AYAT
MUHKAM DAN MUTASYABIH
(
STUDY AL-QUR’AN)
Makalah ini disusun untuk memenuhi
ujian tengah semester
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Lisa Ayu Febriana
Ika Sriwahyuningsih
Farhan Zulmi
YunitaQurrota A’yunina
Hasby Achmad B
Perdana Kusuma
Sita Maharani
Ajjil Manshurdohin Nisa’
STUDY AL-QUR’AN
USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
i
KATA PENGANTAR
Denganmenyebutnama Allah SWT yang
MahaPengasihlagiMahaPenyayang, kami panjatkan puja
danpujisyukurataskehadirat-Nya, yang telahmelimpahkanrahmat, hidayah,
daninayah-Nyakepada kami, sehingga kami dapatmenyelesaikanmakalahtentangbab ayat muhkam dan mutasyabih
ini.Tidaklupa kami
jugamengucapkanbanyakterimakasihatasbantuandaripihak yang
telahberkontribusidenganmemberikandukungan moral maupunmateril.
Dan harapan kami
semogamakalahinidapatmenambahpengetahuandanpengalamanbagiparapembaca, untukkedepannyadapatmemperbaikibentukmaupunmenambahisimakalah
agar menjadilebihbaiklagi.
Karenaketerbatasanpengetahuanmaupunpengalaman
kami, kami yakinmasihbanyakkekurangandalammakalahini, olehkarenaitu kami
sangatmengharapkan saran dankritik yang membangundaripembaca demi
kesempurnaanmakalahini.
Kediri, 17 Oktober , 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
A.
LatarBelakang.............................................................................................. 1
B.
RumusanMasalah......................................................................................... 2
C.
TujuanPenulisan........................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................... 3
1.
Pengertian ................................................................................................... 3
2.
Sebab-Sebab................................................................................................. 5
3.
Perbedaan..................................................................................................... 7
4.
Hikmah.........................................................................................................8
BAB
III PENUTUP....................................................................... 9
D.
Kesimpulan.................................................................................................. 9
DAFTAR
PUSTAKA................................................................. 10
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dilihat
dari segi universal. Penafsiran al-Qur’an termasuk yang paling tua dibandingkan
dengan kegiatan ilmiyah lainnya di dalam Islam. Pada saat al-Qur’an diturunkan
lima belas abad yang lalu, Rasulullah Saw. yang berfungsi sebagai mubayyin (
pemeberi penjelas ) telah menjelaskan arti dan kandungan al-Qur’an kepada
sahabat-sahabatnya, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak difahami atau
sama artinya. Keadaan ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah Saw,
walaupun harus diakui bahwa penjelasan tersebut tidak semua kita ketahui,
sebagai akibat dari tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena
memang Rasul Saw.
Kalau pada masa Rasul Saw., para sahabat menanyakan
persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya
mereka terpaksa melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan
semacam Ali bin Abi Thalib, Ibn Abbas, Ubay bin Ka’ab dan Ibnu Mas’ud.Adapun masalah cabang furu' agama yang bukan
masalah pokok, ayat‑ayatnya ada yang bersifat umum dan samar-samar yang
memberikan peluang kepada para mujtahid yang handal ilmunya untuk dapat
mengembalikannya kepada yang tegas maksudnya muhkam dengan cara mengembalikan
masalah cabang kepada masalah pokok, dan yang bersifat partikal ( Juz’i )
kepada yang bersifat unifersal ( Kulli ).[2]Al-Qur’an yang merupakan sumber hukum Islam, yang
padanya semua permasalahan hidup dikembalikan memiliki ayat-ayat yang jelas (
muhkamat ) dan sebagian ayatnya ada yang samara-samar ( mutasyabihat ). Oleh
karena itu seseorang diperlukan kemampuan yang tinggi dan mendalam untuk dapat
memahami maksud ayat-ayat Qur’an dimaksud.
Dengan demikian, berbicara tentang ayat-ayat muhkam
dan mutasyabih di antara ayat-ayat al-Qur'an merupakan sebuah wacana yang
sangat menarik kita diskusikan bagaimana ayat-ayat ini merespon berbagai budaya
yang ada di era globalisasi ini hingga menjadi kajian yang kritis dan
transformatif dan dapat memberikan konstribusi pemahaman yang sangat mendalam
tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabih tanpa mengurangi subtansi yang
dimilikinya berdasarkan argumentasi dan rasionalisasi yang kuat untuk
mengantarkan kita kepada peningkatan wawasan, pikiran, dan keyakinan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari gambaranawaldiatas,
makaadabeberapapermasalahan yang akanmenjadikajiankhususdidalammakalah yang
kami susunini ,yaitu:
1.
Apapengertianmuhkamdanmutasyabih?
2.
Apa sebab-sebab
adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ?
3.
Apaperbedaanmuhkamdanmutasyabih
di dalamayat al-Qur'an ?
4.
