SEJARAH PENULISAN
AL-QUR’AN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
“Studi Qur’an”
Dosen Mata Kuliah
Qoidatul
Marhumah, M.Th.I
Di susun Oleh :
1.
Muhammad Sayfurro’uf
2.
Abdul Aziz
3.
Alvien Atthar Muttaqin
4.
Prisca Varadila
5.
Astika Srihayu
6.
Siti Dewi Zulaikhah
7.
Riska Kurniawati
8.
Ulfa Rochmatin
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI KEDIRI
JURUSAN USHULUDDIN
PRODI PSIKOLOGI ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua yang berupa Ilmu dan Amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya
pula kami dapat menyelesaikan Makalah Studi Al-Qur’an yang berjudul “SEJARAH
PENULISAN AL-QUR’AN “ yang Insa Allah
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam kami haturkan ke pangkuan Nabi Besar
Muhammad SAW. yang mana telah membawa masyarakat yang Jahiliyah menuju zaman
Islamiyah yang sangat maju.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnnya kritik,saran dan masukan yang
membangun sangat kami butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan kearah
yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Kediri,16 Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an
adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnnya selalu diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan Allah SAW untuk mengeluarkan
manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka
kejalan yang lurus.
Dalam
catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan
Al-Qur’an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur’an ditulis sejak
Nabi masih hidup, begitu wahyu turun kepada Nabi,Nabi langsung memerintahkan
para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka
tulis,kemudian mereka hafalan sekaligus mereka amalkan. Namun banyak dari dari
pengikut Nabi Muhammad di muka bumi ini yang tidak mengetahui bagaimana
Al-Qur’an diturunkan ke muka bumi hingga penulisan Al-Qur’an yang lebih dikenal
dengan mushaf Al-Qur’an. Maka dari itu hal tersebut yang melatar belakangi pada
penulisn makalah ini dengan tema “SEJARAH PENULISAN AL-QUR’AN “ Semoga dengan ini
pengikut Nabi Muhammad SAW. Memahami akan penulisan Al-Qur’an.
B.
RUMUSAN MASALAH
Makalah
ini telah disusun dengan berbagai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Al-Qur’an secara
Bahasa dan Istilah ?
2. Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an ?
3. Bagaimana penyempurnaan penulisan
Al-Qur’an
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa definisi dari
Al-Qur’an.
2. Untuk
mengetahui sejarah penulisan Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui penyempurnaan penulisan
dari Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian AL-Qur an
Secara
Etimologi ( bahasa) :
a) Sebagian dari mereka diantaranya
Al-Lihyani berkata bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a”
(membaca) sebagaimana kata rujhan dan gufrhan.
b) Sebagian dari mereka, diantaranya
Al-Zujaj menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata sifat yag berasal dari kata dasar
“al-qara” yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. karena kitab itu menghimpun
surat,ayat,kisah,perintah,dan larangan.[1]
Secara Terminologi (Istilah):
a) Menurut Manna Al-Qaththan:
“Kitab Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad .S.A.W. membacanya memperoleh pahala.
b) Menurut Al-Jurjani:
“Yang diturunkan kepada Rosulloh S.A.W. Yang
ditulis didalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.”
c)Menurut Abu Syahbah:
“Kitab Alllah yang diturukan baik lafat maupun maknanya kepada nabi terakhir, Muhammad SAW. Yang driwiyatkan secara mutawtir yakni dengan penuh kepastian dan kenyakinan (akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad), yang ditulis pada mushaf mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai akhir ayat An-Nash.
“Kitab Alllah yang diturukan baik lafat maupun maknanya kepada nabi terakhir, Muhammad SAW. Yang driwiyatkan secara mutawtir yakni dengan penuh kepastian dan kenyakinan (akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad), yang ditulis pada mushaf mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai akhir ayat An-Nash.
d)
Menurut
Kalangan Pakar Ushul Fiqh, Fiqh, dan Bahas Arab:
“ Kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafat -lafat nya mengandung mukjizat, membaca,
mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan
yang ditulis pada mushaf, mulai awal surat Al-Fatihah sampai akhir surat
An-Nash.
