Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
“Hadits 4”
Dosen Pengampu
Qoidatul
Marhumah, M.Th.I.
Disusunoleh:
Siti Aminah (933200214)
PRODI
ILMU HADITS
JURUSAN
USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Surga adalah
tempat hunian abadi orang-orang yang beriman dan beramal shalih yang di
dalamnya terdapat berbagai macam kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah
dilihat di dunia, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah
dibayangkan oleh hati manusia. Mereka akan tinggal di istana-istana yang indah
dan mereka kekal abadi di dalamnya. Itu adalah balasan Alloh Subhanahuwata’ala
atas amal-amal shaleh yang pernah mereka kerjakan di dunia.
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
kondisi surga ?
2.
Siapa
sajakah yang menjadi penghuni surga ?
3.
Amalan
apa sajakah yang bisa mendorong seseorang masuk surga ?
4.
Kenikmatan
apa sajakah yang didapat di surga ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui kondisi surga.
2.
Untuk
mengetahui siapa saja penghuni surga.
3.
Untuk
mengetahui amalan yang bisa mendorong seseorang masuk surga.
4.
Untuk
mengetahui kenikmatan yang di dapat di surga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONDISI
SURGA
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيَّ عَنْ
أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ
الْغُرْفَةَ فِي الْجَنَّةِ كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ فِي السَّمَاءِ
قَالَ فَحَدَّثْتُ بِذَلِكَ
النُّعْمَانَ بْنَ أَبِي عَيَّاشٍ فَقَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ
يَقُولُا كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ فِي الْأُفُقِ الشَّرْقِيِّ
أَوْ الْغَرْبِيِّ و حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا
الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ أَبِي حَازِمٍ بِالْإِسْنَادَيْنِ
جَمِيعًا نَحْوَ حَدِيثِ يَعْقُوبَ
(MUSLIM - 5058) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id
telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Abdurrahman Al Qari` dari Abu Hazim
dari Sahl bin Sa'ad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya
penghuni surga saling melihat kamar-kamar di surga seperti melihat bintang di
langit." Ia berkata: Lalu aku menceritakannya pada An Nu'man bin Abu
Ayyasy, ia berkata: Aku mendengar Abu Sa'id Al Khudri berkata: Seperti kalian
melihat binatang terang diufuk timur atau barat. Dan telah menceritakannya
kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengkhabarkan kepada kami Al Makhzumi telah
menceritakan kepada kami Wuhaib dari Abu Hazim dengan kedua sanad sekaligus
seperti hadits Ya'qub.
و حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ
الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ
الْجَوْنِيُّ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي الْجَنَّةِ خَيْمَةٌ مِنْ لُؤْلُؤَةٍ
مُجَوَّفَةٍ عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا
يَرَوْنَ الْآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمْ الْمُؤْمِنُ
(MUSLIM - 5071) : Telah menceritakan kepadaku Abu Ghassan Al
Misma'i telah menceritakan kepada kami Abu Abdushshamad telah menceritakan
kepada kami Abu Imran Al Jauni dari Abu Bakr bin Abdullah bin Qais dari ayahnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya disurga
ada tenda dari mutiara berlubang, lebarnya enampuluh mil. Setiap sudutnya ada
keluarga, mereka tidak melihat yang lain, orang mu`min mengelilingi
mereka."
حَدَّثَنَا أَبُو عُثْمَانَ
سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ
عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا
كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ
وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ
وَقَدْ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ وَاللَّهِ
لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُونَ وَأَنْتُمْ
وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا
(MUSLIM - 5061) : Telah menceritakan kepada kami Abu Utsman Sa'id
bin Abduljabbar Al Bashri telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah
dari Tsabit Al Bunani dari Anas bin Malik Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Salam bersabda: "Sesungguhnya di surga ada pasar, mereka mendatanginya
setiap hari jum'at, angin dari utara berhembus lalu menerpa wajah-wajah mereka
dan pakaian-pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan menawan. Mereka
kembali ke keluarga mereka dengan penampilan yang lebih indah dan menawan,
keluarga-keluarga mereka berkata pada mereka: 'Demi Allah, kau semakin indah dan
menawan setelah kami.' mereka berkata: 'Kalian juga, demi Allah, lebih indah
dan menawan setelah kami."
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لِعُثْمَانَ قَالَ عُثْمَانُ
حَدَّثَنَا و قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي
سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَأْكُلُونَ فِيهَا
وَيَشْرَبُونَ وَلَا يَتْفُلُونَ وَلَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ
قَالُوا فَمَا بَالُ الطَّعَامِ قَالَ جُشَاءٌ وَرَشْحٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ
يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالتَّحْمِيدَ كَمَا تُلْهَمُونَ النَّفَسَ
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ
الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ إِلَى قَوْلِهِ كَرَشْحِ الْمِسْكِ
(MUSLIM - 5066) : Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu
Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, teks milik Utsman. Berkata Utsman: telah
menceritakan kepada kami, sedangkan Ishaq berkata: Telah mengkhabarkan kepada
kami Jarir dari Al A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir berkata: Aku mendengar
nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya penghuni surga
makan dan minum didalamnya, mereka tidak meludah, tidak kencing, tidak berak dan
tidak ingusan." Mereka bertanya: Bagaimana dengan makanannya? Beliau
menjawab: "Sendawa dan keringat seperti keringat minyak kesturi, mereka
diilhami tasbih dan tahmid seperti kalian diilhami nafas." Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya
berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dengan
sanad ini hingga sabda beliau: "Seperti keringat minyak kesturi."
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
سُلَيْمَانَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ بُكَيْرًا
حَدَّثَهُ أَنَّ عَاصِمَ بْنَ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ
عُبَيْدَ اللَّهِ الْخَوْلَانِيَّ أَنَّهُ سَمِعَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ
يَقُولُ عِنْدَ قَوْلِ النَّاسِ
فِيهِ حِينَ بَنَى مَسْجِدَ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّكُمْ أَكْثَرْتُمْ وَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا قَالَ بُكَيْرٌ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ
يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
(BUKHARI - 431) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman
telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku 'Amru bahwa
Bukair menceritakan kepadanya, bahwa 'Ashim bin 'Umar bin Qatadah menceritakan
kepadanya, bahwa dia mendengar 'Ubaidullah Al Khaulani mendengar 'Utsman bin
'Affan berkata di tengah pembicaraan orang-orang sekitar masalah pembangunan
masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia katakan, "Sungguh,
kalian telah banyak berbicara, padahal aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Siapa yang membangun masjid -Bukair berkata,
"Menurutku beliau mengatakan- karena mengharapkah ridla Allah, maka Allah
akan membangun untuknya yang seperti itu di surga."
عَنْ
أَبِي موسى: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي
الْجَنَّةِ خَيْمَةٌ مِنْ لُؤْلُؤَةٍ مُجَوَّفَةٍ عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي
كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا يَرَوْنَ الْآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمْ
الْمُؤْمِنُ.
Dari Abu Musa RA, bahwasanya Rasulullah SAW
telah bersabda, "Di dalam surga ada kemah yang terbuat dari
permata yang dibentangkan dan lebarnya enam puluh mil. Pada setiap sudut ada
penghuninya. Penghuni suatu sudut tidak dapat melihat penghuni di sudut lain
dan di situlah orang mukmin berkeliling".
Jannah atau surga menurut etimologi berarti taman yang terdiri dari pohon
kurma atau pohon lain-lain. Kata ini diambil dari lafal janna yang artinya
menutupi. Sebab disebut demikian ialah karena pohon-pohon yang ada di dalam
surga amat rindang daunnya, rimbun sekali, sedang cabang-cabang dari pohon yang
satu bertaut dengan cabang-cabang dari pohon lainnya, sehingga bagian atas
merupakan sebuah naungan atau payung tempat berteduh.
Adapun yang dimaksud dengan surga ialah suatu tempat kediaman atau
perumahan yang disediakan oleh Allah swt. untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa
kepada-Nya sebagai balasan kepada mereka atas keimanannya yang jujur dan benar
serta amal perbuatannya yang saleh.
Dalam Alquran juga disebutkan bahwa luas surga itu adalah seluas
keseluruhan langit dan bumi yakni alam semesta ini. Pernah Nabi saw. ditanya
tentang tempat neraka, “Jika luas surga adalah seluas keseluruhan langit dan
bumi, maka di manakah tempat neraka?” Beliau memberikan jawaban tentang ini
dengan sabdanya, “Maha Suci Allah, di manakah malam, jika siang sudah menjelma.”
Dapatkah kita
bayangkan tempat tinggal penghuni surga yang dibangun Allah dengan tangan-Nya
sendiri berbentuk istana yang bahan bangunannya adalah batu bata emas, dan
perak sebening kaca, buah-buahannya lebih lembut dari keju, lebih manis dari madu,
sungai-sungai mengalirkan susu, madu, arak yang tidak memabukan, air jernih
yang tidak berubah rasanya, keelokan wajah penghuninya bagaikan bulan dimalam
purnama, kecantikan bidadarinya tidak terbayangkan kejelitaannya, mulusnya,
putihnya, kemontokan payudaranya, dipingit didalam kemah/tenda, belum pernah
tersentuh oleh jin dan manusia, yang selalu tersenyum dan mengucapkan kalimat
yang menyenangkan suami mereka, kendaraanya adalah unta dan kuda bersayap yang
terbuat dari mutiara, begitu pula tanah dan debunya, makanan dan minumannya
adalah hidangan istimewa yang tak terbayangkan kelezatannya, kasur dan
permadaninya adalah kasur tebal dan sutra halus, gelas dan piringnya terbuat
dari emas dan perak, sungguh sebuah janji yang tidak pernah diingkari oleh Yang
Maha Rahman. Apalagi jika Allah menyingkap tirai-Nya.
