأْكُلُونَ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَلَا يَتْفُلُونَ وَلَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ قَالُوا فَمَا بَالُ الطَّعَامِ قَالَ جُشَاءٌ وَرَشْحٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالتَّحْمِيدَ كَمَا تُلْهَمُونَ النَّفَسَ
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ إِلَى قَوْلِهِ كَرَشْحِ الْمِسْكِ
(MUSLIM - 5066) : Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, teks milik Utsman. Berkata Utsman: telah menceritakan kepada kami, sedangkan Ishaq berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami Jarir dari Al A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir berkata: Aku mendengar nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya penghuni surga makan dan minum didalamnya, mereka tidak meludah, tidak kencing, tidak berak dan tidak ingusan." Mereka bertanya: Bagaimana dengan makanannya? Beliau menjawab: "Sendawa dan keringat seperti keringat minyak kesturi, mereka diilhami tasbih dan tahmid seperti kalian diilhami nafas." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dengan sanad ini hingga sabda beliau: "Seperti keringat minyak kesturi."
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ بُكَيْرًا حَدَّثَهُ أَنَّ عَاصِمَ بْنَ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ عُبَيْدَ اللَّهِ الْخَوْلَانِيَّ أَنَّهُ سَمِعَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ
يَقُولُ عِنْدَ قَوْلِ النَّاسِ فِيهِ حِينَ بَنَى مَسْجِدَ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ أَكْثَرْتُمْ وَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا قَالَ بُكَيْرٌ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
(BUKHARI - 431) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku 'Amru bahwa Bukair menceritakan kepadanya, bahwa 'Ashim bin 'Umar bin Qatadah menceritakan kepadanya, bahwa dia mendengar 'Ubaidullah Al Khaulani mendengar 'Utsman bin 'Affan berkata di tengah pembicaraan orang-orang sekitar masalah pembangunan masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia katakan, "Sungguh, kalian telah banyak berbicara, padahal aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang membangun masjid -Bukair berkata, "Menurutku beliau mengatakan- karena mengharapkah ridla Allah, maka Allah akan membangun untuknya yang seperti itu di surga."
عَنْ أَبِي موسى: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي الْجَنَّةِ خَيْمَةٌ مِنْ لُؤْلُؤَةٍ مُجَوَّفَةٍ عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا يَرَوْنَ الْآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمْ الْمُؤْمِنُ.
Dari Abu Musa RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Di dalam surga ada kemah yang terbuat dari permata yang dibentangkan dan lebarnya enam puluh mil. Pada setiap sudut ada penghuninya. Penghuni suatu sudut tidak dapat melihat penghuni di sudut lain dan di situlah orang mukmin berkeliling".
Jannah atau surga menurut etimologi berarti taman yang terdiri dari pohon kurma atau pohon lain-lain. Kata ini diambil dari lafal janna yang artinya menutupi. Sebab disebut demikian ialah karena pohon-pohon yang ada di dalam surga amat rindang daunnya, rimbun sekali, sedang cabang-cabang dari pohon yang satu bertaut dengan cabang-cabang dari pohon lainnya, sehingga bagian atas merupakan sebuah naungan atau payung tempat berteduh.
Adapun yang dimaksud dengan surga ialah suatu tempat kediaman atau perumahan yang disediakan oleh Allah swt. untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya sebagai balasan kepada mereka atas keimanannya yang jujur dan benar serta amal perbuatannya yang saleh.
Dalam Alquran juga disebutkan bahwa luas surga itu adalah seluas keseluruhan langit dan bumi yakni alam semesta ini. Pernah Nabi saw. ditanya tentang tempat neraka, “Jika luas surga adalah seluas keseluruhan langit dan bumi, maka di manakah tempat neraka?” Beliau memberikan jawaban tentang ini dengan sabdanya, “Maha Suci Allah, di manakah malam, jika siang sudah menjelma.”
Dapatkah kita bayangkan tempat tinggal penghuni surga yang dibangun Allah dengan tangan-Nya sendiri berbentuk istana yang bahan bangunannya adalah batu bata emas, dan perak sebening kaca, buah-buahannya lebih lembut dari keju, lebih manis dari madu, sungai-sungai mengalirkan susu, madu, arak yang tidak memabukan, air jernih yang tidak berubah rasanya, keelokan wajah penghuninya bagaikan bulan dimalam purnama, kecantikan bidadarinya tidak terbayangkan kejelitaannya, mulusnya, putihnya, kemontokan payudaranya, dipingit didalam kemah/tenda, belum pernah tersentuh oleh jin dan manusia, yang selalu tersenyum dan mengucapkan kalimat yang menyenangkan suami mereka, kendaraanya adalah unta dan kuda bersayap yang terbuat dari mutiara, begitu pula tanah dan debunya, makanan dan minumannya adalah hidangan istimewa yang tak terbayangkan kelezatannya, kasur dan permadaninya adalah kasur tebal dan sutra halus, gelas dan piringnya terbuat dari emas dan perak, sungguh sebuah janji yang tidak pernah diingkari oleh Yang Maha Rahman. Apalagi jika Allah menyingkap tirai-Nya.
Bangunan Surga terbuat dari batu bata emas dan perak adukannya beraroma kesturi yang sangat harum, kerikilnya terbuat dari mutiara lu’lu dan yaquth dan tanahnya terbuat dari za’farn seperti tepung putih yang beraroma kesturi. Diantara bentuk bangunannya adalah kubah-kubah indah yang terbuat dari muatiara. Luas dan lebar pintu surga seperti jarak pengendara tercepat selama tiga hari, jarak antara satu pintu dengan pintu lainnya seperti Makkah dan Bushra.
 Pohon Taman dan Naungan Surga Di dalamnya terdapat pohon yang apabila seorang pengembara itu berjalan di bawah naungannya selama 100 tahun ia belum keluar dari naungannya, pohon-pohonnya kekal dan buahnya dekat lagi rendah menjuntai, sehingga mudah diambil. Seluruh pohon disurga batangnya terbuat dari emas (Shahihul Jami’).
B.     PENGHUNI SURGA
عَنْ مُحَمَّدٍ قَالَ إِمَّا تَفَاخَرُوا وَإِمَّا تَذَاكَرُوا الرِّجَالُ فِي الْجَنَّةِ أَكْثَرُ أَمْ النِّسَاءُ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَوَ لَمْ يَقُلْ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى أَضْوَإِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ.
Dari Muhammad {Ibnu Sirin}, dia berkata, "Para sahabat mungkin merasa bangga atau mungkin ingin memperdalam pengetahuannya hingga mereka bertanya, 'Di dalam surga itu lebih banyak laki-laki ataukah perempuan?' Kemudian Abu Hurairah menuturkan, "Bukankah Abu Qasim -Rasulullah SAW- telah bersabda, 'Sesungguhnya kelompok pertama yang akan masuk surga adalah orang-orang yang wajahnya bagaikan bulan purnama. Setelah itu adalah orang-orang yang wajahnya bagaikan bintang yang berkilau di langit. Masing-masing mereka mendapat dua istri yang sumsum tulang betisnya dapat terlihat dari luar dagingnya. Selain itu, di surga juga tidak ada orang yang membujang.
عن أَبي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمَّا خَلَقَهُ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ وَهُمْ نَفَرٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا يُجِيبُونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ قَالَ فَذَهَبَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى الْآنَ.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menciptakan Adam dengan postur tubuh yang tingginya enam puluh hasta. Setelah menciptakan Adam, Allah berkata kepada Adam, 'Pergilah dan ucapkan salam kepada kelompok itu! Mereka adalah sekelompok malaikat yang sedang duduk. Dengarkan sapaan mereka kepadamu, karena hal itu adalah sapaan untukmu dan anak cucumu!' Rasulullah SAW bersabda, "Kemudian Adam pergi dan ia ucapkan, 'Assalaamu 'alaika warahmatullaah'. Mereka menambah salam Adam dengan lafaz warahmatullaahi Selanjutnya Rasulullah bersabda, "Setiap orang yang masuk surga akan mempunyai postur tubuh seperti Adam yang tingginya enam puluh hasta. Sebenarnya, tubuh manusia itu senantiasa akan menyusut, sepeninggalan Nabi Adam, hingga sekarang."
عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ قَالَ: كَانَ لِمُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ امْرَأَتَانِ فَجَاءَ مِنْ عِنْدِ إِحْدَاهُمَا فَقَالَتْ الْأُخْرَى جِئْتَ مِنْ عِنْدِ فُلَانَةَ فَقَالَ جِئْتُ مِنْ عِنْدِ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ فَحَدَّثَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَقَلَّ سَاكِنِي الْجَنَّةِ النِّسَاءُ .
Dari Abu Tayyah, dia berkata, "Mutharrif bin Abdullah mempunyai dua orang istri. Pada suatu ketika, salah seorang dari kedua istrinya itu datang kepadanya dan bertanya, 'Apakah kamu baru datang dari rumah fulanah?' Mutharrif menjawab, "Aku baru datang dari rumah Imran bin Hushain. Ia telah memberitahu kepadaku bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, 'Sesungguhnya penghuni surga yang lebih sedikit itu adalah kaum perempuan.'
Surga merupakan tempat yang disediakan Allah SWT sebagai balasan bagi orang-orang yang mengikuti aturan-Nya. Selama hidup di dunia, manusia diperintahkan mempersiapkan bekal untuk bisa memasuki tempat terindah tersebut.
Namun, meski dengan tingkatan keimanan yang tinggi, seseorang tidak akan pernah tahu dirinya masuk surga atau tidak. Pasalnya penentuan tersebut baru akan terjadi setelah hari kiamat tiba, yakni pada yaumul hisab atau hari perhitungan.
Meski demikian, Allah sudah menjelaskan ciri penghuni surga dalam firman-Nya. Di dalam surat Ali Imran dijelaskan tentang sifat-sifat para penghuni surga saat masih menjalani kehidupan di dunia. Seperti apa ciri-cirinya, berikut ringkasannya.
Qur’an surat Ali Imran merupakan surat ke tiga dalam Al-Qur’an yang memiliki 200 ayat. Surat ini termasuk golongan surat Madaniyah atau surat-surat yang turun di kota Madinah. Dalam surat tersebut menceritakan tentang keteladanan keluarga Ali Imran. Beliau adalah ayah dari Ibunda Siti Maryam yang sudah melahirkan Nabi Isa.
Di dalam surat tersebut juga disebutkan tentang ciri-ciri ahli surga. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam ayat 16-17 pada ayat tersebut. Berikuat potongan ayat dalam surat Ali Imran yang menjelaskan tentang ciri-ciri penghuni surga.
“(Ahli surga itu adalah) orang-orang yang berdo’a, “Ya Alloh Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. Yaitu, orang-orang yang sabar, orang-orang yang benar, orang-orang yang taat, orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur.
Dari ayat di atas diketahui ada beberapa ciri[ciri manusia yang akan menjadi penghuni surga, seperti apa cirinya :
1.      orang-orang yang beriman kepada Allah, beriman kepada Allah SWT merupakan pondasi utama bagi seorang muslim dan menjadi rukun iman yang pertama. Ternyata ini pula lah yang menjadi ciri seseorang yang nantinya dihadiahi surga. Namun perkara beriman tidak hanya sekedar percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Lebih dari itu, beriman harus diikuti dengan mempercayai dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan menjalankan dengan amal perbuatan.
2.      Orang-orang yang senantiasa beristighfar, dalam surat tersebut dikatakan oleh para ahli surga “ faghfirlanaa dzunuubana “, yang artinya maka ampunilah segala dosa kami. Ini menandakan bahwa orang yang senantiasa memohon ampunan kepada Allah merupakan salah satu ciri penghuni surga.
Seorang ahli surga selalu berpikir bahwa dirinya berlumuran dosa. Sehingga tiada waktu terlewat untuk memohon ampunan kepada Allah. Sehingga Allah mengampuni setiap dosa yang kita lakukan sehari-hari (dosa kecil). Karena sejatinya manusia memanglah menjadi gudangnya dosa. “tiap anak adam itu berbuat salah dan sebaik-baik orang yang bersalah itu adalah orang yang bertaubat”. “ demi Allah, sesungguhnya saya nenbaca istighfar (minta ampun) dan bertaubat kepada Allah setiap hari lebih dari tujuh puluh kali”.
3.      Orang-orang yang memohon dijauhkan dari api neraka. Penghuni surga juga mempunyai ciri selalu memohon agar Allah menjauhkannya dari siksa api neraka. Al-Qur’an sudah menjelaskan bagaimana ganasnya panas api neraka ini. Hal ini menjadi berita yang dipercayai oleh para ahli surga dan membuat mereka takut untuk akan ancaman neraka tersebut. Tidak hanya sekedar berdo’a saja, orang-orang yang memiliki karakter ahli surga juga mengimbangi do’a mereka dengan ikhtiar untuk benar-benar jauh dari api neraka. Mereka akan menjauhi segala perbuatan dosa yang akan menyeretnya ke neraka jahannam.
4.      Orang-orang yang sabar. Ciri-ciri selanjutnya yang dijelaskan oleh surat Ali Imran ini adalah memiliki karakter yang sabar. Calon penghuni surga memahami bahwa kehidupan di dunia layaknya kisah di dalam film. Ada Allah SWT sebagai sutradara dan produser, sementara manusia layaknya artis yang memerankan setiap peran yang sudah ditetapkan. Itu mengapa mereka bersabar dengan berbagai rintangan dan cobaan. Semua hal tersebut merupakan ujian kenaikan kelas yang diharapkan meninggikan derajat mereka disisi Allah. Mereka tetap lapang dada dan tidak mengeluh menghadapi kesulitan dan tantangan hidup. Tawakkal ‘alallah, pasrah kepada kehendak dan takdir Allah.
5.      Orang-orang yang benar. Yaitu orang-orang yang benar aqidah dan imannya, benar ikrar dan lisannya, benar janji dan amalannya. Ahli surga memiliki komitmen yang kokoh terhadap kebenaran (al-haq). Orang-orang yang seluruh aspek dalam kehidupannya mengacu kepada kebenaran (Al-Qur’an) dan orang-orang seperti ini disebut dengan Asshadiqin.
6.      Orang-orang yang taat. Ketaatan bukanlah hal yang dapat diperoleh dengan mudah. Gelar taat yang menempel pada diri manusia juga bukanlah gelar duniawi yang diperoleh dengan materi. Ketaatan adalah hasil dari sebuah proses pengimanan dan pengakuan akan adanya Allah dan eksistensinya dalam kehidupan manusia. Adanya pengakuan kepada kepada Allah melahirkan sikap patuh dan taat atas segala perintah dan larangan Allah. Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 51 dijelaskan, “sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar berhukum diantara mereka ialah ucapan mereka, kami dengar dan kami taat dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
7.      Orang-orang yang bersedekah di jalan Allah. Ciri lain penghuni surga yang dijelaskan dalam surat Ali Imran adalah mereka yang termasuk orang-orang yang bersedekah di jalan Allah. Mereka ini menyadari bahwa sedekah merupakan investasi kepada Allah tidak akan membuat mereka menjadi miskin. Sikap hidup seperti ini terbentuk karena adanya iman dan taqwa.
8.      Orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur. Ciri terakhir yang dijelaskan dalam surat Ali Imran adalah mereka yang memohon ampun pada waktu sahur. Waktu sahur merupakan waktu sepertiga malam yang biasanya sangat utama dilakukan untuk shalat tahajud dan memiliki banyak keutamaan. Pada waktu ini berdasarkan hadits Nabi dijelaskan bahwa Allah SWT turun ke langit dunia memberikan rahmat dan ampunan kepada hamba-Nya. Nabi pun mencontohkan dengan melakukan berbagai ibadah kepada Allah pada waktu ini. “mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.”
C.     AMALAN YANG BISA MENDORONG SESEORANG MASUK SURGA
وَقَدْ رُوِيَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا صَغِيرًا كَانَ أَوْ كَبِيرًا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
حَدَّثَنَا بِذَلِكَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا نُوحُ بْنُ قَيْسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى قَيْسٍ عَنْ زِيَادٍ النُّمَيْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا
(TIRMIDZI - 293) : Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda: "Barangsiapa membangun sebuah masjid karena Allah baik kecil maupun besar, maka Allah akan membuatkan sebuah rumah baginya di surga." Qutaibah menceritakan demikian kepada kami, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Nuh bin Qais dari Abdurrahman pelayan Qais dari Ziyad An Numairi dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti ini."