B. Pengumpulan
Al-Qur’an (Jam Al-Qur’an)
1.
Proses Penghafalan Al-Qur’an
Kedatangan wahyu merupakan sesuatu
yang dirindukan nabi. Oleh karena itu begitu wahyu datang nabi langsung
menghafal an memahaminya. Dengan demikian nabi adalah orang yang paling pertama
penghafal Al-Qur’an.
2.
Penulisan Al-Qur’an
a. Pada masa Nabi:
a. Pada masa Nabi:
Kerinduaan nabi
terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam bentuk hafalan, tetapi
dalam bentuk tulisan. Nabi mempunyai sekretaris pribadi yang khusus bertugas
mencatat wahyu. Mereka adalah Abu
Bakar,Umar,Utsman,Ali,Abban bin Said,Khalid bin Said,dan Mu’awiyah bin Abi
Sufyan. Proses penulisan Al-Qur’an pada masa nabi sangat sederhana dan berupa
lontaran kayu,pelepah kurma,tulang belulang,dan batu.
Kegiatan tulis- menulis
Al-Qur’an pada masa nabi disamping dilakukan oleh sekretaris nabi , juga dilakukan
para sahabat nabi lainnya kegiatannya itu didasarkan kepada hadits nabi
sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Muslim.
Diantara
factor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa nabi adalah:
1. Mem-Back
up hafaan yang telah dilakukan oleh nabi dan para sahabatnya.
2. Mempresentasika wahyu dengan cara yang
paling sempurna, karna bertolak dari hafalan para sahabat saja tidak cukup
karena terkadang mereka lupa atau sebagian dari mereka sudah wafat adapun
tulisan akan tetap tepelihara walaupun pada masa nabi, Al-Qur’an tidak ditulis
ditempat tertentu.
Uraian diatas memperlihatkan bahwa
karakteristik penulisan Al-Qur’an pada msa nabi adalah bahwa Al-Qur’an ditulis
tidak pada satu tempat, melainkan pada tempat yang terpisah-pisah.
b. Pada masa Khulafa’
Al-Rasyidin
1.
Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada dasarnya seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih ada. Hanya saja, pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar. Dan orang pertama kali menyusunnya dalam satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Penulisan Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang baru. Sebab, Rosullah pernah memerintahkannya.[2] Hanya saja, saat itu tulisan Al-Qur’an berpencar pencar pada pelepah kurma, Batu halus, Kulit, Tulang Unta dan bantalan kayu. Abu Bakar kemudian berinisiatif menghimpun semua, usaha pengumpulan tuisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah perang yamamah pada tahun 12 Hijriah. Peperagan yang bertujuan menumpas para pemurtad yang juga para pengikut musailamah Al-Khadzab itu ternyata telah menjadikan 700 kaum sahabat peghafal Al-Qur’an syahid hawatir akan semakin hilangnya para penghafal Al-Qur’an sehingga kelestarian Al-Qur’an ikut terancam, Umar datang menemui khalifah pertama, Abu Bakar agar segera menginstruksikan pengumpuan Al -Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.
Pada dasarnya seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih ada. Hanya saja, pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar. Dan orang pertama kali menyusunnya dalam satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Penulisan Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang baru. Sebab, Rosullah pernah memerintahkannya.[2] Hanya saja, saat itu tulisan Al-Qur’an berpencar pencar pada pelepah kurma, Batu halus, Kulit, Tulang Unta dan bantalan kayu. Abu Bakar kemudian berinisiatif menghimpun semua, usaha pengumpulan tuisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah perang yamamah pada tahun 12 Hijriah. Peperagan yang bertujuan menumpas para pemurtad yang juga para pengikut musailamah Al-Khadzab itu ternyata telah menjadikan 700 kaum sahabat peghafal Al-Qur’an syahid hawatir akan semakin hilangnya para penghafal Al-Qur’an sehingga kelestarian Al-Qur’an ikut terancam, Umar datang menemui khalifah pertama, Abu Bakar agar segera menginstruksikan pengumpuan Al -Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.