Bangunan Surga terbuat dari batu bata emas
dan perak adukannya beraroma kesturi yang sangat harum, kerikilnya terbuat dari
mutiara lu’lu dan yaquth dan tanahnya terbuat dari za’farn seperti tepung putih
yang beraroma kesturi. Diantara bentuk bangunannya adalah kubah-kubah indah
yang terbuat dari muatiara. Luas dan lebar pintu surga seperti jarak pengendara
tercepat selama tiga hari, jarak antara satu pintu dengan pintu lainnya seperti
Makkah dan Bushra.
Pohon Taman dan Naungan Surga Di dalamnya terdapat pohon yang
apabila seorang pengembara itu berjalan di bawah naungannya selama 100 tahun ia
belum keluar dari naungannya, pohon-pohonnya kekal dan buahnya dekat lagi
rendah menjuntai, sehingga mudah diambil. Seluruh pohon disurga batangnya
terbuat dari emas (Shahihul Jami’).
B.
PENGHUNI
SURGA
عَنْ
مُحَمَّدٍ قَالَ إِمَّا تَفَاخَرُوا وَإِمَّا تَذَاكَرُوا الرِّجَالُ فِي
الْجَنَّةِ أَكْثَرُ أَمْ النِّسَاءُ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَوَ لَمْ يَقُلْ
أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ
تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَالَّتِي
تَلِيهَا عَلَى أَضْوَإِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ لِكُلِّ امْرِئٍ
مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ
وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ.
Dari Muhammad {Ibnu Sirin}, dia berkata, "Para
sahabat mungkin merasa bangga atau mungkin ingin memperdalam pengetahuannya
hingga mereka bertanya, 'Di dalam surga itu lebih banyak laki-laki ataukah
perempuan?' Kemudian Abu Hurairah menuturkan, "Bukankah Abu Qasim
-Rasulullah SAW- telah bersabda, 'Sesungguhnya kelompok pertama yang akan
masuk surga adalah orang-orang yang wajahnya bagaikan bulan purnama. Setelah
itu adalah orang-orang yang wajahnya bagaikan bintang yang berkilau di langit.
Masing-masing mereka mendapat dua istri yang sumsum tulang betisnya dapat
terlihat dari luar dagingnya. Selain itu, di surga juga tidak ada orang yang
membujang.
عن أَبي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ
طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمَّا خَلَقَهُ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى
أُولَئِكَ النَّفَرِ وَهُمْ نَفَرٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا
يُجِيبُونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ قَالَ فَذَهَبَ
فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
قَالَ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ
يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى الْآنَ.
Dari Abu
Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Allah Subhanahu
wa Ta'ala telah menciptakan Adam dengan postur tubuh yang tingginya enam puluh
hasta. Setelah menciptakan Adam, Allah berkata kepada Adam, 'Pergilah dan
ucapkan salam kepada kelompok itu! Mereka adalah sekelompok malaikat yang
sedang duduk. Dengarkan sapaan mereka kepadamu, karena hal itu adalah sapaan
untukmu dan anak cucumu!' Rasulullah SAW bersabda, "Kemudian Adam pergi
dan ia ucapkan, 'Assalaamu 'alaika warahmatullaah'. Mereka menambah salam Adam
dengan lafaz warahmatullaahi Selanjutnya
Rasulullah bersabda, "Setiap orang yang masuk surga akan mempunyai postur
tubuh seperti Adam yang tingginya enam puluh hasta. Sebenarnya, tubuh manusia
itu senantiasa akan menyusut, sepeninggalan Nabi Adam, hingga sekarang."
عَنْ أَبِي
التَّيَّاحِ قَالَ: كَانَ لِمُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ امْرَأَتَانِ فَجَاءَ
مِنْ عِنْدِ إِحْدَاهُمَا فَقَالَتْ الْأُخْرَى جِئْتَ مِنْ عِنْدِ فُلَانَةَ
فَقَالَ جِئْتُ مِنْ عِنْدِ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ فَحَدَّثَنَا أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَقَلَّ سَاكِنِي
الْجَنَّةِ النِّسَاءُ .
Dari Abu
Tayyah, dia berkata, "Mutharrif bin Abdullah mempunyai dua orang istri.
Pada suatu ketika, salah seorang dari kedua istrinya itu datang kepadanya dan
bertanya, 'Apakah kamu baru datang dari rumah fulanah?' Mutharrif menjawab,
"Aku baru datang dari rumah Imran bin Hushain. Ia telah memberitahu
kepadaku bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, 'Sesungguhnya penghuni
surga yang lebih sedikit itu adalah kaum perempuan.'
Surga merupakan
tempat yang disediakan Allah SWT sebagai balasan bagi orang-orang yang
mengikuti aturan-Nya. Selama hidup di dunia, manusia diperintahkan
mempersiapkan bekal untuk bisa memasuki tempat terindah tersebut.
Namun, meski dengan tingkatan keimanan yang tinggi,
seseorang tidak akan pernah tahu dirinya masuk surga atau tidak. Pasalnya
penentuan tersebut baru akan terjadi setelah hari kiamat tiba, yakni pada
yaumul hisab atau hari perhitungan.
Meski demikian, Allah sudah menjelaskan ciri penghuni
surga dalam firman-Nya. Di dalam surat Ali Imran dijelaskan tentang sifat-sifat
para penghuni surga saat masih menjalani kehidupan di dunia. Seperti apa ciri-cirinya,
berikut ringkasannya.
Qur’an surat Ali Imran merupakan surat ke tiga dalam
Al-Qur’an yang memiliki 200 ayat. Surat ini termasuk golongan surat Madaniyah
atau surat-surat yang turun di kota Madinah. Dalam surat tersebut menceritakan tentang
keteladanan keluarga Ali Imran. Beliau adalah ayah dari Ibunda Siti Maryam yang
sudah melahirkan Nabi Isa.
Di dalam surat tersebut juga disebutkan tentang
ciri-ciri ahli surga. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam ayat 16-17 pada ayat
tersebut. Berikuat potongan ayat dalam surat Ali Imran yang menjelaskan tentang
ciri-ciri penghuni surga.
“(Ahli surga itu adalah) orang-orang yang berdo’a, “Ya
Alloh Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa
kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. Yaitu, orang-orang yang
sabar, orang-orang yang benar, orang-orang yang taat, orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur.
Dari ayat di atas diketahui ada beberapa ciri[ciri
manusia yang akan menjadi penghuni surga, seperti apa cirinya :
1.
orang-orang yang beriman kepada
Allah, beriman kepada Allah SWT merupakan pondasi utama bagi seorang muslim dan
menjadi rukun iman yang pertama. Ternyata ini pula lah yang menjadi ciri seseorang
yang nantinya dihadiahi surga. Namun perkara beriman tidak hanya sekedar
percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Lebih dari itu, beriman harus diikuti
dengan mempercayai dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan menjalankan dengan
amal perbuatan.
2.
Orang-orang yang senantiasa
beristighfar, dalam surat tersebut dikatakan oleh para ahli surga “
faghfirlanaa dzunuubana “, yang artinya maka ampunilah segala dosa kami. Ini
menandakan bahwa orang yang senantiasa memohon ampunan kepada Allah merupakan
salah satu ciri penghuni surga.
Seorang ahli surga selalu berpikir
bahwa dirinya berlumuran dosa. Sehingga tiada waktu terlewat untuk memohon
ampunan kepada Allah. Sehingga Allah mengampuni setiap dosa yang kita lakukan
sehari-hari (dosa kecil). Karena sejatinya manusia memanglah menjadi gudangnya
dosa. “tiap anak adam itu berbuat salah dan sebaik-baik orang yang bersalah itu
adalah orang yang bertaubat”. “ demi Allah, sesungguhnya saya nenbaca istighfar
(minta ampun) dan bertaubat kepada Allah setiap hari lebih dari tujuh puluh
kali”.
3.
Orang-orang yang memohon dijauhkan
dari api neraka. Penghuni surga juga mempunyai ciri selalu memohon agar Allah
menjauhkannya dari siksa api neraka. Al-Qur’an sudah menjelaskan bagaimana
ganasnya panas api neraka ini. Hal ini menjadi berita yang dipercayai oleh para
ahli surga dan membuat mereka takut untuk akan ancaman neraka tersebut. Tidak
hanya sekedar berdo’a saja, orang-orang yang memiliki karakter ahli surga juga
mengimbangi do’a mereka dengan ikhtiar untuk benar-benar jauh dari api neraka.
Mereka akan menjauhi segala perbuatan dosa yang akan menyeretnya ke neraka
jahannam.
4.
Orang-orang yang sabar. Ciri-ciri
selanjutnya yang dijelaskan oleh surat Ali Imran ini adalah memiliki karakter
yang sabar. Calon penghuni surga memahami bahwa kehidupan di dunia layaknya
kisah di dalam film. Ada Allah SWT sebagai sutradara dan produser, sementara
manusia layaknya artis yang memerankan setiap peran yang sudah ditetapkan. Itu
mengapa mereka bersabar dengan berbagai rintangan dan cobaan. Semua hal
tersebut merupakan ujian kenaikan kelas yang diharapkan meninggikan derajat
mereka disisi Allah. Mereka tetap lapang dada dan tidak mengeluh menghadapi kesulitan
dan tantangan hidup. Tawakkal ‘alallah, pasrah kepada kehendak dan takdir
Allah.
5.
Orang-orang yang benar. Yaitu
orang-orang yang benar aqidah dan imannya, benar ikrar dan lisannya, benar
janji dan amalannya. Ahli surga memiliki komitmen yang kokoh terhadap kebenaran
(al-haq). Orang-orang yang seluruh aspek dalam kehidupannya mengacu kepada
kebenaran (Al-Qur’an) dan orang-orang seperti ini disebut dengan Asshadiqin.