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ تُكَفِّرُ مَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
(TIRMIDZI - 855) : Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Sumai dari Abu Shalih dari Abu Hurairah berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Umrah yang satu ke umrah yang lain menghapus dosa di antara keduanya dan balasan haji mabrur tiada lain kecuali surga". Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan shahih."
حَدَّثَنَا وَاصِلُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَبِي نَصْرٍ عَنْ مُسَاوِرٍ الْحِمْيَرِيِّ عَنْ أُمِّهِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتْ الْجَنَّةَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
(TIRMIDZI - 1081) : Telah menceritakan kepada kami Washil bin Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Abdullah bin Abdurrahman, Abu Nadlr dari Musawir Al Himyari dari ibunya dari Umu Salamah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wanita manapun yang meninggal dan suaminya dalam keadaan ridha (kepadanya), niscaya dia masuk surga." Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan gharib."
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا مُزَاحِمُ بْنُ ذَوَّادِ بْنِ عُلْبَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ لَيْثٍ عَنْ أَبِي الْخَطَّابِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ عَنْ ثَوْبَانَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِالْقَوِيِّ وَرُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ اخْتَلَعَتْ مِنْ زَوْجِهَا مِنْ غَيْرِ بَأْسٍ لَمْ تَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
(TIRMIDZI - 1107) : Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Muzahim bin Dzawwad bin 'Ulbah dari ayahnya dari Laits dari Abu Al Khaththab dari Abu Zur'ah dari Abu Idris dari Tsauban dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Para wanita yang mengajukan gugatan cerai adalah wanita munafik." Abu Isa berkata; Hadits ini gharib dari jalur ini dan sanadnya tidak kuat. Diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Wanita mana pun yang mengajukan gugatan cerai kepada suaminya tanpa sebab, maka ia tidak akan mencium bau surga."
حَدَّثَنِي قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَهُوَ بَرِيءٌ مِنْ ثَلَاثٍ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَزَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ
(TIRMIDZI - 1497) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari Salim bin Abul Ja'd dari Tsauban ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meninggal dalam keadaan terbebas dari tiga hal; sombong, mencuri harta ghanimah dan hutang, maka ia akan masuk surga." Dalam bab ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid Al Juhani.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ ، اِنْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، وَقِيْلَ : قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهٍ كَذَّابٍ ، فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: (( يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ )).
Dari ‘Abdullah bin Salâm, ia berkata: “Ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, ‘Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.”
Yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga ada dua amalan yaitu taqwa dan akhlak yang baik. Yang sangat jarang ditemukan, bahkan pada orang-orang yang sudah kenal agama. Ada yang sudah lama mengaji, sudah sekian duduk di majelis ilmu, namun ia adalah orang yang sering lalaikan amanat. Dengan tampilannya yang jenggotan, namun terlihat sangar (tidak murah senyum) dan kasar. Seolah-olah yang dipentingkan adalah penampilan lahiriyah tanpa memperhatikan akhlak yang santun, amanat dan lemah lembut. Padahal seharusnya dengan rajinnya menuntut ilmu dan sudah menjalankan ajaran Rasul semakin terbimbing pada akhlak yang baik. Karena taqwa dan akhlak baik itulah yang mengantarkan kepada surga.
Taqwa asalnya adalah menjadikan antara seorang hamba dan sesuatu yang ditakuti suatu penghalang. Sehingga taqwa kepada Allah berarti menjadikan antara hamba dan Allah suatu benteng yang dapat menghalangi dari kemarahan, murka dan siksa Allah. Taqwa ini dilakukan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat. Namun taqwa yang sempurna kata Ibnu Rajab Al Hambali adalah dengan mengerjakan kewajiban, meninggalkan keharaman dan perkara syubhat, juga mengerjakan perkara sunnah, dan meninggalkan yang makruh. Inilah derajat taqwa yang paling tinggi.
Yang dimaksud bersyukur kepada Allah adalah dengan melakukan ketaatan pada-Nya. Adapun maksud mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya adalah selalu mengingat Allah dengan hati pada setiap gerakan dan diamnya, begitu saat berucap. Semuanya dilakukan hanya untuk meraih pahala dari Allah. Begitu pula larangan-Nya pun dijauhi.
Ibnu Rajab mengatakan bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian dari taqwa. Akhlak disebutkan secara bersendirian karena ingin ditunjukkan pentingnya akhlak. Sebab banyak yang menyangka bahwa taqwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa memperhatikan hak sesama.
Sabda Nabi SAW ( أَفْشُوْا السَّلَامَ) “Sebarkanlah salam.”
Sebarkanlah salam di antara kalian, jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya, dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah salamnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا
Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya…” [an-Nisâ’/4:86]
Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Rasûlullâh SAW bersabda :
لَا تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا ، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian.
Karena menyebarkan salam itu menimbulkan rasa cinta, maka sebaliknya meninggalkan salam akan menyebabkan kesedihan. Ini sesuatu yang lumrah pada diri manusia. Jika ada orang yang lewat dan mengucapkan salam kepadamu maka engkau akan merasa senang dan cinta. Namun, jika yang lewat itu tanpa mengucapkan salam, maka engkau akan merasa ragu terhadapnya. Fakta ini menunjukkan bahwa salam memiliki urgensi yang tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang yang bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Islam yang bagaimanakah yang paling baik ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ.
Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak kenal.
Salam juga merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, makna menyebarkan salam maksudnya selalu mengucapkannya setiap kali bertemu atau berjumpa meskipun sudah mengucapkan salam saat perjumpaan sebelumnya. Seorang muslim yang tidak mau mengucapkan salam setiap kali bertemu dianggap bakhil. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجِزَ فِيْ الدُّعَاءِ وَأَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلاَمِ.
Selemah-lemah manusia adalah orang yang lemah (malas) berdo’a kepada Allâh, dan sebakhil-bakhil manusia adalah orang yang bakhil mengucapkan salam.
Zaman sekarang ini ummat Islam sudah mulai jarang mengucapkan salam. Sebagian mereka beranggapan bahwa tadi sudah berjumpa dan sudah mengucapkan salam, maka apabila berjumpa lagi dalam waktu 20 menit atau 30 menit tidak perlu lagi mengucapkan salam. Padahal, teladan (contoh) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya tidak demikian. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat  apabila berjumpa, mereka saling mengucapkan salam, meskipun sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا لَقِيَ أَحَدُكَمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ ، فَإِنْ حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ أَيْضًا
Apabila salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim, hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya ! Kemudian apabila keduanya terhalang pohon atau tembok atau batu lantas berjumpa lagi, maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi.
Hadits ini dengan sangat gamblang menganjurkan salam kendati pun ia sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya. Hadits ini tidak membatasi hanya sekali salam, justru hadits ini menganjurkan agar setiap muslim mengucapkan salam berkali-kali, karena ini merupakan kebaikan. Itulah yang dimaksud dengan ifsyâ-us salâm (menyebarkan salam).
Praktek menyebarkan salam seperti ini juga telah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan :
كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتُفَرِّقُ بَيْنَنَا الشَّجَرَةُ فَإِذَا الْتَقَيْنَا سَلَّمَ بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ
Kami (para shahabat) apabila berjalan bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami terhalang oleh pohon lantas kami bertemu lagi, maka sebagian dari kami mengucapkan salam kepada sebagian lainnya.
Hadits lain yang menjadi penguat hadits di atas adalah hadits yang sudah masyhur tentang seorang shahabat yang tidak thuma’ninah dalam shalatnya. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki masjid kemudian masuklah seorang laki-laki lantas mengerjakan shalat. Selesai shalat, ia mengucapkan salam kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau pun menjawab salamnya, lalu bersabda, Ulangi shalatmu! Karena sesungguhnya engkau belum shalat. Kemudian ia pun mengulangi shalatnya seperti sebelumnya. Selesai shalat, ia pun kembali mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan salam kepada beliau… (hal ini dilakukannya hingga tiga kali).
Apabila umat Islam ini memahami dan menyadari betapa pentingnya ifsyâ-us salâm (menyebarkan salam), insya Allâh akan terwujud rasa saling menyayangi dan mencintai sesama kaum Muslimin. Salam merupakan cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik sesama Muslim. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ. يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا ، وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ لَيَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
Tidak halal seorang Muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya selama tiga malam, keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu pun berpaling. Akan tetapi orang yang terbaik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan salam.