2.
Pada masa Utsman Bin Affan
Sejarah penulisan dapat dirumuskan
dalam beberapa poin :
1.
Bahwa
penulisan pada Utsman adalah upaya standarisasi terhadap mushaf Al-Qur’an ,
setelah adannya kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan banyaknnya versi Mushaf yang beredar, termasuk Mushaf Abu Bakar dan Mushaf
sahabat-sahabat lain.[3]
2.
Utsman
bertekad melakukan standarisasi bacaan Al-Qur’an, dengan menulis kembali satu
mushaf induk, yang bisa dijadikan pegangan bersama secara seragam. Jadi motif
utamannya adalah karena perbedaan bacaan kaum muslimin yang mengarah pada
perpecahan.
3.
Inspirasi
ini berawal dari kegelisahan Hudzaifah bin Yaman yang
disampaikan kepada Utsman, ketika terjadi konflik umat seputar ragam bacaan
yang diajarkan para sahabat pasca futuhat . Tepatnnya ketika islam telah meluas
hingga penaklukan Armenia dan Azarbaijan.
4.
Utsman
memulai usahannya ini dengan mengemukakan idennya lebih dahulu kepada dewan
permusyawaratan umat, yang terdiri dari pembesar –pembesr sahabat, dan mereka
pun setuju dengan ide unifikasi yang brilliant
ini.
Pada masa pemerintahan Ustman, wilayah Negara Islam telah meluas
sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu,Islam sudah
tersebar ke
beberapa wilayah di Afrika,Syira dan Persia. Para penghafal Al
–Qur’an pun
akhirnya menjadi tersebar, sehigga menimbulkan persoalan baru,
yaitu
saling dikalangan kaum muslimin mengenai bacaan ( qiraat) Al
– Qur’an.
Para pemeluk islam di masing-masing daerah mempelajari dan
menerima bacaan
Al –Qur’an dari sahabat ahli qiraat, di daerah yang
bersangkutan.
Penduduk Syam misalnya, belajar Al-Qur’an pada Ubay bin Ka’bah.
Warga kuffah berguru pada Abdullah bin Mas’ud sementara penduduk yang tinggal
di Basrah berguru dan membaca Al-Qur’an dengan qiraat Abu Musa al Asy’ari
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan, diantara orang
yang ikut menyerbu kota tersebut adalah
Khuzaifah bin Alyaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca Al-
Qur’an, bahkan ia mengamati sebagian qiraat itu bercampur dengan kesalahan. Utsman
segera mengundang para sahabat dari Anshar dan Muhajirin bermusyawarah mencari
jalan keluar dari masalah serius tersebut. Akhirnya, dicapai suatu kesepakatan
agar mushaf Abu Bakar disalin kembali beberapa mushaf.
Mushaf-mushaf itu nantinya
dikirim ke berbagai kota atau daerah untuk dijadikan rujukan bagi kaum muslimin
terutama manakala terjadi perselisihan tentang qiraat Al- Qur’an antar mereka. Untuk
terlaksana tugas tersebut, Khalifah Utsman menunjuk satu tim yang terdiri dari empat orang
sahabat, yaitu: Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Zubair, Said ibn
Al-‘As dan Abd Al-
Rahman ibn al- Haris ibn Hisyam. Ke empat orang ini para penulis
wahyu.
Tentang jumlah mushaf yang ditulis, berapapun jumlahnya
tidak menjadi
persoalan. Yang pasti, upaya tersebut telah berhasil melahirkan mushaf
baku
sebagai rujukan kaum muslimin
dan menghilangkan perselisihan serta perpecahan
diantara mereka.
METODE PENULISAN MUSHAF ‘UTSMAN
Berikut beberapa teknis ,poladan aturan-aturan yang ditetapkan
dalam usaha standardisasi Mushaf Al-Qur’an masa Utsman:
1.
