MUHKAM
DAN MUTASYABIH
Makalah ini disusun dan di ajukan sebagai sarana
pemenuhan tugas mata kuliah
STUDI
AL-QUR’AN
Dosen Pengampu :
Qo’idatul Marhumah, M.Th.I
Disusun oleh :
Nana nafisa
933412016
Evi Puji Lestar i 933408916
Sefi Puspita Dwi Wulanti 933410716
Dwi Intan Pramesti Rosa 933410216
Siti Indah Rahayu
933411516
Nursan Ghozalba
933408516
Samrotul Mufidah
933411116
SEKOLAT
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI (STAIN)
JURUSAN
USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL
PRODI
PSIKOLOGI ISLAM
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjtakna kepada Allah YME
atas selesainya tugas makalah kami yang
berjudul Muhkam dan Mutasabih. Makalah
ini dubuat guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang dapat
dipertimbangkan oleh dosen pembimbing sebagai sarana penambahan nilai pada mata
kuliah studi Al Quran.
Kami mengucapkan banyak terimakasih pada ibu
Qo’idatul Marhumah, M.Th.I
Selaku dosen pengampu yang telah membimbing dan
memberi arahan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibuuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Kediri,
20 Oktober 2016
penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................................1
LATAR BELAKANG..............................................................................................1
RUMUSAN MASALAH..........................................................................................1
TUJUAN...................................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN.....................................................................................................3
1.
Apa pengertian dari al muhkam dan al
mutasyabih ...........................................................3
2. Perbedaan
al muhkam dan al mutasabyh ............................................................................3
3. Perbedaan
pendapat tentang kemungkinan mengetahui mutasyabih...................................4
4. Bagaimana
sebab-sebab adannya al muhkam dan al
mutasabyh .....................................6
5. Macam-macam
dari al muhkam dan al mutasabyh..............................................................9
6. Hikmah dan Nilai- Nilai Pendidikan dalam Ayat- Ayat Muhkam dan Mutasyabih
10
7. Hikmah Keberadaan Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam
Al-Qur’an............................10
BAB III : PENUTUP ...........................................................................................................11
Kesimpulan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................................12
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Allah
menurunkan Qur’an kepada hamba-Nya agar ia menjadi pemberi peringatan bagi
semesta alam. Ia menggriskan bagi makhluk-Nya itu akidah yang benar dan
prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas keterangannya dan jelas
ciri-cirinya. Itu semua merupakan karunia-Nya kepada umat manusia, dimana Ia
menetapkan bagi mereka pokok-pokok agama untuk menyelamatkan akidah mereka dan
menerangkan jalan lurus yang haru mereka tempuh. Ayat-ayat tersebut adalah Ummul
Kitab yang tidak diperseliihkan lagi pemahamannya demi menyelamatkan umat
Islam dan menjaga eksistensinya.
Pokok-pokok
agama tersebut di beberapa tempat dalam Qur’an terkadang datang dari lafaz,
ungkapan dan uslub(gaya bahasa) yang berbeda-beda tetapi maknanya tetap
satu. Maka sebagiannyaa serupa dengan sebagian yang lainteapi maknanya cocok
dan serasi. Tak ada kontradiktif di dalamnya. Adapun mengenai masalahcabang
agama yang bukan pokok, ayat-ayatnya ada yang
bersifat umum da samar-samae (mutasyabih) yang memberikan pluang
bagi mujtahid yang handal ilmunya untuk dapat mengembalikannya kepada yang
tegas maksudnya (muhkam)dengan cara mngembalikan masalah cabang kepada
masalah pokok, dan yang bersifat partikalkepadaa yng bersifat universal. Sementara
itu beberapa hati yaang memperturutkan hawa nafsu teresat dengan ayat yang
mutasyabih ini. Dengan ketegasan dan kejelasan dalm masalh pokok dan keumuman
dalam masaalah cabaang tersebut, maka Islam menjadi agama abadi bgi umat
manusia yang menjamin baginya kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, di
sepanjang masa dan waktu.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
pengertian dari al muhkam dan al mutasyabih ?
2.
Perbedaan
al muhkam dan al mutasabyh ?
3.
Perbedaan
pendapat tentang kemungkinan mengetahui mutasyabih?
4.
Bagaimana
sebab-sebab adannya al mhhkam dan al
mutasabyh
5.