Di atas sudah diterangkan bahwa mengucapkan salam yang diperintahkan tidak hanya terbatas satu kali, akan tetapi berkali-kali setiap kali bertemu. Misalnya:
Pertama : Seorang karyawan Muslim bertemu dengan karyawan lainnya yang Muslim, maka hendaklah ia mengucapkan salam, ketika masuk maupun keluar kantor.
Kedua : Seorang ustadz bertemu dengan ustadz lainnya dalam satu sekolah atau dalam lembaga-lembaga dakwah, hendaklah selalu mengucapkan salam, meskipun beberapa kali bertemu.
Ketiga : Seorang ustadz atau guru hendaklah mengucapkan salam ketika masuk ke kelas, dan ketika keluar pun hendaklah ia mengucapkan salam.
Keempat, seseorang sampai dalam satu majlis hendaklah mengucapkan salam, dan ketika telah selesai atau ia meninggalkannya hendaklah ia pun mengucapkan salam.
Kelima : Seseorang yang masuk ke masjid atau mushalla atau surau hendaklah mengucapkan salam meskipun di dalamnya ada orang yang sedang shalat, atau ada yang sedang membaca al-Qur-an, atau ada yang sedang berdzikir. Sebab, para shahabat juga mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal ketika itu beliau sedang shalat. Kemudian, beliau pun menjawabnya dengan isyarat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkata-kata karena dalam shalat dilarang berkata-kata selain dzikir, tasbîh, dan membaca ayat al-Qur’ân. Tentang penyebutan isyarat dalam hadits tersebut, hal itu dilakukan dalam shalat. Adapun di luar shalat, isyarat tersebut tidak diperbolehkan karena menyerupai perbuatan Yahudi, kecuali, apabila diiringi dengan salam.
Keenam : Seorang anak, ibu, atau bapak yang hendak masuk rumah hendaklah mengucapkan salam, demikian pula ketika keluar rumah.
Ketujuh : Seorang pedagang hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang muslim lainnya, atau seorang pembeli hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang-pedagang muslim lainnya yang ada di pasar. Hal ini sebagaimana riwayat dari shahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma. Dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, suatu ketika ia mendatangi ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma, kemudian ia berjalan bersamanya ke pasar. Thufail berkata, “Setiap kali ia bertemu dengan tukang loak (pedagang barang bekas), pedagang, orang miskin, atau siapa saja, ia selalu mengucapkan salam.” Thufail melanjutkan, “Suatu hari aku datang lagi ke rumah Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, lalu ia ingin ikut menemaniku ke pasar. Aku pun bertanya, Apa yang engkau kerjakan di pasar sedangkan engkau tidak berjual beli, tidak menanyakan harga barang-barang, dan tidak pula mau duduk-duduk di pasar. Aku melanjutkan, sebaiknya kita duduk-duduk saja disini sambil bercakap-cakap. Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma langsung menjawab, Wahai Abu Bathn , sesungguhnya kita pergi ke pasar semata-mata hanya ingin mengucapkan salam saja, yaitu kita ucapkan salam kepada kaum muslimin mana saja yang kita jumpai.
Ucapan salam adalah kalimat yang disenangi oleh Allâh Azza wa Jalla , Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Apabila kalimat salam diucapkan oleh kaum muslimin setiap saat, setiap waktu, setiap hari, maka insya Allâh ummat Islam ini akan selamat dari penyakit-penyakit hati dan ummat Islam akan mempunyai ‘izzah (harga diri) di hadapan ummat-ummat yang lain. Oleh karena itu, kita harus berupaya menyebarkan salam dan menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini agar kita selamat dan mempunyai ‘izzah di hadapan orang-orang kafir.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat  
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
أَفْشُوْا السَّلاَمَ كَيْ تَعْلُوْا
Sebarkanlah salam agar kalian menjadi tinggi (mempunyai ‘izzah)
2. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , (وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ) “Berikanlah makan.”
Yaitu berikanlah makan kepada orang-orang yang membutuhkan, kepada tamu dan tetangga. Ini merupakan akhlak mulia yang bisa menghantarkan pelakunya masuk surga. Orang yang memberikan makan kepada orang lain akan memiliki keistimewaan dan kedudukan di masyarakat. Orang yang memberikan makan akan mendapat rizki yang berlimpah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya Azza wa Jalla disebutkan :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
Sedekah tidak mengurangi harta…
أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
Berinfaqlah ! Niscaya Aku akan berinfaq kepadamu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata kepada Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma,
اِنْفَحِيْ ، أَوِ انْضَحِيْ ، أَوْ أَنْفِقِيْ ، وَلاَ تُحْصِيْ فَيُحْصِيَ اللهُ عَلَيْكِ ، وَلَا تُوْعِيْ فَيُوْعِيَ اللهُ عَلَيْكِ.
Infakkan, atau sedekahkan, atau nafkahkanlah, dan janganlah kamu menghitung-hitungnya sehingga Allâh akan menghitung-hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan Janganlah kamu menakar-nakarnya sehingga Allâh menakar-nakar pemberian-Nya kepadamu.
Orang yang memberi makan atau berinfak pasti akan diganti oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ
…Dan apa saja yang kamu infakkan, Allâh akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.[Saba’/34: 39]
Adapun jika engkau menahan rizki yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadamu, maka Allâh Azza wa Jalla juga akan menahan rizki-Nya kepadamu. Memberi makan memiliki keistimewaan yang agung, khususnya orang-orang yang memberi makan kepada para tamu dan orang yang membutuhkan. Mereka memiliki keutamaan yang besar, terlebih lagi orang yang tinggal di tempat umum (lalu mereka suka memberi makan). Namun yang perlu diingat, memberi makan dan berinfak serta ibadah-ibadah lainnya wajib dilakukan dengan ikhlas karena Allâh. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allâh , kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. [al-Insân/76:8-9]
3. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,) (وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ “Sambunglah tali silaturrahim.” al-Arhâm adalah jamak dari rahim. Maksudnya kerabat yang memiliki hubungan kekeluargaan dari ibu atau bapak, seperti paman, bibi, kakek, nenek, sepupu, dan lainnya. Mereka adalah al-arhâm. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
…Bertakwalah kepada Allâh yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan… [an-Nisâ’/4:1]
Maksudnya bertakwalah kepada Allâh Azza wa Jalla dan bertakwalah dalam urusan kekeluargaan agar engkau tidak memutusnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ
Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat… [al-Isrâ’/17:26]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ
“Dan beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat…” [an-Nisâ’/4:36]
Banyak ayat yang memerintahkan untuk menyambung tali silaturrahim dan ancaman bagi yang memutus tali silaturrahim. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ﴿٢٢﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allâh ; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” [Muhammad/47: 22-23]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“…Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allâh agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” [ar-Ra’d/13:25]
Silaturrahim itu memiliki keistimewaan yang agung, merupakan sebab masuk Surga. Dan memutus silaturrahim menyebabkan laknat dan terjauhkan dari rahmat Allâh Azza wa Jalla .
4. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : (وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ) “Shalatlah di waktu malam, di saat manusia sedang tidur.” Ini mencakup shalat-shalat wajib, seperti shalat ‘Isya dan shalat Shubuh, juga mencakup shalat malam, karena malam adalah waktunya orang-orang tidur. Jika seseorang bangun dan shalat maka ini menunjukkan keimanannya karena dia lebih memilih shalat dari pada tidur dan istirahat. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya…” [as-Sajdah/32:16]
Seorang Muslim yang beriman kepada Allâh dan hari Akhir, dia berusaha untuk mengerjakan shalat wajib yang lima waktu berjamaah di Masjid. Dia juga berusaha untuk bangun di tengah malam untuk melakukan shalat Tahajjud di saat manusia sedang tidur. Di tengah malam dan di akhir malam dia gunakan untuk bermunajat kepada Allâh Azza wa Jalla , shalat malam, berdo’a dan meminta ampun kepada Allâh Azza wa Jalla atas semua dosa-dosanya.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melakukan Tahajjud sampai kakinya bengkak, ketika beliau ditanya bukankah engkau sudah diampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidaklah pantas aku menjadi hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang bersyukur ?” Shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih, menghapuskan dosa-dosa dan merupakan kemuliaan bagi seorang muslim. Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat merutinkan shalat malam meskipun sedikit.