6.
Orang-orang yang taat. Ketaatan
bukanlah hal yang dapat diperoleh dengan mudah. Gelar taat yang menempel pada
diri manusia juga bukanlah gelar duniawi yang diperoleh dengan materi. Ketaatan
adalah hasil dari sebuah proses pengimanan dan pengakuan akan adanya Allah dan
eksistensinya dalam kehidupan manusia. Adanya pengakuan kepada kepada Allah
melahirkan sikap patuh dan taat atas segala perintah dan larangan Allah. Dalam
Al-Qur’an surat An-Nur ayat 51 dijelaskan, “sesungguhnya jawaban orang-orang
yang beriman bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar berhukum
diantara mereka ialah ucapan mereka, kami dengar dan kami taat dan merekalah orang-orang
yang beruntung.”
7.
Orang-orang yang bersedekah di jalan
Allah. Ciri lain penghuni surga yang dijelaskan dalam surat Ali Imran adalah
mereka yang termasuk orang-orang yang bersedekah di jalan Allah. Mereka ini
menyadari bahwa sedekah merupakan investasi kepada Allah tidak akan membuat
mereka menjadi miskin. Sikap hidup seperti ini terbentuk karena adanya iman dan
taqwa.
8.
Orang-orang yang memohon ampun di waktu
sahur. Ciri terakhir yang dijelaskan dalam surat Ali Imran adalah mereka yang
memohon ampun pada waktu sahur. Waktu sahur merupakan waktu sepertiga malam
yang biasanya sangat utama dilakukan untuk shalat tahajud dan memiliki banyak
keutamaan. Pada waktu ini berdasarkan hadits Nabi dijelaskan bahwa Allah SWT
turun ke langit dunia memberikan rahmat dan ampunan kepada hamba-Nya. Nabi pun
mencontohkan dengan melakukan berbagai ibadah kepada Allah pada waktu ini.
“mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon
ampun kepada Allah.”
C.
AMALAN
YANG BISA MENDORONG SESEORANG MASUK SURGA
وَقَدْ رُوِيَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا صَغِيرًا كَانَ
أَوْ كَبِيرًا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
حَدَّثَنَا بِذَلِكَ قُتَيْبَةُ
حَدَّثَنَا نُوحُ بْنُ قَيْسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى قَيْسٍ عَنْ
زِيَادٍ النُّمَيْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِهَذَا
(TIRMIDZI - 293) : Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, bahwasanya beliau bersabda: "Barangsiapa membangun sebuah masjid
karena Allah baik kecil maupun besar, maka Allah akan membuatkan sebuah rumah
baginya di surga." Qutaibah menceritakan demikian kepada kami, ia berkata;
telah menceritakan kepada kami Nuh bin Qais dari Abdurrahman pelayan Qais dari
Ziyad An Numairi dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti
ini."
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ تُكَفِّرُ مَا
بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ صَحِيحٌ
(TIRMIDZI - 855) : Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Sumai dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Umrah yang
satu ke umrah yang lain menghapus dosa di antara keduanya dan balasan haji
mabrur tiada lain kecuali surga". Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits
hasan shahih."
حَدَّثَنَا وَاصِلُ بْنُ عَبْدِ
الْأَعْلَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ أَبِي نَصْرٍ عَنْ مُسَاوِرٍ الْحِمْيَرِيِّ عَنْ أُمِّهِ عَنْ أُمِّ
سَلَمَةَ قَالَتْ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ
دَخَلَتْ الْجَنَّةَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ غَرِيبٌ
(TIRMIDZI - 1081) : Telah menceritakan kepada kami Washil bin Abdul
A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Abdullah bin
Abdurrahman, Abu Nadlr dari Musawir Al Himyari dari ibunya dari Umu Salamah
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wanita manapun
yang meninggal dan suaminya dalam keadaan ridha (kepadanya), niscaya dia masuk
surga." Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan gharib."
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ
حَدَّثَنَا مُزَاحِمُ بْنُ ذَوَّادِ بْنِ عُلْبَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ لَيْثٍ عَنْ
أَبِي الْخَطَّابِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ عَنْ ثَوْبَانَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِالْقَوِيِّ وَرُوِيَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ
اخْتَلَعَتْ مِنْ زَوْجِهَا مِنْ غَيْرِ بَأْسٍ لَمْ تَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
(TIRMIDZI - 1107) : Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah
menceritakan kepada kami Muzahim bin Dzawwad bin 'Ulbah dari ayahnya dari Laits
dari Abu Al Khaththab dari Abu Zur'ah dari Abu Idris dari Tsauban dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Para wanita yang
mengajukan gugatan cerai adalah wanita munafik." Abu Isa berkata; Hadits
ini gharib dari jalur ini dan sanadnya tidak kuat. Diriwayatkan dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Wanita mana pun yang
mengajukan gugatan cerai kepada suaminya tanpa sebab, maka ia tidak akan
mencium bau surga."
حَدَّثَنِي قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي
الْجَعْدِ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَهُوَ بَرِيءٌ مِنْ ثَلَاثٍ الْكِبْرِ
وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ وَزَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ
(TIRMIDZI - 1497) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin
Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari
Salim bin Abul Ja'd dari Tsauban ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meninggal dalam keadaan terbebas
dari tiga hal; sombong, mencuri harta ghanimah dan hutang, maka ia akan masuk
surga." Dalam bab ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Zaid bin
Khalid Al Juhani.
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ ، اِنْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، وَقِيْلَ : قَدِمَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ
لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهٍ كَذَّابٍ ، فَكَانَ
أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: (( يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا
السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا
بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ )).
Dari
‘Abdullah bin Salâm, ia berkata: “Ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah
kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah
pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, ‘Wahai sekalian
manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah
di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga
dengan selamat.”
Yang paling
banyak memasukkan seseorang ke dalam surga ada dua amalan yaitu taqwa dan
akhlak yang baik. Yang sangat jarang ditemukan, bahkan pada orang-orang yang
sudah kenal agama. Ada yang sudah lama mengaji, sudah sekian duduk di majelis
ilmu, namun ia adalah orang yang sering lalaikan amanat. Dengan tampilannya yang
jenggotan, namun terlihat sangar (tidak murah senyum) dan kasar. Seolah-olah
yang dipentingkan adalah penampilan lahiriyah tanpa memperhatikan akhlak yang
santun, amanat dan lemah lembut. Padahal seharusnya dengan rajinnya menuntut
ilmu dan sudah menjalankan ajaran Rasul semakin terbimbing pada akhlak yang
baik. Karena taqwa dan akhlak baik itulah yang mengantarkan kepada surga.
Taqwa asalnya
adalah menjadikan antara seorang hamba dan sesuatu yang ditakuti suatu
penghalang. Sehingga taqwa kepada Allah berarti menjadikan antara hamba dan
Allah suatu benteng yang dapat menghalangi dari kemarahan, murka dan siksa
Allah. Taqwa ini dilakukan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat.
Namun taqwa yang sempurna kata Ibnu Rajab Al Hambali adalah dengan mengerjakan
kewajiban, meninggalkan keharaman dan perkara syubhat, juga mengerjakan perkara
sunnah, dan meninggalkan yang makruh. Inilah derajat taqwa yang paling tinggi.
Yang
dimaksud bersyukur kepada Allah adalah dengan melakukan ketaatan pada-Nya. Adapun
maksud mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya adalah selalu mengingat Allah
dengan hati pada setiap gerakan dan diamnya, begitu saat berucap. Semuanya
dilakukan hanya untuk meraih pahala dari Allah. Begitu pula larangan-Nya pun
dijauhi.
Ibnu Rajab
mengatakan bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian dari taqwa. Akhlak
disebutkan secara bersendirian karena ingin ditunjukkan pentingnya akhlak.
Sebab banyak yang menyangka bahwa taqwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa
memperhatikan hak sesama.
Sabda Nabi
SAW ( أَفْشُوْا السَّلَامَ) “Sebarkanlah salam.”
Sebarkanlah salam di antara kalian, jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya, dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah salamnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
Sebarkanlah salam di antara kalian, jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya, dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah salamnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَإِذَا
حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا
Dan apabila
kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan
itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya…”
[an-Nisâ’/4:86]
Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Rasûlullâh SAW bersabda :
Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Rasûlullâh SAW bersabda :
لَا
تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا ، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى
تَحَابُّوْا ، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ
تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Tidak akan
masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian
saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan
maka kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian.
Karena
menyebarkan salam itu menimbulkan rasa cinta, maka sebaliknya meninggalkan
salam akan menyebabkan kesedihan. Ini sesuatu yang lumrah pada diri manusia.
Jika ada orang yang lewat dan mengucapkan salam kepadamu maka engkau akan
merasa senang dan cinta. Namun, jika yang lewat itu tanpa mengucapkan salam,
maka engkau akan merasa ragu terhadapnya. Fakta ini menunjukkan bahwa salam
memiliki urgensi yang tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang yang
bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Islam yang bagaimanakah yang paling baik ?
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
تُطْعِمُ
الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَعَلَى مَنْ لَمْ
تَعْرِفْ.
Engkau memberi
makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang
tidak kenal.
Salam juga
merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, makna menyebarkan salam maksudnya
selalu mengucapkannya setiap kali bertemu atau berjumpa meskipun sudah
mengucapkan salam saat perjumpaan sebelumnya. Seorang muslim yang tidak mau
mengucapkan salam setiap kali bertemu dianggap bakhil. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
أَعْجَزُ
النَّاسِ مَنْ عَجِزَ فِيْ الدُّعَاءِ وَأَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ
بِالسَّلاَمِ.