Meminta kembali Mushaf
Bakry yang ada ditangan Umm
al-Mukminin Hafsah ra untuk dijadikan master atau rujukan unifikasi(ashl)
2.
Tidak memasukkan teks Al-Qur’an kedalam satuan “Mushaf” kecuali teks yang benar-benar
terbukti keberadaannya sebagai Al-Qur’an, sesuai dengan bacaan akhir yang
diterima dari Nabi (u’rdhah akhirah)
3. Tidak menuliskan suatu
ayat, kecuali yang memiliki jalur transmisi mutawatir.
4. Me-rajih-kan bacaan
Quraisy jika ada perselisihan dalam kepanitiaan Zayd, karena bahasa Quraisylah
yang dominan dalam Al-Qur’an , dan karena Al-Qur’an turun (pertama kali ) di
tengah-tngah orang-orang Quraisy itu.
5. Tidak menuliskan lagi
ayat-ayat yang telah dihapus (masnsukhah)
6.
Menghapus (membakar)61
seluruh catatan Mushaf yang ditulis secara perorangan, setelah
sebelumnnya diseleksi secara ijma’ (konsensus) oleh perwakilan umat yang
terdiri dari pembesar Sahabat, para Qurra’ dan penghafal Al-Qur’an.
Beberapa karakteristik mushaf al-Quran yang ditulis pada
masa Ustman Bin Affan antara lain:
1.
Ayat ayat yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat mutawatir
2.
Tidak memuat ayat-ayat yang mansukh
3.
Surat-surat mupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib
sebagai mana Al- Qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti mushaf Al-Qur’an
yang ditulis pada masa Abu Bakar yang hanya disusun tertib ayat, sementara
surat-suratnya disusun menurut urutan turun wahyu.
4.
Tidak memuat sesuatu yang bukan tergolong Al-Qur’an seperti yang
di tulis sebagian sahabat Nabi dalam masing-masing mushafnya, sebagai
penjelasan atau keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu.
5.
Dialek yang dipakai dalam
mushaf ini hanya dialek Quraisy dengan alasa
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab Quraisy sekalipun pada mulanya diizinkan
membacanya dengan menggunakan dialek lain.
3. Penyempurnaan Penulisan Al-Qur’an setelah masa Khalifaf
Musaf yang ditulis atas perintah
Utsman tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan
salah satu kharakat yang tujuh. Setelah banyak orang non-arab memeluk islam,
mereka merasa kesulitan membaca mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu.
Pada masa khalifaf ‘Abd Al-Malik
(685-705), ketidak memadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim
terkemuka saat itu dan karena itu pula penyempurnaan mulai segera dilakukan Tersebutlah dua tokoh yang berjasa
dalam hal ini, yaitu Ubaidillah Bin Ziyad dan Hajjaj Bin Yusuf ats-tsaqafi. Ibn
Ziyad diberitakan memerintahkan seorang lelaki dari persia untuk meletakkan
alif sebagai pengganti dari huruf yang dibuang. Adapun Al-Hajjaj melakukan
penyempurnaan terhadap mushaf ‘Utsmani
pada sebelas tempat yang karenanya membaca mushaf lebih mudah.[4]
Upaya penyempurnaan itu tidak
berlangsung sekaligus,tetapi berharap dan dilakukan oleh setiap generasi sampai
abab III H (atau akir abad IX M) ketika proses penyempurnaan naskah Al-Qur’an
(mushaf ‘Utsmani) selesai dilakukan. Tercatat pula tiga nama
yang disebut sebut sebagai orang yag pertama kali meletakan titik pada mushaf
‘Utsmani. Ketiga orang itu adalah Abu Al-Aswad Ad-Da’uli,Yahya’ bin Ya’mar(45-129
H).dan Nashr bin ‘Ashim Al-Laits(89 H). Adapun orang yang disebut –sebut
pertama kali meletakkan hamzah, tasyidid Al-raum, dan Al-Isymam adalah
Al-Khalil Bin Ahmad Al-farahidi Al-Azdi yang diberi kunyah Abu
‘Abdirrahman(w.175 H).