Apahikmahadanyaayat-ayat muhkam dan mutasyabih?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian ayat Muhkam dan Mutasyabih
2. Mengetahui sebab-sebab adanya
ayat Muhkam dan Mutasyabih
3. Mengetahui pebedaan dari Muhkam
dan Mutasyabih
4. Mempelajari hikmah-hikmah adanya
ayat Muhkam dan Muktasyabih
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Secara etimologis
muhkam berarti menyempurnakan sesuatu. Sedangkan mutasyabih, secara etimologis
dapat diartikan sebagai keraguan, kemiripan, atau kebingungan. Sedangkan
menurut terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih diungkapkan para ulama,
seperti berikut ini :
1. (Kelompok Ahlussunnah), Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat
diketahui dengan gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan
ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah,
seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah.
2. Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus
diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus
diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
3. Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas
mengatakan, lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan
hanya satu arah/segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang
bisa ditakwilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih sama.
Dari
pengertian-pengertian ulama diatas, sudah dapat disimpulkan bahwa inti
pengertian dari ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas,
tidak samarlagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Yang
termasuk dalam kategori ayat-ayat muhkam itu nash (kata yang menunjukkan
sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas) dan zhahir (makna lahir). Adapun
pengertian dari ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum
jelas. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat mutasyabih adalah mujmal
(global), mu’awwal (harus ditakwil), musykil, dan mubham (ambigius).
2.Sebab-Sebab Adanya
Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Dikatakan dengan tegas, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah
karena Allah SWT menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang
Muhkam dari yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat
yang Mutasyabih.Pada garis besarnya sebab adanya ayat – ayat Mutasyabih dalam
Al – Qur’an ialah karena adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat – ayat-Nya
sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan
karena bisa dita’wilkan dengan bermacam – macam dan petunjuknya pun tidak
tegas, karena sebagian besar merupakan hal – hal yang pengetahuanya hanya
dimonopoli oleh Allah SWT saja.
Adapun adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih dalam Al – Qur’an desebabkan 3 (tiga) hal :
A. Kesamaran Lafal
1. Kesamaran Lafal
Mufrad, dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Kesamaran lafal
Mufrad Gharib (asing)
Contoh
: Lafal dalam ayat 31 surat Abasa : kata Abban jarang terdapat dalam Al –
Qur’an, sehingga asing. Kemudian dalam ayat selanjutnya , ayat 32 : (untuk
kesenangan kamu dan binatang – binatang ternakmu), sehingga jelas dimaksud
Abban adalah rerumputan.
b.
Kesamaran Lafal Mufrad yang bermakna Ganda. Kata Al – Yamin bisa bermakna
tangan kanan, keleluasan atau sumpah.
2. Kesamaran dalam Lafal Murakkab
Kesamaran
dalam lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab terlalu ringkas,
terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib.
B. Kesamaran pada Makna Ayat
Kesamaran pada makna
ayat seperti dalam ayat – ayat yang menerangkan sifat – sifat Allah, seperti
sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun sifat – sifat
lainnya. Dan seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa
kubur, dan sebagainya manusia bisa mengerti arti maksud ayat-Nya, sedangkan
mereka tidak pernah melihatnya.
C. Kesamaran pada Lafal dan Makna
Ayat
Seperti, ayat 189
surat Al – Baqarah yang artinya:
“Dan bukanlah kebijakan memasuki
rumah – rumah dari belakangnya, akan tetapi kebijakan itu ialah kebijakn orang
– orang yang bertakwa”.
Sebab kesamaran dalam
ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu ringkas, juga terjadi pula
pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus orang arab. Hingga dalam
memahami ayat ini akan sulit bagi orang-orang yang bukan termasuk orang arab.
Dan sejatinya ayat ini adalah diperuntukkan untuk orang yang sedang melaakukan
ihrom baik haji maupun umroh.
3.Perbedaan Ayat Muhkam dan Mutasyabih
A. Muhkam dan Mutasyabih dalam Arti Umum
Muhkam
berarti yang dikokohkan. Ihkaam al-kalaam berarti mengokohkan perkataan dengan
memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan yang lurus dari yang sesat.
Jadi, kalam yang muhkam berarti perkataan yang sifatnya seperti ini.
Dengan
pengertian inilah, Allah ta’ala menyifati Al-Qur’an bahwa seluruhnya adalah
muhkam, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
الر،
كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِير
Artinya:
“Alif lam ra. (Inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya di-muhkam-kan, dikokohkan
serta dijelaskan secara rinci, diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana
dan Maha Mengetaui.” (QS. Huud [11]: 1)
Juga
firman-Nya:
الر،
تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ
Artinya:
“Alif lam ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah.” (QS. Yuunus
[10]: 1)
Al-Qur’an
itu seluruhnya muhkam, maksudnya Al-Qur’an itu kata-katanya kokoh, fasih (indah
dan jelas), dan ia membedakan antara yang haq dengan yang batil, serta antara
yang benar dan yang dusta. Inilah yang dimaksud dengan muhkam dalam arti yang
umum.