Selemah-lemah
manusia adalah orang yang lemah (malas) berdo’a kepada Allâh, dan
sebakhil-bakhil manusia adalah orang yang bakhil mengucapkan salam.
Zaman
sekarang ini ummat Islam sudah mulai jarang mengucapkan salam. Sebagian mereka
beranggapan bahwa tadi sudah berjumpa dan sudah mengucapkan salam, maka apabila
berjumpa lagi dalam waktu 20 menit atau 30 menit tidak perlu lagi mengucapkan
salam. Padahal, teladan (contoh) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para Shahabatnya tidak demikian. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Shahabat apabila berjumpa, mereka saling
mengucapkan salam, meskipun sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya.
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا لَقِيَ
أَحَدُكَمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ ، فَإِنْ حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ
أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ أَيْضًا
Apabila
salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim, hendaklah
ia mengucapkan salam kepadanya ! Kemudian apabila keduanya terhalang pohon atau
tembok atau batu lantas berjumpa lagi, maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi.
Hadits ini
dengan sangat gamblang menganjurkan salam kendati pun ia sudah mengucapkannya
pada pertemuan sebelumnya. Hadits ini tidak membatasi hanya sekali salam,
justru hadits ini menganjurkan agar setiap muslim mengucapkan salam
berkali-kali, karena ini merupakan kebaikan. Itulah yang dimaksud dengan
ifsyâ-us salâm (menyebarkan salam).
Praktek
menyebarkan salam seperti ini juga telah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin
Malik Radhiyallahu anhu mengatakan :
كُنَّا إِذَا
كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتُفَرِّقُ
بَيْنَنَا الشَّجَرَةُ فَإِذَا الْتَقَيْنَا سَلَّمَ بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ
Kami (para
shahabat) apabila berjalan bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu kami terhalang oleh pohon lantas kami bertemu lagi, maka sebagian dari
kami mengucapkan salam kepada sebagian lainnya.
Hadits lain
yang menjadi penguat hadits di atas adalah hadits yang sudah masyhur tentang
seorang shahabat yang tidak thuma’ninah dalam shalatnya. Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu berkata, “Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
memasuki masjid kemudian masuklah seorang laki-laki lantas mengerjakan shalat.
Selesai shalat, ia mengucapkan salam kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam . Beliau pun menjawab salamnya, lalu bersabda, Ulangi shalatmu! Karena
sesungguhnya engkau belum shalat. Kemudian ia pun mengulangi shalatnya seperti
sebelumnya. Selesai shalat, ia pun kembali mendatangi Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan mengucapkan salam kepada beliau… (hal ini dilakukannya
hingga tiga kali).
Apabila umat
Islam ini memahami dan menyadari betapa pentingnya ifsyâ-us salâm (menyebarkan
salam), insya Allâh akan terwujud rasa saling menyayangi dan mencintai sesama
kaum Muslimin. Salam merupakan cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik
sesama Muslim. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَحِلُّ
لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ. يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا
وَيُعْرِضُ هَذَا ، وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ لَيَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
Tidak halal
seorang Muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya selama tiga malam,
keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu pun berpaling. Akan
tetapi orang yang terbaik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan
salam.
Di atas
sudah diterangkan bahwa mengucapkan salam yang diperintahkan tidak hanya
terbatas satu kali, akan tetapi berkali-kali setiap kali bertemu. Misalnya:
Pertama :
Seorang karyawan Muslim bertemu dengan karyawan lainnya yang Muslim, maka hendaklah
ia mengucapkan salam, ketika masuk maupun keluar kantor.
Kedua :
Seorang ustadz bertemu dengan ustadz lainnya dalam satu sekolah atau dalam
lembaga-lembaga dakwah, hendaklah selalu mengucapkan salam, meskipun beberapa
kali bertemu.
Ketiga :
Seorang ustadz atau guru hendaklah mengucapkan salam ketika masuk ke kelas, dan
ketika keluar pun hendaklah ia mengucapkan salam.
Keempat,
seseorang sampai dalam satu majlis hendaklah mengucapkan salam, dan ketika
telah selesai atau ia meninggalkannya hendaklah ia pun mengucapkan salam.
Kelima :
Seseorang yang masuk ke masjid atau mushalla atau surau hendaklah mengucapkan
salam meskipun di dalamnya ada orang yang sedang shalat, atau ada yang sedang
membaca al-Qur-an, atau ada yang sedang berdzikir. Sebab, para shahabat juga
mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal ketika itu
beliau sedang shalat. Kemudian, beliau pun menjawabnya dengan isyarat. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkata-kata karena dalam shalat dilarang
berkata-kata selain dzikir, tasbîh, dan membaca ayat al-Qur’ân. Tentang
penyebutan isyarat dalam hadits tersebut, hal itu dilakukan dalam shalat.
Adapun di luar shalat, isyarat tersebut tidak diperbolehkan karena menyerupai
perbuatan Yahudi, kecuali, apabila diiringi dengan salam.
Keenam : Seorang
anak, ibu, atau bapak yang hendak masuk rumah hendaklah mengucapkan salam,
demikian pula ketika keluar rumah.
Ketujuh :
Seorang pedagang hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang muslim lainnya,
atau seorang pembeli hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang-pedagang muslim
lainnya yang ada di pasar. Hal ini sebagaimana riwayat dari shahabat Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu anhuma. Dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, suatu
ketika ia mendatangi ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma, kemudian ia
berjalan bersamanya ke pasar. Thufail berkata, “Setiap kali ia bertemu dengan
tukang loak (pedagang barang bekas), pedagang, orang miskin, atau siapa saja,
ia selalu mengucapkan salam.” Thufail melanjutkan, “Suatu hari aku datang lagi
ke rumah Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, lalu ia ingin ikut menemaniku ke
pasar. Aku pun bertanya, Apa yang engkau kerjakan di pasar sedangkan engkau
tidak berjual beli, tidak menanyakan harga barang-barang, dan tidak pula mau
duduk-duduk di pasar. Aku melanjutkan, sebaiknya kita duduk-duduk saja disini
sambil bercakap-cakap. Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma langsung menjawab, Wahai
Abu Bathn , sesungguhnya kita pergi ke pasar semata-mata hanya ingin
mengucapkan salam saja, yaitu kita ucapkan salam kepada kaum muslimin mana saja
yang kita jumpai.
Ucapan salam
adalah kalimat yang disenangi oleh Allâh Azza wa Jalla , Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman. Apabila kalimat salam diucapkan oleh kaum muslimin
setiap saat, setiap waktu, setiap hari, maka insya Allâh ummat Islam ini akan
selamat dari penyakit-penyakit hati dan ummat Islam akan mempunyai ‘izzah
(harga diri) di hadapan ummat-ummat yang lain. Oleh karena itu, kita harus
berupaya menyebarkan salam dan menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ini agar kita selamat dan mempunyai ‘izzah di hadapan orang-orang kafir.
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَفْشُوْا
السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
Sebarkanlah
salam, niscaya kalian akan selamat
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
أَفْشُوْا السَّلاَمَ
كَيْ تَعْلُوْا
Sebarkanlah
salam agar kalian menjadi tinggi (mempunyai ‘izzah)
2. Sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , (وَأَطْعِمُوْا
الطَّعَامَ) “Berikanlah
makan.”
Yaitu berikanlah makan kepada orang-orang yang membutuhkan, kepada tamu dan tetangga. Ini merupakan akhlak mulia yang bisa menghantarkan pelakunya masuk surga. Orang yang memberikan makan kepada orang lain akan memiliki keistimewaan dan kedudukan di masyarakat. Orang yang memberikan makan akan mendapat rizki yang berlimpah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya Azza wa Jalla disebutkan :
Yaitu berikanlah makan kepada orang-orang yang membutuhkan, kepada tamu dan tetangga. Ini merupakan akhlak mulia yang bisa menghantarkan pelakunya masuk surga. Orang yang memberikan makan kepada orang lain akan memiliki keistimewaan dan kedudukan di masyarakat. Orang yang memberikan makan akan mendapat rizki yang berlimpah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya Azza wa Jalla disebutkan :
مَا نَقَصَتْ
صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ …
Sedekah
tidak mengurangi harta…
أَنْفِقْ
أُنْفِقْ عَلَيْكَ
Berinfaqlah
! Niscaya Aku akan berinfaq kepadamu.
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata kepada Asma’ binti Abu Bakar
Radhiyallahu anhuma,
اِنْفَحِيْ ،
أَوِ انْضَحِيْ ، أَوْ أَنْفِقِيْ ، وَلاَ تُحْصِيْ فَيُحْصِيَ اللهُ عَلَيْكِ ،
وَلَا تُوْعِيْ فَيُوْعِيَ اللهُ عَلَيْكِ.
Infakkan,
atau sedekahkan, atau nafkahkanlah, dan janganlah kamu menghitung-hitungnya
sehingga Allâh akan menghitung-hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan Janganlah
kamu menakar-nakarnya sehingga Allâh menakar-nakar pemberian-Nya kepadamu.