Macam-macam
dari al muhkam dan al mutasabyh
6.
Hikmah dan
Nilai- Nilai Pendidikan dalam Ayat- Ayat Muhkam dan Mutasyabih
7. Hikmah Keberadaan Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam
Al-Qur’an
TUJUAN
PENULISAN
1.
Dapat
mengetahui pengertian dari al muhkam dan al mutasabih
2.
Dapat
mengetahui perbedaan al muhkam dan al mutasabih
3.
Dapat
mengetahui perbedaan pendapat tentang al muhkam dan al mutasabih
4.
Dapat
memahami sebab-sebab adannya al muhkam dan al mutasabih
5.
Dapat
mengerti macam macam dari al muhkam dan al mutasyabih
6.
Dapat
mengetahui Hikmah dan Nilai- Nilai Pendidikan dalam Ayat- Ayat Muhkam dan
Mutasyabih
7. Dapat mengetahui Hikmah Keberadaan Ayat-ayat
Mutasyabihat Dalam Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASA
·
Sejarah Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Secara tegas dapat dikatakan bahwa asal mula
adanya ayat-ayat muhkamah dan mutasyabihat ialah dari Allah SWT. Allah SWT
memisahkan atau membedakan ayat-ayat yang muhkam dari yang mutasyabih, dan
menjadikan ayat muhkam sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat. Allah SWT
berfirman:
هوالّذي انزل عليك الكتب منه ايت محكمت هن ام الكتب واخر متشبهت (ال عمران:)
Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan
Al-Kitab (Alquran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat,
itulah pokok-pokok isi Alquran, dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat”. (Q.
S. Ali Imron: 7)
Dari ayat tersebut, jelas Allah SWT menjelaskan
bahwa Dia menurunkan Alquran itu ayat-ayatnya ada yang muhkamat dan ada yang
mutasyabihat. Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat muhkamat itu
sudah jelas, yakni sebagaimana sudah ditegaskan dalam ayat 7 surah Ali Imran di
atas. Di samping itu, Al Quran merupakan kitab yang muhkam, seperti
keterangan ayat 1 surah Hud:
كتب احكمت ايته (هو د:)
Artinya: “Suatu Kitab yang ayat-ayatnya
disusun dengan rapi”.
Juga karena kebanyakan tertib dan susunan
ayat-ayat Alquran itu rapi dan urut, sehingga dapat dipahami umat dengan mudah,
tidak menyulitkan dan tidak samar artinya, disebabkan kebanyakan maknanya juga
mudah dicerna akal pikiran. Tetapi sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam
Alquran ialah karena adanya kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-Nya
sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan
karena bisa dita’wilkan dengan bermacam-macam dan petunjuknya pun tidak tegas,
karena sebagian besar merupakan hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli
oleh Allah SWT.
·
Muhkamdan Mutasyabih dalam Arti Umum
Kata
al-hukm berarti memutuskan dua hal atau perkara. Maka hakim adalah
orang yang mencegah yang zalim dan memutuskan antara dua pihak yang
bersengketa, serta memisahkan antara yang hak daan yang baatil dan antara
kebenaran dan kebohongan.
Muhkam
berarti (sesuatu) yaang dikokohkan. Ihkam al-kalam berati mengokohkan
perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan urusan yang
lurus dari yang sesat. Jadi, kalam muhkam adalah perkataaan yang seperti
sifatnya.
Mutasyabih
secara
bahasa berarti tasyabuh, yakin bahwa salah satu dari dua hal seruap
dengan yang lain. Dan syubhah ialah keadaan salah satu dari dua hal itu
tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara keduanya
secara konkrit maupun abstrak. Jadi, tasyabuh al-kalam adalah kesamaan
dan kesesuaian perkataan, karea sebagiannya membetulkan sebagian yang lain.
·
Perbedaan MUHKAM dan MUTASYABIH
Dalam
Qur’an terdapat ayat-ayat muhkam dan mutasyabih dalam arti khusus. Mengenai
pengertian muhkam dan mutasyabih terdapat banyak perbedaan pendapat. Yang
terpenting adalah sebagai berikut:
1.
Muhkan adalah
ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedang mutasyabih hanyalah diketahui
maksudnya oleh Allah sendiri.
2.
Muhkam adalah
ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak
wajah.
3.