Upaya penulisan Al-Qur’an dengan
tulisan yang bagus merupakan upaya lain yang telah dilakukan generasi
terdahulu.Diberitakan bahwa Khalifah Al-Walid (memerintah dari tahun 86-96 H).memerintahkan
Khalid bin Abi Al-Hayyaj yang terkenal keindahan tulisannya untuk menulis mushaf
Al-Qur’an. Dan untuk pertama kalinnya, Al-Qur’an dicetak di Bunduqiyyah pada
tahun 1530 M, tetapi begitu keluar, penguasa gereja mengeluarkan perintah
pemusnahan kitab suci agama islam ini. Dan baru lahir lagi cetakan selanjutnnya
atas usaha seorang jerman bernama Hinkelman pada tahun 1694 M. Di
Hamburg(jerman). Disusul kemudian oleh
Marracci pada tahun 1698 M. Di Padoue .Sayangnnya,tak satu pun Al-Qur’an
cetakan pertama,kedua, maupun ketiga itu yang tersisa didunia islam .Dan
sayangnnya pula,perintis penerbitan Al-Qur’an pertama itu dari kalangan bukan
muslim.
Penerbitan Al-Qur’an dengan label
islam baru dimulai pada tahun 1787. Yang menerbitkannya adalah maulaya Utsman. Dan
mushaf cetakan itu lahir di Saint-Petersbourg,Rusia,atau Leningrad,Uni Soviet
sekarang.
Lahir lagi
kemudian,mushaf cetakan di Kazan. Kemudian terbit lagi di Iran.Tahun 1248
H/1828 M., negeri Persia ini menerbitkan mushaf cetakan di kota Teheran .Lima
tahun kemudian ,yakni tahun 1833 ,terbit lagi mushaf cetakan di Tabriz. Setelah dua kali
diterbitkan di iran , setahun kemudian (1834)terbit lagi mushaf cetakan di
Leipzig,Jerman.
Sepeninggal Ustman, mushaf Al-Qur’an belum diberi tanda baca
seperti baris
(harakat) dan
tanda pemisah ayat. Karna daerah kekuasaan Islam semakin meluas
keberbagai penjuru yang berlainan dialek dan bahasanya, dirasa
perlu adanya
tindakan preventif dalam memel
ihara umat dari kekeliruan membaca danvmemahami al-Qur’an.
Upaya tersebut baru terealisir pada masa Khalifah Muawiyah ibn
Abi Sufyan (40-60H) oleh Imam Abu al-Aswad al-Duali, yang memberi harakat atau
baris yang berupa
titik merah pada mushf al-Quran. Untuk ‘’a’’ (fathah) disebelah
atas huruf,
‘’u’’(dlammah) didepan huruf dan ‘’I’’ (kasrah)dibawah
huruf.sedangkan syiddah
Usaha selanjutnya dilakukan pada masa Khalifah Abdul Malik ibn
Marwan (65-
68H). dua orang murid Abu al-Aswad al-Duali yaitu Nasar ibn
Ashim dan Yahya ibn
ya’mar memberi tanda untuk beberapa huruf yang sama seperti
‘’ba’’, ‘’ta’’, dan
‘’tsa’’.
Dalam berbagai sumber diriwayatkan bahwa ‘Ubaidillah bin Ziyad
(w. 67 H)
memerintahkan kepada seseorang yang berasal dari persia untuk
menambahkan
huruf alif (mad) pada dua ribu kata yang semestinya
dibaca dengan suara panjang.
Misalnya, kanat menjadi kanat. Adapun
penyempurnaan tanda-tanda baca lain
dilakukan
oleh Imam Khalid ibn Ahmad pada tahun 162 H.