Orang yang
memberi makan atau berinfak pasti akan diganti oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh
Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا
أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ
خَيْرُ
…Dan apa
saja yang kamu infakkan, Allâh akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang
terbaik.[Saba’/34: 39]
Adapun jika
engkau menahan rizki yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadamu, maka Allâh Azza
wa Jalla juga akan menahan rizki-Nya kepadamu. Memberi makan memiliki
keistimewaan yang agung, khususnya orang-orang yang memberi makan kepada para
tamu dan orang yang membutuhkan. Mereka memiliki keutamaan yang besar, terlebih
lagi orang yang tinggal di tempat umum (lalu mereka suka memberi makan). Namun
yang perlu diingat, memberi makan dan berinfak serta ibadah-ibadah lainnya
wajib dilakukan dengan ikhlas karena Allâh. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَيُطْعِمُونَ
الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ إِنَّمَا
نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Dan mereka
memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang
yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allâh , kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih. [al-Insân/76:8-9]
3. Sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,) (وَصِلُوْا
الْأَرْحَامَ “Sambunglah
tali silaturrahim.” al-Arhâm adalah jamak dari rahim. Maksudnya kerabat yang
memiliki hubungan kekeluargaan dari ibu atau bapak, seperti paman, bibi, kakek,
nenek, sepupu, dan lainnya. Mereka adalah al-arhâm. Allâh Azza wa Jalla
berfirman :
وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
…Bertakwalah
kepada Allâh yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan… [an-Nisâ’/4:1]
Maksudnya
bertakwalah kepada Allâh Azza wa Jalla dan bertakwalah dalam urusan
kekeluargaan agar engkau tidak memutusnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَآتِ ذَا
الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ
Dan
berikanlah haknya kepada kerabat dekat… [al-Isrâ’/17:26]
Allah Azza
wa Jalla juga berfirman :
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ
“Dan
beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat…”
[an-Nisâ’/4:36]
Banyak ayat
yang memerintahkan untuk menyambung tali silaturrahim dan ancaman bagi yang
memutus tali silaturrahim. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ ﴿٢٢﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ
وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah
sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allâh ; lalu
dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” [Muhammad/47:
22-23]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
وَيَقْطَعُونَ
مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ
لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“…Dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allâh agar disambungkan dan berbuat kerusakan
di bumi; mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk
(Jahannam).” [ar-Ra’d/13:25]
Silaturrahim
itu memiliki keistimewaan yang agung, merupakan sebab masuk Surga. Dan memutus
silaturrahim menyebabkan laknat dan terjauhkan dari rahmat Allâh Azza wa Jalla
.
4. Sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : (وَصَلُّوْا
بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ) “Shalatlah di waktu malam, di saat manusia sedang tidur.” Ini
mencakup shalat-shalat wajib, seperti shalat ‘Isya dan shalat Shubuh, juga
mencakup shalat malam, karena malam adalah waktunya orang-orang tidur. Jika
seseorang bangun dan shalat maka ini menunjukkan keimanannya karena dia lebih
memilih shalat dari pada tidur dan istirahat. Allâh Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
تَتَجَافَىٰ
جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya…” [as-Sajdah/32:16]
Seorang
Muslim yang beriman kepada Allâh dan hari Akhir, dia berusaha untuk mengerjakan
shalat wajib yang lima waktu berjamaah di Masjid. Dia juga berusaha untuk
bangun di tengah malam untuk melakukan shalat Tahajjud di saat manusia sedang
tidur. Di tengah malam dan di akhir malam dia gunakan untuk bermunajat kepada
Allâh Azza wa Jalla , shalat malam, berdo’a dan meminta ampun kepada Allâh Azza
wa Jalla atas semua dosa-dosanya.
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melakukan Tahajjud sampai kakinya bengkak,
ketika beliau ditanya bukankah engkau sudah diampuni dosa-dosamu yang lalu dan
akan datang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidaklah pantas
aku menjadi hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang bersyukur ?” Shalat malam
adalah kebiasaan orang-orang shalih, menghapuskan dosa-dosa dan merupakan
kemuliaan bagi seorang muslim. Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla memberikan
kekuatan kepada kita untuk dapat merutinkan shalat malam meskipun sedikit.
Barangsiapa
mengerjakan keempat amalan ini, yakni menyebarkan salam, memberi makan,
menyambung tali silaturrahim, dan shalat malam ketika manusia tertidur, akan
masuk surga dengan sejahtera, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ادْخُلُوهَا
بِسَلَامٍ آمِنِينَ
Masuklah ke
dalamnya dengan sejahtera dan aman. [al-Hijr/15:46]
Allah Azza
wa Jalla juga berfirman :
ادْخُلُوهَا
بِسَلَامٍ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ
Masuklah ke (dalam surga) dengan
aman dan damai, itulah hari yang abadi. [Qâf/50: 34]
Itu adalah
balasan mereka, pahala atau ganjaran yang sesuai dengan jenis amalan yang
dikerjakan. Masuk surga merupakan cita-cita tujuan terbesar seorang Mukmin.
Masuk surga itu mudah bagi siapa yang Allâh mudahkan. Semua yang ada dalam
surga berupa kebaikan, kenikmatan, kelezatan dan kebahagiaan tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allâh Azza wa Jalla . Amal-amal untuk masuk surga
semuanya mudah dan tidak sulit. Ada seseorang berkata kepada Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tunjukkan kepadaku amalan yang bisa memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari
neraka.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau telah bertanya
sesuatu yang besar, tapi itu mudah bagi siapa yang Allâh mudahkan, yaitu beribadahlah
kepada Allâh dan jangan menyekutukannya dengan suatu apa pun…”
Ini adalah
hadits yang agung, karena keempatnya termasuk akhlak yang mulia. Menyebarkan
salam, memberi makan, dan menyambung tali silaturrahim manfaatnya untuk orang
lain, sedangkan shalat malam di saat yang lain tertidur manfaatnya untuk orang
yang melakukan amalan tersebut.
D.
KENIKMATAN
YANG DIDAPAT DI SURGA
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ
عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ لَا
تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ
(MUSLIM - 5068)
: Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami
Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari
Tsabit bin Abu Rafi' dari Abu Rafi' dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu
'alaihi wa Salam bersabda: "Barangsiapa masuk surga, ia bersenang-senang
dan tidak bersedih, pakaiannya tidak usang dan kemudaannya tidak lenyap."
عن جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُ أَهْلُ
الْجَنَّةِ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا
يَبُولُونَ وَلَكِنْ طَعَامُهُمْ ذَاكَ جُشَاءٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ يُلْهَمُونَ
التَّسْبِيحَ وَالْحَمْدَ كَمَا تُلْهَمُونَ النَّفَسَ.
1971- Dari Jabir
bin Abdullah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Para
penghuni surga itu akan makan dan minum {dengan sepuas-puasnya}. Mereka tidak
buang hajat, tidak mempunyai ingus, dan tidak buang air kecil. Makanan mereka
itu adalah sendawa bagai percikan minyak wangi. Mereka selalu terilhami untuk
bertasbih dan bertahmid sebagaimana mereka diilhami untuk bernafas.''{Muslim
8/147}
عن ثَوْبَان
مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ قَالَ
كُنْتُ قَائِمًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَجَاءَ حِبْرٌ مِنْ أَحْبَارِ الْيَهُودِ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ
فَدَفَعْتُهُ دَفْعَةً كَادَ يُصْرَعُ مِنْهَا فَقَالَ لِمَ تَدْفَعُنِي فَقُلْتُ
أَلَا تَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ الْيَهُودِيُّ إِنَّمَا نَدْعُوهُ
بِاسْمِهِ الَّذِي سَمَّاهُ بِهِ أَهْلُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اسْمِي مُحَمَّدٌ الَّذِي سَمَّانِي بِهِ أَهْلِي
فَقَالَ الْيَهُودِيُّ جِئْتُ أَسْأَلُكَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَنْفَعُكَ شَيْءٌ إِنْ حَدَّثْتُكَ قَالَ أَسْمَعُ
بِأُذُنَيَّ فَنَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعُودٍ
مَعَهُ فَقَالَ سَلْ فَقَالَ الْيَهُودِيُّ أَيْنَ يَكُونُ النَّاسُ يَوْمَ
تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُمْ فِي الظُّلْمَةِ دُونَ الْجِسْرِ قَالَ
فَمَنْ أَوَّلُ النَّاسِ إِجَازَةً قَالَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ قَالَ
الْيَهُودِيُّ فَمَا تُحْفَتُهُمْ حِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَالَ زِيَادَةُ
كَبِدِ النُّونِ قَالَ فَمَا غِذَاؤُهُمْ عَلَى إِثْرِهَا قَالَ يُنْحَرُ لَهُمْ
ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ أَطْرَافِهَا قَالَ فَمَا
شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ قَالَ مِنْ عَيْنٍ فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا قَالَ
صَدَقْتَ قَالَ وَجِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ لَا يَعْلَمُهُ أَحَدٌ مِنْ
أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ قَالَ يَنْفَعُكَ
إِنْ حَدَّثْتُكَ قَالَ أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ قَالَ جِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنْ
الْوَلَدِ قَالَ مَاءُ الرَّجُلِ أَبْيَضُ وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ فَإِذَا
اجْتَمَعَا فَعَلَا مَنِيُّ الرَّجُلِ مَنِيَّ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَإِذَا عَلَا مَنِيُّ الْمَرْأَةِ مَنِيَّ الرَّجُلِ آنَثَا بِإِذْنِ
اللَّهِ قَالَ الْيَهُودِيُّ لَقَدْ صَدَقْتَ وَإِنَّكَ لَنَبِيٌّ ثُمَّ انْصَرَفَ
فَذَهَبَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ
سَأَلَنِي هَذَا عَنْ الَّذِي سَأَلَنِي عَنْهُ وَمَا لِي عِلْمٌ بِشَيْءٍ مِنْهُ
حَتَّى أَتَانِيَ اللَّهُ بِهِ.