Barangsiapa mengerjakan keempat amalan ini, yakni menyebarkan salam, memberi makan, menyambung tali silaturrahim, dan shalat malam ketika manusia tertidur, akan masuk surga dengan sejahtera, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ
Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman. [al-Hijr/15:46]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ
Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. [Qâf/50: 34]
Itu adalah balasan mereka, pahala atau ganjaran yang sesuai dengan jenis amalan yang dikerjakan. Masuk surga merupakan cita-cita tujuan terbesar seorang Mukmin. Masuk surga itu mudah bagi siapa yang Allâh mudahkan. Semua yang ada dalam surga berupa kebaikan, kenikmatan, kelezatan dan kebahagiaan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allâh Azza wa Jalla . Amal-amal untuk masuk surga semuanya mudah dan tidak sulit. Ada seseorang berkata kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan kepadaku amalan yang bisa memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau telah bertanya sesuatu yang besar, tapi itu mudah bagi siapa yang Allâh mudahkan, yaitu beribadahlah kepada Allâh dan jangan menyekutukannya dengan suatu apa pun…”
Ini adalah hadits yang agung, karena keempatnya termasuk akhlak yang mulia. Menyebarkan salam, memberi makan, dan menyambung tali silaturrahim manfaatnya untuk orang lain, sedangkan shalat malam di saat yang lain tertidur manfaatnya untuk orang yang melakukan amalan tersebut.
D.    KENIKMATAN YANG DIDAPAT DI SURGA
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ
(MUSLIM - 5068) : Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit bin Abu Rafi' dari Abu Rafi' dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Barangsiapa masuk surga, ia bersenang-senang dan tidak bersedih, pakaiannya tidak usang dan kemudaannya tidak lenyap."
عن جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَبُولُونَ وَلَكِنْ طَعَامُهُمْ ذَاكَ جُشَاءٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالْحَمْدَ كَمَا تُلْهَمُونَ النَّفَسَ.
1971- Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Para penghuni surga itu akan makan dan minum {dengan sepuas-puasnya}. Mereka tidak buang hajat, tidak mempunyai ingus, dan tidak buang air kecil. Makanan mereka itu adalah sendawa bagai percikan minyak wangi. Mereka selalu terilhami untuk bertasbih dan bertahmid sebagaimana mereka diilhami untuk bernafas.''{Muslim 8/147}
عن ثَوْبَان مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ قَالَ كُنْتُ قَائِمًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ حِبْرٌ مِنْ أَحْبَارِ الْيَهُودِ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ فَدَفَعْتُهُ دَفْعَةً كَادَ يُصْرَعُ مِنْهَا فَقَالَ لِمَ تَدْفَعُنِي فَقُلْتُ أَلَا تَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ الْيَهُودِيُّ إِنَّمَا نَدْعُوهُ بِاسْمِهِ الَّذِي سَمَّاهُ بِهِ أَهْلُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اسْمِي مُحَمَّدٌ الَّذِي سَمَّانِي بِهِ أَهْلِي فَقَالَ الْيَهُودِيُّ جِئْتُ أَسْأَلُكَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَنْفَعُكَ شَيْءٌ إِنْ حَدَّثْتُكَ قَالَ أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ فَنَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعُودٍ مَعَهُ فَقَالَ سَلْ فَقَالَ الْيَهُودِيُّ أَيْنَ يَكُونُ النَّاسُ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُمْ فِي الظُّلْمَةِ دُونَ الْجِسْرِ قَالَ فَمَنْ أَوَّلُ النَّاسِ إِجَازَةً قَالَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ قَالَ الْيَهُودِيُّ فَمَا تُحْفَتُهُمْ حِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَالَ زِيَادَةُ كَبِدِ النُّونِ قَالَ فَمَا غِذَاؤُهُمْ عَلَى إِثْرِهَا قَالَ يُنْحَرُ لَهُمْ ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ أَطْرَافِهَا قَالَ فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ قَالَ مِنْ عَيْنٍ فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ وَجِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ لَا يَعْلَمُهُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ قَالَ يَنْفَعُكَ إِنْ حَدَّثْتُكَ قَالَ أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ قَالَ جِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنْ الْوَلَدِ قَالَ مَاءُ الرَّجُلِ أَبْيَضُ وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ فَإِذَا اجْتَمَعَا فَعَلَا مَنِيُّ الرَّجُلِ مَنِيَّ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَا بِإِذْنِ اللَّهِ وَإِذَا عَلَا مَنِيُّ الْمَرْأَةِ مَنِيَّ الرَّجُلِ آنَثَا بِإِذْنِ اللَّهِ قَالَ الْيَهُودِيُّ لَقَدْ صَدَقْتَ وَإِنَّكَ لَنَبِيٌّ ثُمَّ انْصَرَفَ فَذَهَبَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ سَأَلَنِي هَذَا عَنْ الَّذِي سَأَلَنِي عَنْهُ وَمَا لِي عِلْمٌ بِشَيْءٍ مِنْهُ حَتَّى أَتَانِيَ اللَّهُ بِهِ.
1972- Dari Tsauban RA, maula Rasulullah SAW, dia berkata, "Suatu ketika, saya pernah berdiri di dekat Rasulullah SAW. Tak lama kemudian, datanglah seorang pendeta Yahudi sambil mengucapkan, 'Assalaamu alaikum ya Muhammad.' Mendengar ucapan tersebut, saya {Tsauban} langsung mendorong pendeta Yahudi tersebut hingga ia hampir terjatuh. Lalu pendeta itu berseru kepada saya, "Mengapa kamu mendorong saya?" Saya pun menjawab, "Mengapa kamu tidak mengucapkan ya Rasulullah." Pendeta Yahudi itu berkata, "Aku hanya memanggil Muhammad sebagaimana nama yang diberikan keluarganya." Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Sesungguhnya namaku adalah Muhammad sesuai dengan nama yang diberikan oleh keluargaku." Pendeta Yahudi itu berkata, "Ya Muhammad, sebenarnya aku datang ke sini hanya untuk bertanya kepadamu." Rasulullah SAW balik bertanya, "Apakah ada manfaatnya untukmu apabila aku memberitahukan sesuatu kepadamu?" Pendeta Yahudi tersebut menjawab, "Aku akan mendengarkannya dengan seksama." Kemudian Rasulullah SAW menggores-goreskan sebatang kayu kecil yang sedang beliau pegang seraya berkata, "Ajukanlah pertanyaanmu sekarang' Lalu pendeta Yahudi itu berkata, "Baiklah. Ya Muhammad, di manakah umat manusia berada ketika bumi dan langit diganti dengan bumi dan langit yang lain?" Rasulullah SAW menjawab, "Pada saat itu umat manusia sedang berada dalam kegelapan di dekat jembatan {yang melintang di atas neraka}." Pendeta Yahudi itu bertanya lagi, "Siapakah yang akan melintasi jembatan tersebut pertama kali?" Rasulullah SAW menjawab, "Orang-orang Muhajirin yang fakirlah yang pertama kali melintas jembatan tersebut" Kembali pendeta Yahudi itu mengajukan pertanyaan lagi, "Apakah hidangan/suguhan mereka ketika mereka masuk ke dalam surga?" Rasulullah SAW menjawab, "Hati ikan pilihan." Pendeta Yahudi itu bertanya lagi, "Apakah makanan mereka setelah itu?" Rasulullah SAW menjawab, "Untuk mereka disembelihkan sapi surga yang makan rerumputan terbaik di surga." Kemudian pendeta Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah minuman mereka itu?" Rasulullah SAW menjawab, "Minuman mereka dari mata air di surga yang disebut salsabil" Pendeta itu berseru, "Kamu benar ya Muhammad." Selanjutnya pendeta Yahudi itu berkata, "Ya Muhammad, aku datang ke sini juga untuk bertanya kepadamu tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali oleh seorang nabi atau diketahui oleh satu atau dua orang saja." Rasulullah SAW bertanya, "Apakah ada manfaatnya apabila aku menjawab pertanyaamu?' Pendeta Yahudi itu menjawab, "Aku akan mendengarkannya dengan seksama." Tanya pendeta Yahudi itu, "Ya Muhammad, aku datang kepadamu untuk bertanya tentang proses terjadinya anak manusia." Rasulullah SAW menjwab, "Mani laki-laki {sperma} itu berwarna putih, sedangkan warna mani perempuan {sel telur/ovum} itu agak kuning. Apabila keduanya bertemu, lalu sperma laki-laki mengungguli sel telur perempuan, maka akan muncullah janin laki-laki dengan izin Allah. Sebaliknya, apabila sel telur perempuan mengungguli sperma laki-laki, maka akan muncullah janin perempuan." Pendeta Yahudi itu berkata, "Sungguh tepat keteranganmu hai Muhammad dan sesungguhnya kamu memang benar-benar seorang nabi {utusan} Allah." Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda, "Sebenarnya ia bertanya tentang sesuatu yang pernah ia tanyakan kepadaku, sedangkan aku sama sekali tidak mengerti tentang hal itu kecuali setelah Allah memberitahukannya kepadaku." {Muslim 1/173-174}
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ.
