Blog Archive

Tuesday, October 25, 2016

PSI1D AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH



AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
( STUDY AL-QUR’AN)
Makalah ini disusun untuk memenuhi ujian tengah semester
Dosen Pengampu:
Qoidatul Marhumah, M.Th.I







Disusun oleh :


   


Lisa Ayu Febriana
Ika Sriwahyuningsih
Farhan Zulmi
YunitaQurrota A’yunina
Hasby Achmad B
Perdana Kusuma
Sita Maharani
Ajjil Manshurdohin Nisa’
STUDY AL-QUR’AN
USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
2016
                                                i


KATA PENGANTAR
Denganmenyebutnama Allah SWT yang MahaPengasihlagiMahaPenyayang, kami panjatkan puja danpujisyukurataskehadirat-Nya, yang telahmelimpahkanrahmat, hidayah, daninayah-Nyakepada kami, sehingga kami dapatmenyelesaikanmakalahtentangbab ayat muhkam dan mutasyabih ini.Tidaklupa kami jugamengucapkanbanyakterimakasihatasbantuandaripihak yang telahberkontribusidenganmemberikandukungan moral maupunmateril.
Dan harapan kami semogamakalahinidapatmenambahpengetahuandanpengalamanbagiparapembaca, untukkedepannyadapatmemperbaikibentukmaupunmenambahisimakalah agar menjadilebihbaiklagi.
Karenaketerbatasanpengetahuanmaupunpengalaman kami, kami yakinmasihbanyakkekurangandalammakalahini, olehkarenaitu kami sangatmengharapkan saran dankritik yang membangundaripembaca demi kesempurnaanmakalahini.

Kediri, 17 Oktober , 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
A.    LatarBelakang.............................................................................................. 1
B.     RumusanMasalah......................................................................................... 2
C.     TujuanPenulisan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................... 3
1.      Pengertian ................................................................................................... 3
2.      Sebab-Sebab................................................................................................. 5
3.      Perbedaan..................................................................................................... 7
4.      Hikmah.........................................................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................... 9
D.    Kesimpulan.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 10







                                                                                                    ii


Kalau pada masa Rasul Saw., para sahabat menanyakan persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya mereka terpaksa melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan semacam Ali bin Abi Thalib, Ibn Abbas, Ubay bin Ka’ab  dan Ibnu Mas’ud.Adapun masalah cabang furu' agama yang bukan masalah pokok, ayat‑ayatnya ada yang bersifat umum dan samar-samar yang memberikan peluang kepada para mujtahid yang handal ilmunya untuk dapat mengembalikannya kepada yang tegas maksudnya muhkam dengan cara mengembalikan masalah cabang kepada masalah pokok, dan yang bersifat partikal ( Juz’i ) kepada yang bersifat unifersal ( Kulli ).[2]Al-Qur’an yang merupakan sumber hukum Islam, yang padanya semua permasalahan hidup dikembalikan memiliki ayat-ayat yang jelas ( muhkamat ) dan sebagian ayatnya ada yang samara-samar ( mutasyabihat ). Oleh karena itu seseorang diperlukan kemampuan yang tinggi dan mendalam untuk dapat memahami maksud ayat-ayat Qur’an dimaksud.
Dengan demikian, berbicara tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabih di antara ayat-ayat al-Qur'an merupakan sebuah wacana yang sangat menarik kita diskusikan bagaimana ayat-ayat ini merespon berbagai budaya yang ada di era globalisasi ini hingga menjadi kajian yang kritis dan transformatif dan dapat memberikan konstribusi pemahaman yang sangat mendalam tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabih tanpa mengurangi subtansi yang dimilikinya berdasarkan argumentasi dan rasionalisasi yang kuat untuk mengantarkan kita kepada peningkatan wawasan, pikiran, dan keyakinan.

               
B. RUMUSAN MASALAH

Dari gambaranawaldiatas, makaadabeberapapermasalahan yang akanmenjadikajiankhususdidalammakalah yang kami susunini ,yaitu:
1.                   Apapengertianmuhkamdanmutasyabih?
2.                  Apa sebab-sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ?
3.                   Apaperbedaanmuhkamdanmutasyabih di dalamayat al-Qur'an ?
4.                   Apahikmahadanyaayat-ayat muhkam dan mutasyabih?