1972- Dari
Tsauban RA, maula Rasulullah SAW, dia berkata, "Suatu ketika, saya pernah
berdiri di dekat Rasulullah SAW. Tak lama kemudian, datanglah seorang pendeta
Yahudi sambil mengucapkan, 'Assalaamu alaikum ya Muhammad.' Mendengar ucapan
tersebut, saya {Tsauban} langsung mendorong pendeta Yahudi tersebut hingga ia
hampir terjatuh. Lalu pendeta itu berseru kepada saya, "Mengapa kamu
mendorong saya?" Saya pun menjawab, "Mengapa kamu tidak mengucapkan
ya Rasulullah." Pendeta Yahudi itu berkata, "Aku hanya memanggil
Muhammad sebagaimana nama yang diberikan keluarganya." Kemudian Rasulullah
SAW berkata, "Sesungguhnya namaku adalah Muhammad sesuai dengan nama yang
diberikan oleh keluargaku." Pendeta Yahudi itu berkata, "Ya Muhammad,
sebenarnya aku datang ke sini hanya untuk bertanya kepadamu." Rasulullah
SAW balik bertanya, "Apakah ada manfaatnya untukmu apabila aku
memberitahukan sesuatu kepadamu?" Pendeta Yahudi tersebut menjawab,
"Aku akan mendengarkannya dengan seksama." Kemudian Rasulullah SAW
menggores-goreskan sebatang kayu kecil yang sedang beliau pegang seraya
berkata, "Ajukanlah pertanyaanmu sekarang' Lalu pendeta Yahudi itu
berkata, "Baiklah. Ya Muhammad, di manakah umat manusia berada ketika bumi
dan langit diganti dengan bumi dan langit yang lain?" Rasulullah SAW
menjawab, "Pada saat itu umat manusia sedang berada dalam kegelapan di
dekat jembatan {yang melintang di atas neraka}." Pendeta Yahudi itu
bertanya lagi, "Siapakah yang akan melintasi jembatan tersebut pertama
kali?" Rasulullah SAW menjawab, "Orang-orang Muhajirin yang fakirlah
yang pertama kali melintas jembatan tersebut" Kembali pendeta Yahudi itu
mengajukan pertanyaan lagi, "Apakah hidangan/suguhan mereka ketika mereka
masuk ke dalam surga?" Rasulullah SAW menjawab, "Hati ikan
pilihan." Pendeta Yahudi itu bertanya lagi, "Apakah makanan mereka
setelah itu?" Rasulullah SAW menjawab, "Untuk mereka disembelihkan
sapi surga yang makan rerumputan terbaik di surga." Kemudian pendeta
Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah minuman mereka itu?"
Rasulullah SAW menjawab, "Minuman mereka dari mata air di surga yang
disebut salsabil" Pendeta itu berseru, "Kamu benar ya Muhammad."
Selanjutnya pendeta Yahudi itu berkata, "Ya Muhammad, aku datang ke sini
juga untuk bertanya kepadamu tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh siapapun
kecuali oleh seorang nabi atau diketahui oleh satu atau dua orang saja."
Rasulullah SAW bertanya, "Apakah ada manfaatnya apabila aku menjawab
pertanyaamu?' Pendeta Yahudi itu menjawab, "Aku akan mendengarkannya
dengan seksama." Tanya pendeta Yahudi itu, "Ya Muhammad, aku datang
kepadamu untuk bertanya tentang proses terjadinya anak manusia."
Rasulullah SAW menjwab, "Mani laki-laki {sperma} itu berwarna putih, sedangkan
warna mani perempuan {sel telur/ovum} itu agak kuning. Apabila keduanya
bertemu, lalu sperma laki-laki mengungguli sel telur perempuan, maka akan
muncullah janin laki-laki dengan izin Allah. Sebaliknya, apabila sel telur
perempuan mengungguli sperma laki-laki, maka akan muncullah janin
perempuan." Pendeta Yahudi itu berkata, "Sungguh tepat
keteranganmu hai Muhammad dan sesungguhnya kamu memang benar-benar seorang nabi
{utusan} Allah." Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda, "Sebenarnya
ia bertanya tentang sesuatu yang pernah ia tanyakan kepadaku, sedangkan aku
sama sekali tidak mengerti tentang hal itu kecuali setelah Allah
memberitahukannya kepadaku." {Muslim 1/173-174}
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ لَا
تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ.
1973- Dari
Abu Hurairah RA dari Nabi Muhammad SAW, beliau telah bersabda, "Orang
yang masuk surga itu selalu berada dalam kenikmatan tanpa ada kesedihan.
Pakaiannya tidak pernah kusut dan senantiasa awet muda.' {Muslim
8/148}
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا
كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ
وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ
وَقَدْ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ وَاللَّهِ
لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُونَ وَأَنْتُمْ
وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا.
1976- Dari Anas
bin Malik RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Sesungguhnya di
surga ada pasar yang selalu dikunjungi para penghuninya setiap hari Jum'at.
Tiba-tiba bertiuplah angin dari arah utara yang menerpa wajah dan pakaian
mereka hingga rupa mereka akan semakin bertambah cantik. Setelah itu mereka
kembali pulang ke keluarga mereka dengan rupa dan penampilan yang semakin
cantik. Keluarga mereka berkata, 'Demi Allah, kamu semakin bertambah cantik dan
menawan.' Mereka menjawab, "Demi Allah, kamu juga semakin bertambah cantik
dan menawan setelah kami tinggal pergi." {Muslim 8/145}
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالْفُرَاتُ وَالنِّيلُ
كُلٌّ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ.
1977- Dari Abu
Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Sungai
Saihan, sungai Jaihan, sungai Eufrat, dan sungai Nil semuanya itu adalah bagian
dari sungai-sungai di surga.'" {Muslim 8/149}
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا صَارَ أَهْلُ الْجَنَّةِ إِلَى
الْجَنَّةِ وَصَارَ أَهْلُ النَّارِ إِلَى النَّارِ أُتِيَ بِالْمَوْتِ حَتَّى
يُجْعَلَ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ ثُمَّ يُذْبَحُ ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ يَا
أَهْلَ الْجَنَّةِ لَا مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ لَا مَوْتَ فَيَزْدَادُ
أَهْلُ الْجَنَّةِ فَرَحًا إِلَى فَرَحِهِمْ وَيَزْدَادُ أَهْلُ النَّارِ حُزْنًا
إِلَى حُزْنِهِمْ.
1983- Dari
Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW telah bersabda, "Apabila penghuni
surga telah berada di dalam surga dan penghuni neraka telah berada di dalam
neraka, dan kematian telah menghampiri mereka sehingga mendekati surga dan
neraka, lalu mereka dibangkitkan." Tak lama kemudian, seorang malaikat
berseru, "Hai penghuni surga, tidak ada lagi kematian. Hai penghuni
neraka, tidaka ada lagi kematian." Akhirnya para penghuni surga semakin
menjadi senang dan para penghuni neraka semakin menjadi sedih karenanya.
{Muslim 8/153}
Penghuni
jannah kekal di dalamnya, tidak pernah sakit dan tidak akan mati, tidak
beranjak usia mereka dari 33 tahun. Keringat mereka harum bak kesturi: tidak
ada kesusahan sedikit pun juga. Mendapat kekuatan 100 orang dalam bersetubuh. Istri-istri
mereka selalu gadis. Wanita dunia yang masuk surga lebih cantik dari bidadari.
Sangat cinta hanya kepada suaminya saja. Hati dan matanya tidak menoleh kepada
laki-laki lain.
1.
Sungai-sungai
syurga
"Sifat
syurga Yang telah dijanjikan kepada orang-orang Yang bertaqwa (ialah seperti
berikut): ada padanya beberapa sungai dari air yang tidak berubah (rasa dan
baunya), dan beberapa sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta
beberapa sungai dari arak yang lazat bagi orang-orang yang meminumnya, dan juga
beberapa sungai dari madu yang suci bersih. dan ada pula untuk mereka di sana
Segala jenis buah-buahan, serta keredaan dari Tuhan mereka". (Surah
Muhammad: 15)
"Katakanlah
(wahai Muhammad): Mahukah supaya aku khabarkan kepada kamu akan yang lebih baik
daripada semuanya itu? Iaitu bagi orang-orang yang bertakwa disediakan di sisi
Tuhan mereka beberapa Syurga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Disediakan juga (pasangan-pasangan) isteri-isteri yang suci
bersih, serta (beroleh pula) keredaan dari Allah dan (ingatlah), Allah sentiasa
Melihat akan hamba-hambaNya" ( Surah Ali-Imran: 15)
"Allah
berfirman: Inilah hari (kiamat) yang (padanya) orang-orang yang benar (pada
tutur kata dan amal perbuatan) mendapat manfaat dari kebenaran mereka; mereka
beroleh Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan
Dia. Itulah kejayaan yang amat besar" (Al-Maidah
119).
"Mereka
digembirakan oleh Tuhan mereka dengan pemberian rahmat daripadanya dan keredaan
serta Syurga; mereka beroleh di dalam Syurga itu nikmat kesenangan yang
kekal" (Surah At-Taubah:21).
"Dia
akan memasukkan mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa
sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah reda akan mereka dan mereka reda
(serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokong-penyokong
(agama) Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (agama) Allah itu
ialah orang-orang yang berjaya" (Surah Al-Mujadilah:22).
"Balasan
mereka di sisi Tuhannya ialah Syurga Adn (tempat tinggal yang tetap), yang
mengalir di bawahnya beberapa sungai; kekallah mereka di dalamnya
selama-lamanya; Allah reda akan mereka dan merekapun reda (serta bersyukur)
akan nikmat pemberianNya. Balasan yang demikian itu untuk orang-orang yang
takut (melanggar perintah) Tuhannya" (Surah Al-Bayyinah 8).
2. Pohon
Syurga
Dari Sahl
bin Saad r.a sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya di
dalam syurga ada satu pohon yang mana berjalan di bawah bayangnya seorang
penunggang selama seratus tahun, belum lepas dari bayangnya) Riwayat Muslim
Abu Hurairah
r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda:
Sesungguhnya
di dalam syurga ada pohon besar sehingga seorang yang berkenderaan dapat
berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun tidak putus naungannya,
bacalah: Wa dhilin mamdud (dan naungan yang memanjang terus). Dan di
dalam syurga kesenangannya yang tidak pernah dilihat mata atau didengar oleh
telinga, bahkan tidak pernah terlintas dalam hati (perasaan) manusia, bacalah
kamu: Maka tidak seorangpun yang mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka
dari kesenangan yang memuaskan hari sebagai pembalasan apa yang telah mereka
lakukan. Dan tempat pecut di dalam syurga lebih baik dari dunia seisinya.