Adapun
mutasyabih, secara bahasa berarti salah satu dari dua hal serupa dengan yang
lain. Tasyabuh al-kalam berarti kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena
sebagiannya membenarkan sebagian yang lain.
Dengan
pengertian inilah, Allah ta’ala menyifati Al-Qur’an bahwa seluruhnya adalah
mutasyabih, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
اللَّهُ
نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَاباً مُتَشَابِهاً مَثَانِي
Artinya:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Qur’an yang serupa
lag berulang-ulang.” (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Dengan
demikian, maka Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabih, maksudnya Al-Qur’an itu
sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam kesempurnaan dan
keindahannya, dan sebagiannya membenarkan sebagian yang lain, serta sesuai pula
maknanya. Inilah yang dimaksud dengan mutasyabih dalam arti umum.
Dalam
makna umum ini, Al-Qur’an seluruhnya muhkam, sekaligus seluruhnya adalah
mutasyabih. Al-Qur’an kata-katanya kokoh dan indah, membedakan antara yang haq
dengan yang batil, serupa ayat-ayatnya serta sebagiannya membenarkan sebagian
yang lain.
B.Muhkam dan Mutasyabih dalam Arti Khusus
Dalam
Al-Qur’an Al-Karim terdapat ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih dalam arti
khusus, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala:
هُوَ
الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ
الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ
مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا
يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ
آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا
Artinya:
“Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi)-nya ada
ayat-ayat muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lainnya berupa
(ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami…” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 7)
Mengenai
pengertian muhkam dan mutasyabih ini, terdapat banyak perbedaan pendapat. Yang
terpenting di antaranya adalah:
1.
Muhkam adalah ayat yang mudah dketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya
diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.
2.
Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu sisi makna saja (wajhan wahidan),
sedangkan mutasyabih mengandung banyak makna (awjuh).
3.
Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa
memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak seperti itu, ia
memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.
Para
ulama memberikan contoh ayat-ayat muhkam dalam Al-Qur’an dengan ayat-ayat
nasikh, ayat-ayat tentang halal dan haram, hudud, kewajiban, janji dan ancaman.
Sementara untuk ayat-ayat mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat
mansukh dan ayat-ayat tentang asma Allah dan sifat-sifat-Nya. Contohnya {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}, {كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ
إِلَّا وَجْهَهُ}, {يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ}, dan masih banyak lagi ayat lainnya.
4.Hikmah Keberadaan
Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Al-Qur’an
Dalam pembahasan ini
perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat mutasyabihat, diantaranya :
1.Memperlihatkan
kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat
mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah.
Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji,
tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya
sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih
merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan
ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2.Teguran bagi
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah
menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan
pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak
mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga
mereka[2] berkata
rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan
ilmu ladunni.
3.Membuktikan kelemahan
dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada
kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan
Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4.Memperlihatkan
kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia
menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan
wahyu ciptaan Allah SWT.
Mendorong kegiatan
mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Muhkam adalah ayat yang hanya
mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak wajah. Dengan adanya
ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan
betapa Mahabesarnya Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk
berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di
dalam Al-Qur’an. Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia
mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati
makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta
mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan
Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami,
dan jelas pula untuk diamalkan. Begitu juga dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha
dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Oleh sebab itu kami dari kelompok
4 mengetahui banyak manfaat dari penyusunan makalah kami ini. Semoga bisa
menjadi inspirasi untuk bahan ilmu study al-qur’an . Kami sadar bahwa
penyusunan makalah ini tidak sempurna. Maka dari itu kritik yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan kami
selanjutnya.Terimakasih atas partisipasinya membaca makalah dari kelompok kami
.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa
Anwar,
Rosihon. 2004, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Media
Manna’ Al-Qathan, Mabahis fi‘Ulum al-Qur’an, Cetakan ke-12, Kairo: MaktabahWahbah, 2002.
Djalal,
Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu
Hadi, Abd. 2010, Pengantar Studi
Ilmu-Ilmu Al-Quran, Surabaya:Graha Pustaa Islamic Media
Di atas dijelaskan bahwa dalam makna umum, al-qur'an itu seluruhnya muhkam dan sekaligus seluruhnya mutasyabih. Kenapa bisa seperti itu dan kenapa al-qur'an itu tidak ayat muhkam semua saja agar mudah di pahami karena sudah jelas ?
ReplyDeleteizin menjawab. kenapa kok tidak semua ayat muhkam biar lebih mudah dipahami. kita pakek logika saja ya mb. kita saja sebagai manusia pasti memiliki rahasia yg hanya diketahui oleh orang orang tertentu, karena ada sesuatu dibalik rahasia itu. kita saja begitu apalagi Allah yg menciptakan alam semesta ini.
Deletekalau pertanyaannya saya balik. kenapa kok ada sesuatu yg smpn izinkan orang lain mengetahui (ibarat muhkam) dan ada sesuatu yg smpn rahasiakan dari orang lain (ibarat mutasyabih) itu kira kira kenapa. kok sampn melakukannya.
syukran ��
Terimakasih jawabannya mbk marta ☺
ReplyDelete