C. TUJUAN
            1. Mengetahui pengertian ayat Muhkam dan Mutasyabih
            2. Mengetahui sebab-sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih
            3. Mengetahui pebedaan dari Muhkam dan Mutasyabih
            4. Mempelajari hikmah-hikmah adanya ayat Muhkam dan Muktasyabih


















BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

Secara etimologis muhkam berarti menyempurnakan sesuatu. Sedangkan mutasyabih, secara etimologis dapat diartikan sebagai keraguan, kemiripan, atau kebingungan. Sedangkan menurut terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih diungkapkan para ulama, seperti berikut ini :
1.      (Kelompok Ahlussunnah), Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah.
2.      Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
3.      Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan, lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih sama.

Dari pengertian-pengertian ulama diatas, sudah dapat disimpulkan bahwa inti pengertian dari ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samarlagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat muhkam itu nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas) dan zhahir (makna lahir). Adapun pengertian dari ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat mutasyabih adalah mujmal (global), mu’awwal (harus ditakwil), musykil, dan mubham (ambigius).



2.Sebab-Sebab Adanya Ayat  Muhkam dan Mutasyabih

Dikatakan dengan tegas, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.Pada garis besarnya sebab adanya ayat – ayat Mutasyabih dalam Al – Qur’an ialah karena adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat – ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan bermacam – macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal – hal yang pengetahuanya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.
Adapun adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih dalam Al – Qur’an desebabkan 3 (tiga) hal :
A. Kesamaran Lafal
1. Kesamaran Lafal Mufrad, dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Kesamaran lafal Mufrad Gharib (asing)
Contoh : Lafal dalam ayat 31 surat Abasa : kata Abban jarang terdapat dalam Al – Qur’an, sehingga asing. Kemudian dalam ayat selanjutnya , ayat 32 : (untuk kesenangan kamu dan binatang – binatang ternakmu), sehingga jelas dimaksud Abban adalah rerumputan.
b. Kesamaran Lafal Mufrad yang bermakna Ganda. Kata Al – Yamin bisa bermakna tangan kanan, keleluasan atau sumpah.
  2. Kesamaran dalam Lafal Murakkab
Kesamaran dalam lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab terlalu ringkas, terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib.
B. Kesamaran pada Makna Ayat
Kesamaran pada makna ayat seperti dalam ayat – ayat yang menerangkan sifat – sifat Allah, seperti sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun sifat – sifat lainnya. Dan seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa kubur, dan sebagainya manusia bisa mengerti arti maksud ayat-Nya, sedangkan mereka tidak pernah melihatnya.


C. Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat
Seperti, ayat 189 surat Al – Baqarah yang artinya:
Dan bukanlah kebijakan memasuki rumah – rumah dari belakangnya, akan tetapi kebijakan itu ialah kebijakn orang – orang yang bertakwa”.
Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu ringkas, juga terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus orang arab. Hingga dalam memahami ayat ini akan sulit bagi orang-orang yang bukan termasuk orang arab. Dan sejatinya ayat ini adalah diperuntukkan untuk orang yang sedang melaakukan ihrom baik haji maupun umroh.