Bacalah ayat yang bermaksud: Maka siapa dijauhkan dari api dan dimasukkan
dalam syurga bererti telah untung.
3. Istana,
Khemah dan Kamar Syurga
"Tetapi
(sebaliknya) orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka (dengan mengerjakan
suruhanNya dan menjauhi laranganNya), dibina untuk mereka (di dalam syurga)
mahligai-mahligai yang tinggi bertingkat-tingkat, yang mengalir di bawahnya
beberapa sungai. Demikianlah janji yang ditetapkan Allah; Allah tidak
sekali-kali akan mengubah janji-janjiNya". ( Surah
Az-Zumar: 20 )
Sabda
Rasullah s.a.w : "Sesungguhnya ahli syurga akan memandang ahli kamar di
atasnya seperti kamu melihat bintang di langit meluncur dari ufuk timur atau
barat, kerana kelebihan di antara mereka". Para sahabat bertanya:
"Itukah tempat para nabi yang tidak sampai kepadanya orang lain?"
Rasulullah bersabda: "Bahkan Demi Allah yang nyawaku dalam tanganNya
lelaki-lelaki yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul"(
Riwayat Muslim)
4. Bangunan
Syurga
Mujahid
berkata: Bumi syuga dari perak dan tanahnya dari misik dan urat-urat pohonnya
dari perak, sedang dahannya dari mutiara dan zabarjad, sedang daun dan buahnya
di bawah itu, maka siapa yang makan sambil berdiri tidak sukar dengan duduk
juga tidak sukar dan sambil berbaring juga tidak sukar, kemudian membaca ayat:
Dan dimudahkan buah-buahnya sehingga semudah-mudahnya. Sehingga dapat
dicapai oleh orang yang berdiri mahupun yang duduk dan berbaring.
Abu Hurairah
r.a. berkata: Ya Rasulullah dari apakah dibuat syurga itu?
Jawabnya: Dari Air. Kami bertanya: Beritakan tentang bangunan
syurga! Jawabnya yang bermaksud:
Satu bata
dari emas dan satu bata dari perak dan lantainya kasturi yang semerbak harum,
tanahnya dari za'faran, kerikilnya mutiara dan vakut, siapa yang masuk dalamnya
senang tidak susah, kekal tidak mati tidak lapuk pakaiannya, tidak berubah
mukanya.
Mujahid
berkata: Bumi syuga dari perak dan tanahnya dari misik dan urat-urat pohonnya
dari perak, sedang dahannya dari mutiara dan zabarjad, sedang daun dan buahnya
di bawah itu, maka siapa yang makan sambil berdiri tidak sukar dengan duduk
juga tidak sukar dan sambil berbaring juga tidak sukar, kemudian membaca ayat:
Dan dimudahkan buah-buahnya sehingga semudah-mudahnya. Sehingga dapat
dicapai oleh orang yang berdiri mahupun yang duduk dan berbaring.
5. Pasar
Jumaat
Dari Anas
bin Malik r.a , sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya
di dalam syurga ada satu pasar yang akan dikunjungi oleh penghuninya pada
setiap Jumaat. Lalu akan bertiup ke arah mereka angin dari utara lantas menyapu
wajah dan pakaian mereka. Kemudian dia kembali kepada keluarganya dalam keadaan
bertambah keelokan dan kecantikannya". ( Riwayat Muslim)
Anas bin
Malik r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda: "Di dalam syurga ada pasar
tetapi tidak ada jual beli, hanya orang-orang berkumpul membicarakan keadaan
ketika di dunia dan cara beribadat, bagaimana keadaan antara si fakir dengan
yang kaya dan bagaimana keadaan sesudah mati dan lama binasa dalam kubur
sehingga sampai di syurga".
6. Fizikal
ahli syurga
Ibn Abbas
r.a. berkata: Raulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya ahli
syurga itu muda semua, lurus, ada rambut di kepala, alis dan kelopak mata,
sedang janggut, kumis, ketiak dan kemaluan tidak ada rambut, tinggi mereka
setinggi Nabi Adam a.s., enam puluh hasta, usianya bagaikan Nabi Isa 33 tahun,
putih rupanya, hijau pakaiannya, dihidangkan kepada mereka hidangan, maka
datang burung dan berkata: Hai waliyullah, saya telah minum dari sumber
salsabil dan makan dari kebun syurga dan buah-buahan, rasanya sebelah badanku
masakan dan yang sebelahnya gorengan, maka dimakan oleh orang itu
sepuasnya."
Abu Hurairah
r.a. berkata: Demi Allah yang menurunkan kitab pada Nabi Muhammad s.a.w.
Sesungguhnya ahli syurga tiap saat bertambah elok cantiknya, sebagaimana dahulu
di dunia bertambah tua.
Ikramah
berkata: Ketangkasan ahli syurga bagaikan orang umur 33 tahun lelaki dan
perempuan sama-sama, sedang tingginya enam puluh hasta setinggi Nabi Adam a.s.
muda-muda yang masih bersih halus tidak berjanggut, bola matanya, memakai tujuh
puluh macam perhiasan, yang berubah warnanya tiap-tiap jam, tujuh puluh macam
warna, maka dapat melihat mukanya di muka isterinya demikian pula di dadanya,
dibetisnya, demikian pula isterinya dapat melihat wajahnya di wajah suaminya,
dada dan betisnya, mereka tidak berludah dan tidak beringus, lebih-lebih yang
lebih kotor, maka lebih jauh.
Dari
Al'amasy dari Abu Salih dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda
yang bermaksud: Rombongan pertama akan masuk syurga dari umatku bagaikan bulan
purnama, kemudian yang berikutnya bagaikan bintang yang amat terang di langit
kemudian sesudah itu menurut tingkatnya masing-masing, mereka tidak kencing dan
buang air, tidak berludah dan tidak ingus, sisir rambut mereka dari emas, dan
ukup-ukup mereka dari kayu gahru yang harum dan peluh mereka kasturi dan bentuk
mereka seperti seorang yang tingginya bagaikan Adam a.s. enam puluh hasta.
7. Bidadari
Syurga
"Dalam
Syurga-syurga itu terdapat bidadari-bidadari yang pandangannya tertumpu (kepada
mereka semata-mata), Yang tidak pernah disentuh sebelum mereka oleh manusia dan
jin" (Ar-Rahman: 56).
Sabda
Rasulullah s.a.w: "Sekiranya seorang wanita dari bidadari penghuni
syurga menjenguk kepada bumi, nescaya akan menyinari setiap yang ada di
dalamnya dan akan memenuhi keduanya dengan haruman. Sesungguhnya penutup wajah
bidadari di atas kepalanya lebih baik dari dunia dan seluruh isinya" (Riwayat
Tirmizi).
Ibn Abbas
r.a. berkata: Sesungguhnya di dalam syurga ada bidadari yang dijadikan dari
empat macam: misik, anbar, kafur dan za'faran, sedang tanahnya dicampur dengan
air hidup (hayawan) dan setelah dijadikan maka semua bidadari asyik kepadanya,
andaikan ia berludah dalam laut tentu menjadi tawar airnya, tercantum di
lehernya: Siapa yang ingin mendapat isteri seperti aku maka hendaklah
taat kepada Tuhanku.
Dalam
riwayat lain: Andaikan seorang wanita syurga menunjukkan tapak tangannya
dari langit nescaya akan menerangi antara langit dan bumi.
8.
Makanan dan Minuman Syurga
"Dan
buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka
inginkan." ( Surah Al Waqi'ah : 20-21). Adapun
buah-buahan surga adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta'ala:,
"Setiap
mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan :
‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan
yang serupa" (Surah Al Baqarah : 25).
Syaikh As
Sa'diy rahimahullah menjelaskan tentang maksud "yang serupa" dalam
ayat diatas iaitu" "Ada yang berpendapat serupa dalam hal jenis,
namun berbeza pada namanya, ada pula yang berpendapat saling menyerupai satu
sama lain, dalam kebaikannya, kelazatannya, kesenangannya, dan semua pendapat
tersebut adalah betul"
"Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari piala (berisi minuman) yang
campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya
hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan
sebaik-baiknya" (Surah Al Insan : 5-6).
9. Cincin
syurga
Dan tiap
orang wali mendapat tujuh puluh perhiasan, tiap perhiasan berbeza warna dengan
yang lain, sedang di jari-jarinya ada sepuluh cincin, terukir pada setiap
cincin :
1.
Selamat sejahteralah kamu kerana
kesabaranmu.
2.
Masuklah ke syurga dengan selamat
dan aman.
3.
Itulah syurga yang diwariskan
kepadamu kerana amal perbuatanmu.
4.
Telah dihindarkan dari kamu semua
risau dan dukacita.
5.
Kami memberimu pakaian dan
perhiasan.
6.
Kami kahwinkan kamu dengan bidadari.
7.
Untukmu dalam syurga segala
keinginan dn menyenangkan padangan matamu.
8.
Kamu telah berkumpul dengan para
Nabi dan siddiqin.
9.
Kamu menjadi muda dan tidak tua
selamanya.
10.
Kamu tinggal dengan tetangga yang
tidak mengganggu tetangganya.