Muhkan adalaah
yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa memerlukan keterangan
lain, sedang mutasyabih tidak demikian; ia memerlukan penjelasan dengan merujuk
ayat lain.
Para Ulama memberikan
contoh ayat-ayat muhkam dalam Qur’an dengan ayat-ayat nasikh, ayat-ayat
tentang halal, haram, hukuman, kewajibaan, janji dan ancaman. Sementara untuk
ayat-ayat mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mansukh dan
ayat-ayat tentang Asma Allah dan sifat-sifat-Nya.
·
Pandangan Para Ulama Menyikapi Ayat-ayat
Mutasyabih
Pada dasarnya
perbedaan pendapat para Ulama dalam menanggapi sifat-sifat mutasyabihat dalam
Al-Qur’an dilatarbelakangi oleh perbedaan pemahaman atas firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 7.
Subhi Al-Shalih membedakan pendapat para ulama ke
dalam dua mazhab, yaitu:
1. Mazhab Salaf
Yaitu
orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabihat ini dan
menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Para Ulama Salaf mengharuskan kita
berwaqaf (berhenti) dalam membaca QS. Ali Imran : 7 pada lafal jalalah. Hal ini
memberikan pengertian bahwa hanya Allah yang mengerti takwil dari ayat-ayat
mutasyabihat yang ada. Mazhab ini juga disebut mazhab Muwaffidah atau Tafwid
2. Mazhab Khalaf
Yaitu orang-orang
yang mentakwilkan (mempertangguhkan) lafal yang mustahil dzahirnya kepada makna
yang layak dengan zat Allah. Dalam memahami QS. Ali-Imran : 7 mazhab ini
mewaqafkan bacaan mereka pada lafal “Warraasikhuuna fil ‘Ilmi”. Hal ini
memberikan pengertian bahwa yang mengetahui takwil dari ayat-ayat mutasyabih
adalah Allah dan orang-orang yang Rasikh (mendalam) dalam ilmunya. Mazhab ini
disebut juga Mazhab Muawwilah atau Mazhab Takwil.
Berikut ini
adalah beberapa contoh sifat-sifat mutasyabih yang menjadikan perbedaan
pendapat antara mazhab Salaf dan mazhab Khalaf:
1. Lafal “Ístawa” pada Al-Qur’an surah Thaha
ayat 5. Allah berfirman:
Artinya:
“(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Ars.”
Dalam ayat ini diterangkan bahwa pencipta langit
dan bumi ini adalah Allah Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy.
Menurut mazhab
Salaf, arti kata Istiwa’ sudah jelas, yaitu bersemayam (duduk) di atas Arsy
(tahta). Namun tata cara dan kafiatnya tidak kita ketahui dan diharuskan bagi
kita untuk menyerahkan sepenuhnya urusan mengetahui hakikat kata Istiwa’ itu
kepada Allah sendiri. Sedangkan mazhab Khalaf memaknakan Istiwa’ dengan
ketinggian yang abstrak berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa
merasa kepayahan.
2. Lafal “yadun” pada Al-Qur’an surah
Al-Fath ayat 10. Allah berfirman:
Artinya:
”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah tangan Allah di atas tangan mereka.”
Pada ayat di
atas terdapat lafal yadun yang secara bahasa berarti tangan. Para ulama salaf
mengartikan sebagaimana adanya dan menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah.
Sedangkah ulama Khalaf memaknai lafal yadun dengan “kekuasaan” karena tidak
mungkin Allah itu mempunyai tangan seperti halnya pada makhluk.
·
Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Al-Mutasyabih
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti
ayat-ayat mutasyabih dapat diketahui oleh manusia,
atau hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka
terdapat dalam pemahaman struktur kalimat pada QS. ‘Ali
Imran : 7
Dalam memahami ayat tersebut, muncul dua pandapat. Yang pertama, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm di-athaf-kan
pada lafazh Allah, sementara lafazh yaaquluna sebagai hal. Itu artinya, bahwa ayat-ayat mutasyabih pun diketahui orang-orang yang
mendalami ilmunya. Yang kedua, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm sebagai mubtada’ dan yaaqulunasebagai khabar. Itu artinya bahwa ayat-ayat mutasyabih hanya diketahui oleh Allah,
sedangkan orang-orang yang mempelajari ilmunya hanya mengimaninya.