1973- Dari Abu Hurairah RA dari Nabi Muhammad SAW, beliau telah bersabda, "Orang yang masuk surga itu selalu berada dalam kenikmatan tanpa ada kesedihan. Pakaiannya tidak pernah kusut dan senantiasa awet muda.' {Muslim 8/148}
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدْ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُونَ وَأَنْتُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا.
1976- Dari Anas bin Malik RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Sesungguhnya di surga ada pasar yang selalu dikunjungi para penghuninya setiap hari Jum'at. Tiba-tiba bertiuplah angin dari arah utara yang menerpa wajah dan pakaian mereka hingga rupa mereka akan semakin bertambah cantik. Setelah itu mereka kembali pulang ke keluarga mereka dengan rupa dan penampilan yang semakin cantik. Keluarga mereka berkata, 'Demi Allah, kamu semakin bertambah cantik dan menawan.' Mereka menjawab, "Demi Allah, kamu juga semakin bertambah cantik dan menawan setelah kami tinggal pergi." {Muslim 8/145}
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالْفُرَاتُ وَالنِّيلُ كُلٌّ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ.
1977- Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Sungai Saihan, sungai Jaihan, sungai Eufrat, dan sungai Nil semuanya itu adalah bagian dari sungai-sungai di surga.'" {Muslim 8/149}
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا صَارَ أَهْلُ الْجَنَّةِ إِلَى الْجَنَّةِ وَصَارَ أَهْلُ النَّارِ إِلَى النَّارِ أُتِيَ بِالْمَوْتِ حَتَّى يُجْعَلَ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ ثُمَّ يُذْبَحُ ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ لَا مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ لَا مَوْتَ فَيَزْدَادُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فَرَحًا إِلَى فَرَحِهِمْ وَيَزْدَادُ أَهْلُ النَّارِ حُزْنًا إِلَى حُزْنِهِمْ.
1983- Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW telah bersabda, "Apabila penghuni surga telah berada di dalam surga dan penghuni neraka telah berada di dalam neraka, dan kematian telah menghampiri mereka sehingga mendekati surga dan neraka, lalu mereka dibangkitkan." Tak lama kemudian, seorang malaikat berseru, "Hai penghuni surga, tidak ada lagi kematian. Hai penghuni neraka, tidaka ada lagi kematian." Akhirnya para penghuni surga semakin menjadi senang dan para penghuni neraka semakin menjadi sedih karenanya. {Muslim 8/153}
Penghuni jannah kekal di dalamnya, tidak pernah sakit dan tidak akan mati, tidak beranjak usia mereka dari 33 tahun. Keringat mereka harum bak kesturi: tidak ada kesusahan sedikit pun juga. Mendapat kekuatan 100 orang dalam bersetubuh. Istri-istri mereka selalu gadis. Wanita dunia yang masuk surga lebih cantik dari bidadari. Sangat cinta hanya kepada suaminya saja. Hati dan matanya tidak menoleh kepada laki-laki lain.
1.                   Sungai-sungai syurga
"Sifat syurga Yang telah dijanjikan kepada orang-orang Yang bertaqwa (ialah seperti berikut): ada padanya beberapa sungai dari air yang tidak berubah (rasa dan baunya), dan beberapa sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta beberapa sungai dari arak yang lazat bagi orang-orang yang meminumnya, dan juga beberapa sungai dari madu yang suci bersih. dan ada pula untuk mereka di sana Segala jenis buah-buahan, serta keredaan dari Tuhan mereka". (Surah Muhammad: 15)
"Katakanlah (wahai Muhammad): Mahukah supaya aku khabarkan kepada kamu akan yang lebih baik daripada semuanya itu? Iaitu bagi orang-orang yang bertakwa disediakan di sisi Tuhan mereka beberapa Syurga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Disediakan juga (pasangan-pasangan) isteri-isteri yang suci bersih, serta (beroleh pula) keredaan dari Allah dan (ingatlah), Allah sentiasa Melihat akan hamba-hambaNya" ( Surah Ali-Imran: 15)
"Allah berfirman: Inilah hari (kiamat) yang (padanya) orang-orang yang benar (pada tutur kata dan amal perbuatan) mendapat manfaat dari kebenaran mereka; mereka beroleh Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia. Itulah kejayaan yang amat besar" (Al-Maidah 119).
"Mereka digembirakan oleh Tuhan mereka dengan pemberian rahmat daripadanya dan keredaan serta Syurga; mereka beroleh di dalam Syurga itu nikmat kesenangan yang kekal" (Surah At-Taubah:21).  
"Dia akan memasukkan mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah reda akan mereka dan mereka reda (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokong-penyokong (agama) Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (agama) Allah itu ialah orang-orang yang berjaya" (Surah Al-Mujadilah:22).
"Balasan mereka di sisi Tuhannya ialah Syurga Adn (tempat tinggal yang tetap), yang mengalir di bawahnya beberapa sungai; kekallah mereka di dalamnya selama-lamanya; Allah reda akan mereka dan merekapun reda (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Balasan yang demikian itu untuk orang-orang yang takut (melanggar perintah) Tuhannya" (Surah Al-Bayyinah 8).
2. Pohon Syurga
Dari Sahl bin Saad r.a sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya di dalam syurga ada satu pohon yang mana berjalan di bawah bayangnya seorang penunggang selama seratus tahun, belum lepas dari bayangnya) Riwayat Muslim
Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda:
Sesungguhnya di dalam syurga ada pohon besar sehingga seorang yang berkenderaan dapat berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun tidak putus naungannya, bacalah: Wa dhilin mamdud (dan naungan yang memanjang terus).  Dan di dalam syurga kesenangannya yang tidak pernah dilihat mata atau didengar oleh telinga, bahkan tidak pernah terlintas dalam hati (perasaan) manusia, bacalah kamu: Maka tidak seorangpun yang mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari kesenangan yang memuaskan hari sebagai pembalasan apa yang telah mereka lakukan.  Dan tempat pecut di dalam syurga lebih baik dari dunia seisinya.  Bacalah ayat yang bermaksud: Maka siapa dijauhkan dari api dan dimasukkan dalam syurga bererti telah untung.
3. Istana, Khemah dan Kamar Syurga
"Tetapi (sebaliknya) orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka (dengan mengerjakan suruhanNya dan menjauhi laranganNya), dibina untuk mereka (di dalam syurga) mahligai-mahligai yang tinggi bertingkat-tingkat, yang mengalir di bawahnya beberapa sungai. Demikianlah janji yang ditetapkan Allah; Allah tidak sekali-kali akan mengubah janji-janjiNya". ( Surah Az-Zumar: 20 )
Sabda Rasullah s.a.w : "Sesungguhnya ahli syurga akan memandang ahli kamar di atasnya seperti kamu melihat bintang di langit meluncur dari ufuk timur atau barat, kerana kelebihan di antara mereka". Para sahabat bertanya: "Itukah tempat para nabi yang tidak sampai kepadanya orang lain?" Rasulullah bersabda: "Bahkan  Demi Allah yang nyawaku dalam tanganNya lelaki-lelaki yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul"( Riwayat Muslim)
4. Bangunan Syurga
Mujahid berkata: Bumi syuga dari perak dan tanahnya dari misik dan urat-urat pohonnya dari perak, sedang dahannya dari mutiara dan zabarjad, sedang daun dan buahnya di bawah itu, maka siapa yang makan sambil berdiri tidak sukar dengan duduk juga tidak sukar dan sambil berbaring juga tidak sukar, kemudian membaca ayat: Dan dimudahkan buah-buahnya sehingga semudah-mudahnya.  Sehingga dapat dicapai oleh orang yang berdiri mahupun yang duduk dan berbaring. 