10. Nikmat
yang paling agong
Menurut
Pendapat ahli Sunah Wal jamaah bahawa meliat zat Allah itulah sebaik-baik
nikmat syurga sebagaimana firman Allah s.w.t:
"Pada
hari akhirat itu, muka (orang-orang yang beriman) berseri-seri, kepada
Tuhannya mereka melihat". (Al-Qiyaamah: 22)
Dalam lain
riwayat: Allah menyuruh kepada Malaikat: Berikan makan kepada para waliKu, maka
dihidangkan berbagai makanan maka terasa pada tiap suap rasa yang lain dari
semula, bahkan lebih lazat, sehingga bila selesai makan, diperintahkan oleh
Allah: Berikan minum kepada hamba-hambaKu, maka diberi minuman yang dapat
dirasakan kelazatannya pada tiap teguk dan ketika telah selesai maka Tuhan
berfirman yang bermaksud: Akulah Tuhanmu telah menepati apa yang Aku
janjikan kepadamu dan kini kamu boleh minta nescaya Aku berikan permintaanmu.
Jawab mereka. Kami minta redaMu, Kami minta redaMu, dua atau tiga kali.
Dijawab oleh Allah: Aku reda kepadamu, bahkan masih ada tambahan lagi
daripadaKu, pada hari ini Aku muliakan kamu dengan kehormatan yang terbesar
dari semua yang telah kamu terima, maka dibukakan hijab sehingga mereka dapat
melihat zat Allah sekehendak Allah, maka segeralah mereka bersujud kepada Allah
sekehendak Allah, sehingga Allah menyuruh mereka: Angkatlah kepalamu
sebab kini bukan masa beribadat, maka di situ mereka lupa pada nikmat-nikmat
yang sebelumnya dan terasa benar bahawa tidak ada nikmat lebih besar daripada
melihat zat Allah yang mulia. Kemudian mereka kembali maka semerbak bau
harum dari bawah arasy dari bukit kasturi yang putih dan ditaburkan di atas
kepala mereka di atas ubun-ubun kuda mereka maka apabila mereka kembali kepada
isteri-isterinya terlihat bertambah indah lebih dari semula ketika mereka
meninggalkan mereka, sehingga isteri-isteri mereka berkata: Kamu kini lebih
elok dari yang biasa.
Abul-Laits
berkata: Terbuka hijab, bererti hijab yang menutupi mereka untuk melihatNya.
Dan erti nasihat kepadaNya, yakni melihat kebesaran yang belum pernah
terlihat sebelumnya, tetapi kebanyakan ahli ilmu mengertikan: Melihat zat
Allah tanpa perumpamaan.
11. Pintu-Pintu
Surga
Surga
memiliki pintu-pintu. Dalam sebuah hadits dari shahabat Sahl bin Sa'ad
radhiyallaahu anhu dari Rasulullahs.a.w:
"Di
dalam surga terdapat delapan pintu, di antaranya adalah Ar Rayyan. Tidak ada
yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa"
Dari Utbah
bin Ghazawan r.a beliau berkata mengenai lebar jarak tiap pintu surga, "Rasulullah
bersabda kepada kami bahwasanya jarak antara daun pintu ke daun pintu surga
lainnya sepanjang perjalanan empat puluh tahun"
12. Tingkatan
Surga
Rasulullah
s.aw telah bersabda, "Sesungguhnya surga terdiri atas seratus tingkat,
jarak antara dua tingkatnya seperti jarak antara langit dan bumi, Allah
menyediakannya untuk orang-orang yang berjihad di jalan-Nya". Tingkatan
surga yang paling tinggi ialah Firdaus. Nabi memerintahkan ummatnya untuk
berdoa memohon Firdaus melalui sabdanya"
"Jika
kamu meminta pada Allah mintalah kepadaNya Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus
adalah surga yang paling utama, dan merupakan tingkatan tertinggi dari surga,
di atasnya terdapat ‘Arsy Ar Rahman dan dari Firdaus itulah memancar
sungai-sungai surga".
13. Bangunan-Bangunan
dalam Surga
"Tetapi
orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang
tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi" (Surah Az-Zumar
: 20).
Dari Abu
Musa Al Asyaari dari Nabi s.a.w beliau bersabda, "Sesungguhnya bagi
orang-orang mukmin di dalam surga disediakan khemah yang terbuat dari mutiara
yang besar dan berlubang, panjangnya 60 mil, di dalamnya tinggal keluarganya,
di sekelilingnya tinggal pula orang mukmin lainnya namun mereka tidak saling
melihat satu sama lain."
Abu Hurairah
r.a. berkata: Ya Rasulullah dari apakah dibuat syurga itu?
Jawabnya: Dari Air. Kami bertanya: Beritakan tentang bangunan
syurga. Jawabnya yang bermaksud:
"Satu
bata dari emas dan satu bata dari perak dan lantainya kasturi yang semerbak
harum, tanahnya dari za'faran, kerikilnya mutiara dan vakut, siapa yang masuk
dalamnya senang tidak susah, kekal tidak mati tidak lapuk pakaiannya, tidak
berubah mukanya".
Tingkatan dan nama-nama surga
Ada delapan tingkatan dan jenis-jenis surga, yaitu :
a)
Jannatul Firdaus yaitu surga yang
terbuat dari emas merah.
b)
Jannatul 'Adnin yaitu surga yang
terbuat dari intan putih.
c)
Jannatun Na'iim yaitu surga yang
terbuat dari perak putih.
d)
Jannatul Khuldi yaitu surga yang
terbuat dari marjan yang berwarna merah dan kuning.
e)
Jannatul Ma'wa yaitu surga yang
terbuat dari zabarjud hijau.
f)
Darus Salaam yaitu surga yang
terbuat dari yaqut merah.
g)
Darul Jalal yaitu surga yang terbuat
dari mutiara putih.
h)
Darul Qarar yaitu surga yang terbuat
dari emas merah.
Adapaun penyebutan nama-nama surga dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
Ø Jannatul Firdaus
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di
dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.
(Q.S. Al-Qahfi 107-108)
Ø Jannatul
‘Adnin
Sesungguhnya mereka yang
beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik. Mereka itulah
(orang-orang yang) bagi mereka surga `Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya;
dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian
hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar
di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan
tempat-istirahat yang indah;
(Q.S. Al-Qahfi 30-31)
Ø Jannatul
Na’iim
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka
surga-surga yang penuh keni`matan, Kekal mereka di dalamnya; sebagai janji
Allah yang benar. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Luqman 8-9)
Ø Jannatul
Khuldi
Ø Jannatul
Ma’wa
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Q.S As-Sajadah 19)
Ø Darus Salaam
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
(Q.S. Yunus 25)
Ø Darul Jalal
Ø Darul Qarar
Adapula yang meriwayatkan Surga dengan nama yang lain, yag berpatokan
kepada Al-Qur’an, seperti :
Ø Darul Muqamah
Dan
mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari
kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di
dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.
(Q.S. Fathir 34-35)
Ø al-Maqamul Amin
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,
(Q.S Ad-Dukhan 51)
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Bangunan Surga terbuat dari batu bata emas
dan perak adukannya beraroma kesturi yang sangat harum, kerikilnya terbuat dari
mutiara lu’lu dan yaquth dan tanahnya terbuat dari za’farn seperti tepung putih
yang beraroma kesturi. Diantara bentuk bangunannya adalah kubah-kubah indah
yang terbuat dari muatiara. Luas dan lebar pintu surga seperti jarak pengendara
tercepat selama tiga hari, jarak antara satu pintu dengan pintu lainnya seperti
Makkah dan Bushra.
Pohon Taman dan Naungan Surga Di dalamnya terdapat pohon yang
apabila seorang pengembara itu berjalan di bawah naungannya selama 100 tahun ia
belum keluar dari naungannya, pohon-pohonnya kekal dan buahnya dekat lagi
rendah menjuntai, sehingga mudah diambil. Seluruh pohon disurga batangnya
terbuat dari emas (Shahihul Jami’).
Sangat dianjurkan menyebarkan salam kepada seluruh kaum muslimin, yang
dikenal maupun yang tidak. Salam merupakan syi’ar agama Islam dan merupakan
salah satu keindahan syari’at Islam. Haram hukumnya mengganti ucapan salam dengan
kalimat-kalimat lain. Orang yang lebih dahulu mengucapkan salam adalah orang
yang dicintai Allâh Azza wa Jalla. Mengucapkan salam hukumnya sunnah yang
sangat ditekankan, sedangkan hukumnya menjawab salam wajib. Haram hukumnya
memberi salam kepada Yahudi, Nashrani, dan orang-orang kafir lainnya. Anjuran
memberi makan kepaa orang miskin, orang yang susah, dan orang yang membutuhkan.
Orang yang memberi makan mendapat
ganjaran yang besar. Orang yang berinfaq dan memberi makan maka tidak berkurang
hartanya. Wajib menyambung silaturrahim dan haram memutuskannya. Silaturrahim
melapangkan rezeki dan memanjangkan umur. Sangat ditekankan (sunnah muakkadah)
bangun tengah malam untuk shalat Tahajjud saat orang sedang tidur. Shalat malam
(Tahajjud) kebiasaan orang-orang shalih. Shalat malam memiliki pengaruh yang besar
dalam kehidupan seorang Muslim. Shalat malam membuat seorang Muslim mulia. Amal
yang disebutkan dalam hadits di atas bila dikerjakan dengan ikhlas dan ittibâ’
akan memasukkan seorang Muslim ke dalam surga. Seluruh amal-amal ketaatan dalam
Islam adalah mudah bagi orang yang diberikan hidayah taufiq oleh Allâh Azza wa
Jalla .
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Najieh. 2011. Hidup Sesudah Mati. Surabaya. Ampel
Mulia.
Buku teks MKK IAIN (Ilmu Kalam III dan IV).1989. Teologi Ilmu Kalam. Jakarta. Pustaka
Antara.
Bulûghul
Marâm min Adillatil Ahkâm.
Drs.H.Zainuddin. 1991. Ilmu Tauhid Lengkap. Solo. Rineka
Cipta.
Kutubus
Sittah.
No comments:
Post a Comment