Ada sedikit ulama yang berpihak pada ungkapan
gramatikal yang pertama. Seperti Imam An-Nawawi, didalamSyarah Muslim, ia berkata, “Pendapat inilah yang paling
shahih karena tidak mungkin Allah mengkhitabi hamba-hambaNya dengan uraian yang
tidak ada jalan untuk mengetahuinya.”. Kemudian ada Abu Hasan Al-Asy’ari dan
Abu Ishaq Asy-Syirazi yang mengatakan, “Tidak ada satu ayatpun yang maksudnya
hanya diketahui Allah. Para ulama sesungguhnya juga mengetahuinya. Jika tidak,
apa bedanya mereka dengan orang awam?”.
Namun sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi
sesudahnya, terutama kalangan Ahlussunnah berpihak pada gramatikal
ungkapan yang kedua. Seperti pendapat dari :
1. Al-Bukhari, Muslim, dan yang
lainnya mengeluarkan sebuah riwayat dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah
SAW pernah bersabda ketika mengomentari QS. ‘Ali Imran ayat 7 :
“Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti
ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,
orang itulah yang dicela Allah, maka berhati-hatilah menghadapi mereka.”
2. Ibn Abu Dawud, dalam Al-Mashahif, mengeluarkan sebuah
riwayat dari Al-A’masy. Ia menyebutkan bahwa diantara qira’ah Ibn Mas’ud disebutkan :
“Sesungguhnya penakwilan ayat-ayat mutasyabih hanya
milik Allah semata, sedangkan orang-orang yang mendalami ilmunya berkata, “Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabih.”
3. Imam Malik pernah ditanya
mengenai pengertian lafadz istawa. Ia mengatakan: Istawa adalah diketahui. dan bagaimananya adalah sesuatu yang
tidah diketahui. Bertanya tentangnya adalah Bid’ah
Sedang Ar-raghib Al-Ashfahany mengambil
jalan tengah dalam masalah ini. Beliau membagi mutasyabih dari segi kemungkinan
mengetahuinya menjadi tiga bagan:
1. Bagian yang tak ada jalan untuk
mengetahuinya, seperti waktu tibanya hari kiamat.
2. Bagian manusia menemukan
sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadz-lafadz yang ganjil, sulit difahami
namun bisa ditemukan artinya.
3. Bagian yang terletak di antara
dua urusan itu yang hanya diketahui oleh Ulama’ yang mumpuni saja.
·
Sebab-Sebab Adanya AyatMutasyabbih
Dikatakan
dengan tegas, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah
SWT menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari
yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang
Mutasyabih.
Pada
garis besarnya sebab adanya ayat – ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an ialah
karena adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat – ayat-Nya sehingga sulit
dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa
dita’wilkan dengan bermacam – macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena
sebagian besar merupakan hal – hal yang pengetahuanya hanya dimonopoli oleh
Allah SWT saja.
Adapun
adanya ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an desebabkan 2(dua) hal :
A. Kesamaran Lafal
1. Kesamaran Lafal
Mufrad, dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Kesamaran lafal
Mufrad Gharib (asing)
Contoh : Lafal dalam
ayat 31 surat Abasa : kata Abban jarang terdapat dalam Al Qur’an, sehingga
asing. Kemudian dalam ayat selanjutnya , ayat 32 : (untuk kesenangan kamu dan
binatang – binatang ternakmu), sehingga jelas dimaksud Abban adalah rerumputan.
b. Kesamaran Lafal
Mufrad yang bermakna Ganda. Kata Al – Yamin bisa bermakna tangan kanan,
keleluasan atau sumpah.
2. Kesamaran dalam Lafal
Murakkab
Kesamaran dalam
lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab terlalu ringkas,
terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib.
B. Kesamaran pada Makna Ayat
Kesamaran
pada makna ayat seperti dalam ayat – ayat yang menerangkan sifat – sifat Allah,
seperti sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun sifat –
sifat lainnya. Dan seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga,
siksa kubur, dan sebagainya manusia bisa mengerti arti maksud ayat-Nya,
sedangkan mereka tidak pernah melihatnya
·
Macam – Macam Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat mutasyabihat dalam Alquran dengan
adanya kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami
umat, tanpa dikatakan arti yang lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan
bermacam-macamayat mutasyabihat itu ada 3 macam, sebagai berikut:
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat
diketahui oleh seluruh umat manuia, kecuali Allah SWT.