Abu Hurairah r.a. berkata:  Ya Rasulullah dari apakah dibuat syurga itu?  Jawabnya: Dari Air.  Kami bertanya: Beritakan tentang bangunan syurga!  Jawabnya yang bermaksud:
Satu bata dari emas dan satu bata dari perak dan lantainya kasturi yang semerbak harum, tanahnya dari za'faran, kerikilnya mutiara dan vakut, siapa yang masuk dalamnya senang tidak susah, kekal tidak mati tidak lapuk pakaiannya, tidak berubah mukanya.
Mujahid berkata: Bumi syuga dari perak dan tanahnya dari misik dan urat-urat pohonnya dari perak, sedang dahannya dari mutiara dan zabarjad, sedang daun dan buahnya di bawah itu, maka siapa yang makan sambil berdiri tidak sukar dengan duduk juga tidak sukar dan sambil berbaring juga tidak sukar, kemudian membaca ayat: Dan dimudahkan buah-buahnya sehingga semudah-mudahnya.  Sehingga dapat dicapai oleh orang yang berdiri mahupun yang duduk dan berbaring. 
5. Pasar Jumaat
Dari Anas bin Malik r.a , sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya di dalam syurga ada satu pasar yang akan dikunjungi oleh penghuninya pada setiap Jumaat. Lalu akan bertiup ke arah mereka angin dari utara lantas menyapu wajah dan pakaian mereka. Kemudian dia kembali kepada keluarganya dalam keadaan bertambah keelokan dan kecantikannya". ( Riwayat Muslim)
Anas bin Malik r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda: "Di dalam syurga ada pasar tetapi tidak ada jual beli, hanya orang-orang berkumpul membicarakan keadaan ketika di dunia dan cara beribadat, bagaimana keadaan antara si fakir dengan yang kaya dan bagaimana keadaan sesudah mati dan lama binasa dalam kubur sehingga sampai di syurga".
6. Fizikal ahli syurga
Ibn Abbas r.a. berkata: Raulullah s.a.w. bersabda:  "Sesungguhnya ahli syurga itu muda semua, lurus, ada rambut di kepala, alis dan kelopak mata, sedang janggut, kumis, ketiak dan kemaluan tidak ada rambut, tinggi mereka setinggi Nabi Adam a.s., enam puluh hasta, usianya bagaikan Nabi Isa 33 tahun, putih rupanya, hijau pakaiannya, dihidangkan kepada mereka hidangan, maka datang burung dan berkata: Hai waliyullah, saya telah minum dari sumber salsabil dan makan dari kebun syurga dan buah-buahan, rasanya sebelah badanku masakan dan yang sebelahnya gorengan, maka dimakan oleh orang itu sepuasnya."
Abu Hurairah r.a. berkata: Demi Allah yang menurunkan kitab pada Nabi Muhammad s.a.w.   Sesungguhnya ahli syurga tiap saat bertambah elok cantiknya, sebagaimana dahulu di dunia bertambah tua.
Ikramah berkata: Ketangkasan ahli syurga bagaikan orang umur 33 tahun lelaki dan perempuan sama-sama, sedang tingginya enam puluh hasta setinggi Nabi Adam a.s. muda-muda yang masih bersih halus tidak berjanggut, bola matanya, memakai tujuh puluh macam perhiasan, yang berubah warnanya tiap-tiap jam, tujuh puluh macam warna, maka dapat melihat mukanya di muka isterinya demikian pula di dadanya, dibetisnya, demikian pula isterinya dapat melihat wajahnya di wajah suaminya, dada dan betisnya, mereka tidak berludah dan tidak beringus, lebih-lebih yang lebih kotor, maka lebih jauh.
Dari Al'amasy dari Abu Salih dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda yang bermaksud: Rombongan pertama akan masuk syurga dari umatku bagaikan bulan purnama, kemudian yang berikutnya bagaikan bintang yang amat terang di langit kemudian sesudah itu menurut tingkatnya masing-masing, mereka tidak kencing dan buang air, tidak berludah dan tidak ingus, sisir rambut mereka dari emas, dan ukup-ukup mereka dari kayu gahru yang harum dan peluh mereka kasturi dan bentuk mereka seperti seorang yang tingginya bagaikan Adam a.s. enam puluh hasta.
7. Bidadari Syurga
"Dalam Syurga-syurga itu terdapat bidadari-bidadari yang pandangannya tertumpu (kepada mereka semata-mata), Yang tidak pernah disentuh sebelum mereka oleh manusia dan jin" (Ar-Rahman: 56).
Sabda Rasulullah s.a.w: "Sekiranya seorang wanita dari bidadari penghuni syurga menjenguk kepada bumi, nescaya akan menyinari setiap yang ada di dalamnya dan akan memenuhi keduanya dengan haruman. Sesungguhnya penutup wajah bidadari di atas kepalanya lebih baik dari dunia dan seluruh isinya" (Riwayat Tirmizi).
Ibn Abbas r.a. berkata:  Sesungguhnya di dalam syurga ada bidadari yang dijadikan dari empat macam: misik, anbar, kafur dan za'faran, sedang tanahnya dicampur dengan air hidup (hayawan) dan setelah dijadikan maka semua bidadari asyik kepadanya, andaikan ia berludah dalam laut tentu menjadi tawar airnya, tercantum di lehernya:  Siapa yang ingin mendapat isteri seperti aku maka hendaklah taat kepada Tuhanku.
Dalam riwayat lain:  Andaikan seorang wanita syurga menunjukkan tapak tangannya dari langit nescaya akan menerangi antara langit dan bumi.
8.   Makanan dan Minuman Syurga
 "Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan." ( Surah Al Waqi'ah : 20-21). Adapun buah-buahan surga adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta'ala:,
"Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang serupa" (Surah Al Baqarah : 25).
Syaikh As Sa'diy rahimahullah menjelaskan tentang maksud "yang serupa" dalam ayat diatas iaitu" "Ada yang berpendapat serupa dalam hal jenis, namun berbeza pada namanya, ada pula yang berpendapat saling menyerupai satu sama lain, dalam kebaikannya, kelazatannya, kesenangannya, dan semua pendapat tersebut adalah betul"
"Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari piala (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya" (Surah Al Insan : 5-6).
9.   Cincin syurga
Dan tiap orang wali mendapat tujuh puluh perhiasan, tiap perhiasan berbeza warna dengan yang lain, sedang di jari-jarinya ada sepuluh cincin, terukir pada setiap cincin :
1.                   Selamat sejahteralah kamu kerana kesabaranmu.
2.                   Masuklah ke syurga dengan selamat dan aman.
3.                  Itulah syurga yang diwariskan kepadamu kerana amal perbuatanmu.
4.                   Telah dihindarkan dari kamu semua risau dan dukacita.
5.                   Kami memberimu pakaian dan perhiasan.
6.                   Kami kahwinkan kamu dengan bidadari.
7.                  Untukmu dalam syurga segala keinginan dn menyenangkan padangan matamu.
8.                   Kamu telah berkumpul dengan para Nabi dan siddiqin.
9.                   Kamu menjadi muda dan tidak tua selamanya.
10.              Kamu tinggal dengan tetangga yang tidak mengganggu tetangganya.
10.  Nikmat yang paling agong
Menurut Pendapat ahli Sunah Wal jamaah bahawa meliat zat Allah itulah sebaik-baik nikmat syurga sebagaimana firman Allah s.w.t:
"Pada hari akhirat itu, muka (orang-orang yang beriman) berseri-seri,  kepada Tuhannya mereka melihat". (Al-Qiyaamah: 22)
Dalam lain riwayat: Allah menyuruh kepada Malaikat: Berikan makan kepada para waliKu, maka dihidangkan berbagai makanan maka terasa pada tiap suap rasa yang lain dari semula, bahkan lebih lazat, sehingga bila selesai makan, diperintahkan oleh Allah: Berikan minum kepada hamba-hambaKu, maka diberi minuman yang dapat dirasakan kelazatannya pada tiap teguk dan ketika telah selesai maka Tuhan berfirman yang bermaksud: Akulah  Tuhanmu telah menepati apa yang Aku janjikan kepadamu dan kini kamu boleh minta nescaya Aku berikan permintaanmu.  Jawab mereka. Kami minta redaMu, Kami minta redaMu, dua atau tiga kali.  Dijawab oleh Allah: Aku reda kepadamu, bahkan masih ada tambahan lagi daripadaKu, pada hari ini Aku muliakan kamu dengan kehormatan yang terbesar dari semua yang telah kamu terima, maka dibukakan hijab sehingga mereka dapat melihat zat Allah sekehendak Allah, maka segeralah mereka bersujud kepada Allah sekehendak Allah, sehingga Allah menyuruh mereka:  Angkatlah kepalamu sebab kini bukan masa beribadat, maka di situ mereka lupa pada nikmat-nikmat yang sebelumnya dan terasa benar bahawa tidak ada nikmat lebih besar daripada melihat zat Allah yang mulia.  Kemudian mereka kembali maka semerbak bau harum dari bawah arasy dari bukit kasturi yang putih dan ditaburkan di atas kepala mereka di atas ubun-ubun kuda mereka maka apabila mereka kembali kepada isteri-isterinya terlihat bertambah indah lebih dari semula ketika mereka meninggalkan mereka, sehingga isteri-isteri mereka berkata: Kamu kini lebih elok dari yang biasa.