3.Perbedaan Ayat Muhkam dan Mutasyabih

A. Muhkam dan Mutasyabih dalam Arti Umum
Muhkam berarti yang dikokohkan. Ihkaam al-kalaam berarti mengokohkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan yang lurus dari yang sesat. Jadi, kalam yang muhkam berarti perkataan yang sifatnya seperti ini.
Dengan pengertian inilah, Allah ta’ala menyifati Al-Qur’an bahwa seluruhnya adalah muhkam, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
الر، كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِير
Artinya: “Alif lam ra. (Inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya di-muhkam-kan, dikokohkan serta dijelaskan secara rinci, diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetaui.” (QS. Huud [11]: 1)
Juga firman-Nya:
الر، تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ
Artinya: “Alif lam ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah.” (QS. Yuunus [10]: 1)
Al-Qur’an itu seluruhnya muhkam, maksudnya Al-Qur’an itu kata-katanya kokoh, fasih (indah dan jelas), dan ia membedakan antara yang haq dengan yang batil, serta antara yang benar dan yang dusta. Inilah yang dimaksud dengan muhkam dalam arti yang umum.
Adapun mutasyabih, secara bahasa berarti salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Tasyabuh al-kalam berarti kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagiannya membenarkan sebagian yang lain.
Dengan pengertian inilah, Allah ta’ala menyifati Al-Qur’an bahwa seluruhnya adalah mutasyabih, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَاباً مُتَشَابِهاً مَثَانِي
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Qur’an yang serupa lag berulang-ulang.” (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Dengan demikian, maka Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabih, maksudnya Al-Qur’an itu sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam kesempurnaan dan keindahannya, dan sebagiannya membenarkan sebagian yang lain, serta sesuai pula maknanya. Inilah yang dimaksud dengan mutasyabih dalam arti umum.
Dalam makna umum ini, Al-Qur’an seluruhnya muhkam, sekaligus seluruhnya adalah mutasyabih. Al-Qur’an kata-katanya kokoh dan indah, membedakan antara yang haq dengan yang batil, serupa ayat-ayatnya serta sebagiannya membenarkan sebagian yang lain.
B.Muhkam dan Mutasyabih dalam Arti Khusus
Dalam Al-Qur’an Al-Karim terdapat ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih dalam arti khusus, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا
Artinya: “Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi)-nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lainnya berupa (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami…” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 7)
Mengenai pengertian muhkam dan mutasyabih ini, terdapat banyak perbedaan pendapat. Yang terpenting di antaranya adalah:
1. Muhkam adalah ayat yang mudah dketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.
2. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu sisi makna saja (wajhan wahidan), sedangkan mutasyabih mengandung banyak makna (awjuh).
3. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.
Para ulama memberikan contoh ayat-ayat muhkam dalam Al-Qur’an dengan ayat-ayat nasikh, ayat-ayat tentang halal dan haram, hudud, kewajiban, janji dan ancaman. Sementara untuk ayat-ayat mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mansukh dan ayat-ayat tentang asma Allah dan sifat-sifat-Nya. Contohnya {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}, {كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ}, {يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ}, dan masih banyak lagi ayat lainnya.


4.Hikmah Keberadaan Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Al-Qur’an

Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat mutasyabihat, diantaranya :
1.Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2.Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka[2] berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3.Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4.Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam









BAB III
PENUTUP


D. KESIMPULAN

Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak wajah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Mahabesarnya Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di dalam Al-Qur’an. Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan. Begitu juga dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Oleh sebab itu kami dari kelompok 4 mengetahui banyak manfaat dari penyusunan makalah kami ini. Semoga bisa menjadi inspirasi untuk bahan ilmu study al-qur’an . Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini tidak sempurna. Maka dari itu kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan kami selanjutnya.Terimakasih atas partisipasinya membaca makalah dari kelompok kami .






 DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa
Anwar, Rosihon. 2004, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Media
Manna’ Al-Qathan, Mabahis fi‘Ulum al-Qur’an, Cetakan ke-12, Kairo: MaktabahWahbah, 2002.
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu
Hadi, Abd. 2010, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Surabaya:Graha Pustaa Islamic Media



[1]Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa
Anwar, Rosihon. 2004, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Media

§ [2]Sholihin, Munanto. 2013. Ulumul Qur’an. RINGKASAN MK. STUDI KEISLAMAN 1, 13-14.

 


3 comments:

  1. Di atas dijelaskan bahwa dalam makna umum, al-qur'an itu seluruhnya muhkam dan sekaligus seluruhnya mutasyabih. Kenapa bisa seperti itu dan kenapa al-qur'an itu tidak ayat muhkam semua saja agar mudah di pahami karena sudah jelas ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. izin menjawab. kenapa kok tidak semua ayat muhkam biar lebih mudah dipahami. kita pakek logika saja ya mb. kita saja sebagai manusia pasti memiliki rahasia yg hanya diketahui oleh orang orang tertentu, karena ada sesuatu dibalik rahasia itu. kita saja begitu apalagi Allah yg menciptakan alam semesta ini.
      kalau pertanyaannya saya balik. kenapa kok ada sesuatu yg smpn izinkan orang lain mengetahui (ibarat muhkam) dan ada sesuatu yg smpn rahasiakan dari orang lain (ibarat mutasyabih) itu kira kira kenapa. kok sampn melakukannya.

      syukran ��

      Delete
  2. Terimakasih jawabannya mbk marta ☺

    ReplyDelete