Contohnya seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu
datangnya hari kiamat dan sebagainya. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan ghaib
yang diketahui Allah SWt, seperti ayat 34 surah Lukman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari kiamat., dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati.”
2. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat
diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang
mendalam.
Contohnya seperti merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak,
mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.
3. Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya
dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi
orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah
SWT dan orang-orang yang rosyikh ilmu pengetahuannya, seperti keterangan ayat 7
surah Ali Imrom: 1
·
Hikmah dan Nilai- Nilai Pendidikan dalam Ayat- Ayat
Muhkam dan Mutasyabih
Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat
berbagai mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan
oleh umat di dunia ini.Alloh tidak akan mungkin memberikan sesuatu kepada kita
tanpa ada sebabnya. Di bawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat
muhkan dan mutasyabih, diantara hikmahnya adalah :
1. Andai
kata seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka
akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
2. Apabila
seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sis Allah, segala yang datang
dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
لاَ يَأْتِيْهِ الْبَاطِلُ مِنْ
بَيْنِ يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيْلٌ مِنْ حَكَيْمٍ حَمِيْدٍ
Terjemahan: “Tidak akan datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan,
baik dari depan maupun dari belakang, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha
Bijaksana lagi Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”.(Q.S. Fushshilat [41]: 42)
3. Al-Qur’an
yang berisi ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat,
menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus menerus menggali berbagai kandungannya
sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan khusyu’
sambil merenung dan berpikir.
4. Ayat-ayat Mutasyabihat ini
mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap maksudnya, sehingga
menambah pahala bagi orang yang mengkajinya. Jika Al-Quran mengandung
ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan cara penafsiran dan
tarjih antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan berbagai ilmu,
seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, ilmu bayan, ushul fiqh dan sebagainya.
Apabila ayat-ayat mutasyabihat itu tidak ada niscaya tidak akan ada ilmu-ilmu
tidak akan muncul.
Menurut Yusuf Qardhawi,
adanya muhkam dan mutasyabih sebenarnya
merupakan ke-mahabijaksanaan-Nya Allah, bahwa Al-Qur’an ditujukan kepada semua
kalangan, karena bagi orang yang mengetahui berbagai tabiat manusia, di antara
mereka ada yang senang terhadap bentuklahiriyah dan telah merasa
cukup dengan bentuk literal suatu nash. Ada
yang memberikan perhatian kepada spritualitas suatu nash, dan tidak
merasa cukup dengan bentuk lahiriyahnya saja, sehingga ada orang
yang menyerahkan diri kepada Allah dan ada orang yang melakukan pentakwilan,
ada manusia intelek dan manusia spiritual. mengajarkan ”ajaran” muhkam
dan mutasyabih kepada manusia agar kita mengakui adanya
perbedaankarakter pada setiap individu, sehingga kita harus menghargainya.
Kalau kita sebagai guru, sudah sepatutnya meneladani-Nya untuk kita aplikasikan
dalam menyampaikan pelajaran yang dapat diterima oleh peserta didik yang
berbeda-beda dalam kecerdasan dan karakter.
·
Hikmah Keberadaan
Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Al-Qur’an
Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau
hikmah ayat-ayat mutasyabihat, diantaranya :
- Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2.
Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat
mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab
sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih.
Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya,
yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik
ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka
menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3.
Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun
usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal
tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya
yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4.
Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu
sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu
bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
5.
Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu
pengetahuan yang bermacam-macam.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Muhkam adalah ayat yang memberikan
makna yang jelas dan dapat dijangkau oleh pemahaman akal. Sedangkan mutasyabih
adalah ayat yang memberikan makna yang tidak jelas, tidak dapat berdiri sendiri
dan membutuhkan keterangan yang lain.
Para ulama berbeda terhadap adanya
ayat-ayat muhkam dan mutasyabih. Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat
mutasyabih tidak dapat diketahui kecuali hanya oleh Allah. Mereka mencoba
mengembalikan ayat mutasyabih kepada ayat muhkam.
Hikmah adanya ayat-ayat mutasyabihat
adalah dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan
kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada
kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan
Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Khalil al Qattan
,manna, 2015, STUDI ILMU-ILMU AL-QUR’AN, Bogor, Pt.MINTRA KERJAYA INDONESIA
No comments:
Post a Comment