Abul-Laits berkata: Terbuka hijab, bererti hijab yang menutupi mereka untuk melihatNya.  Dan erti nasihat kepadaNya, yakni melihat kebesaran yang belum pernah terlihat sebelumnya, tetapi kebanyakan ahli ilmu mengertikan:  Melihat zat Allah tanpa perumpamaan.
11.  Pintu-Pintu Surga
Surga memiliki pintu-pintu. Dalam sebuah hadits dari shahabat Sahl bin Sa'ad radhiyallaahu anhu dari Rasulullahs.a.w:
"Di dalam surga terdapat delapan pintu, di antaranya adalah Ar Rayyan. Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa"
Dari Utbah bin Ghazawan r.a beliau berkata mengenai lebar jarak tiap pintu surga, "Rasulullah bersabda kepada kami bahwasanya jarak antara daun pintu ke daun pintu surga lainnya sepanjang perjalanan empat puluh tahun"
12.  Tingkatan Surga
Rasulullah s.aw telah bersabda, "Sesungguhnya surga terdiri atas seratus tingkat, jarak antara dua tingkatnya seperti jarak antara langit dan bumi, Allah menyediakannya untuk orang-orang yang berjihad di jalan-Nya". Tingkatan surga yang paling tinggi ialah Firdaus. Nabi memerintahkan ummatnya untuk berdoa memohon Firdaus melalui sabdanya"
 "Jika kamu meminta pada Allah mintalah kepadaNya Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling utama, dan merupakan tingkatan tertinggi dari surga, di atasnya terdapat ‘Arsy Ar Rahman dan dari Firdaus itulah memancar sungai-sungai surga".
13.  Bangunan-Bangunan dalam Surga
"Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi" (Surah Az-Zumar : 20).
Dari Abu Musa Al Asyaari dari Nabi s.a.w beliau bersabda, "Sesungguhnya bagi orang-orang mukmin di dalam surga disediakan khemah yang terbuat dari mutiara yang besar dan berlubang, panjangnya 60 mil, di dalamnya tinggal keluarganya, di sekelilingnya tinggal pula orang mukmin lainnya namun mereka tidak saling melihat satu sama lain."
Abu Hurairah r.a. berkata:  Ya Rasulullah dari apakah dibuat syurga itu?  Jawabnya: Dari Air.  Kami bertanya: Beritakan tentang bangunan syurga.  Jawabnya yang bermaksud:
"Satu bata dari emas dan satu bata dari perak dan lantainya kasturi yang semerbak harum, tanahnya dari za'faran, kerikilnya mutiara dan vakut, siapa yang masuk dalamnya senang tidak susah, kekal tidak mati tidak lapuk pakaiannya, tidak berubah mukanya".
Tingkatan dan nama-nama surga
Ada delapan tingkatan dan jenis-jenis surga, yaitu :
a)      Jannatul Firdaus yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
b)      Jannatul 'Adnin yaitu surga yang terbuat dari intan putih.
c)      Jannatun Na'iim yaitu surga yang terbuat dari perak putih.
d)     Jannatul Khuldi yaitu surga yang terbuat dari marjan yang berwarna merah dan kuning.
e)      Jannatul Ma'wa yaitu surga yang terbuat dari zabarjud hijau.
f)       Darus Salaam yaitu surga yang terbuat dari yaqut merah.
g)      Darul Jalal yaitu surga yang terbuat dari mutiara putih.
h)      Darul Qarar yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
Adapaun penyebutan nama-nama surga dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
 Ø   Jannatul Firdaus
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.  
(Q.S. Al-Qahfi 107-108)
 Ø      Jannatul ‘Adnin
        Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga `Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah;
(Q.S. Al-Qahfi 30-31)
Ø      Jannatul Na’iim
          Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh keni`matan, Kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Luqman 8-9)
 Ø      Jannatul Khuldi
 Ø      Jannatul Ma’wa
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Q.S As-Sajadah 19)
 Ø      Darus Salaam
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
(Q.S. Yunus 25)
 Ø      Darul Jalal

 Ø      Darul Qarar
Adapula yang meriwayatkan Surga dengan nama yang lain, yag berpatokan kepada Al-Qur’an, seperti :
Ø  Darul Muqamah
                             Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.
(Q.S. Fathir 34-35)
Ø  al-Maqamul Amin
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,
(Q.S Ad-Dukhan 51)

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bangunan Surga terbuat dari batu bata emas dan perak adukannya beraroma kesturi yang sangat harum, kerikilnya terbuat dari mutiara lu’lu dan yaquth dan tanahnya terbuat dari za’farn seperti tepung putih yang beraroma kesturi. Diantara bentuk bangunannya adalah kubah-kubah indah yang terbuat dari muatiara. Luas dan lebar pintu surga seperti jarak pengendara tercepat selama tiga hari, jarak antara satu pintu dengan pintu lainnya seperti Makkah dan Bushra.
 Pohon Taman dan Naungan Surga Di dalamnya terdapat pohon yang apabila seorang pengembara itu berjalan di bawah naungannya selama 100 tahun ia belum keluar dari naungannya, pohon-pohonnya kekal dan buahnya dekat lagi rendah menjuntai, sehingga mudah diambil. Seluruh pohon disurga batangnya terbuat dari emas (Shahihul Jami’).
Sangat dianjurkan menyebarkan salam kepada seluruh kaum muslimin, yang dikenal maupun yang tidak. Salam merupakan syi’ar agama Islam dan merupakan salah satu keindahan syari’at Islam. Haram hukumnya mengganti ucapan salam dengan kalimat-kalimat lain. Orang yang lebih dahulu mengucapkan salam adalah orang yang dicintai Allâh Azza wa Jalla. Mengucapkan salam hukumnya sunnah yang sangat ditekankan, sedangkan hukumnya menjawab salam wajib. Haram hukumnya memberi salam kepada Yahudi, Nashrani, dan orang-orang kafir lainnya. Anjuran memberi makan kepaa orang miskin, orang yang susah, dan orang yang membutuhkan.
 Orang yang memberi makan mendapat ganjaran yang besar. Orang yang berinfaq dan memberi makan maka tidak berkurang hartanya. Wajib menyambung silaturrahim dan haram memutuskannya. Silaturrahim melapangkan rezeki dan memanjangkan umur. Sangat ditekankan (sunnah muakkadah) bangun tengah malam untuk shalat Tahajjud saat orang sedang tidur. Shalat malam (Tahajjud) kebiasaan orang-orang shalih. Shalat malam memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seorang Muslim. Shalat malam membuat seorang Muslim mulia. Amal yang disebutkan dalam hadits di atas bila dikerjakan dengan ikhlas dan ittibâ’ akan memasukkan seorang Muslim ke dalam surga. Seluruh amal-amal ketaatan dalam Islam adalah mudah bagi orang yang diberikan hidayah taufiq oleh Allâh Azza wa Jalla .


























DAFTAR PUSTAKA
Achmad Najieh. 2011. Hidup Sesudah Mati. Surabaya. Ampel Mulia.
Buku teks MKK IAIN (Ilmu Kalam III dan IV).1989.  Teologi Ilmu Kalam. Jakarta. Pustaka Antara.
Bulûghul Marâm min Adillatil Ahkâm.
Drs.H.Zainuddin. 1991. Ilmu Tauhid Lengkap. Solo. Rineka Cipta.
Kutubus Sittah.

 



No comments:

Post a Comment