Beberapa
bagian Al-Qur’an hanya disimpan dalam ingatan Nabi dan para sahabat.menyimpan
dalam ingatan adalah hal yang biasa terutama bagi bangsa dengan budaya moral
yang begitu menonjol , syair-syair Arab pra-islam juga dipelihara dengan cara
yang sama.Namun bukan tidak mungkin pula kalau sebagian besar ayat-ayat
Al-Qur’an telah ditulis orang dalam suatu format selama masih hidup Nabi.
Pada masa Muhammad tulis-menulis
merupakan suatu hal yang baru saja dikenal,hanya diketahui sejumlah kecil orang
dan masih dipandang sebagai keajaiban, sementara kebanyakan orang masih
memandang tulis-menulis sebagai sesuatu yang supranatural, kini diketahui bahwa
hal demikian bukanlah suatu pengenalan yang baru di Arabia. Ayat ini,dengan
ayat berikutnnya(QS.96:4-5),Juga secara harfiah berarti:”yang mengajarkan
dengan pena ,mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahuinnya’’, dan dapat
ditafsirkan :’’yang mengajarkan manusia dengan pena(yakni dengan kitab-kitab)apa-apa yang (sebaliknnya) tidak diketahuinnya
,’’serta dirujukan kepada tempat pertama wahyu-wahyu yang awal.Namun sekalipun
dengan penafsiran semacam ini,tulis menulis tetap dipandang sebagai sesuatu
yang baru dan menakjubkan.
Walaupun orang-orang awam di mekkah
masih buta tulis-menulis, namun bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa suatu
bentuk tulisan telah dikenal di Arabia selama berabad-abad. Terdapat
prasasti-prasasti dalam bahasa Arab selatan yang bertanggal jauh sebelum era
Kristen. Ada pula prasasti yang ditemukan didaerah barat laut Arabia dalam
abjad Nbatean,Lihyanik dan Thamudik yang berasal dari abad-abad yang mendahului
kehadiran Muhammad.Contohnnya yang paling awal adalah tiga sketsa kasar yang
tertera pada tembok suatu kuil di Siria,bertanggal sekitar 300 M,Sementara
empat buah prasati orang-orang Kristen yang berasal dari abad ke-6 telah pula
ditemukan.
Meskipun
bukti-bukti yang ditemukan ini kurang lengkap,namun orang dapat dibenarkan
mengemukakan dugaan bahwa ditempat-tempat tersebut tulis –menulis diatas bahan
yang lebih dari pantas telah dikenal orang ketika berbagai naskah ini
dibandingkan antara satu dengan
lainnya,tampak jelas bahwa perkembangan keterampilan tulis-menulis tersebut terasa
lamban dengan demikian,tidak memadai untuk penggunaan
inskripsional(tulis-menulis)
Memang jelas kalau disekitar Makkah
dan madinah belum pernah ditemukan diskripsi kuat ,namun makkah adalah kota
niaga,yang menggantugkan eksistensinnya pada perniagaan,dan dalam hubungan
dagang yang teratur dengan beberapa daerah dimana tulis-menulis sudah umum,
tentu saja para pedagang makkah memerlukan beberapa catatan
transaksinnya:dengan begitu,dapat dipastikan kalau tulis-menulis telah cukup
dikenal disana. Bukti-bukti tidak langsung dari Al-Qur’an memeperkuat pandangan
ini. Beberapa bagian Al-Qur’an penuh dengan tamshil yang bersuasana niaga,(vn)
dan menyiratkan penyimpanana catatan-catatan tertulis. Misal, hari pengadilan
adalah hari penghisaban, ketika kitab-kitab terbuka, dan ketika setiap orang
akan ditunjukkan catatan-catatannya, atau akan diberikan catatannya untuk
dibaca.
Riwayat yang diterima secara luas
dan dapat dibuktikan dalam berbagai sumber mengatakan bahwa’’pengumpulan
pertama Al-Qur’an dilakukan Zaid ibnu Tsabid dimasa ke khalifahan Abu Bakar(632-634).
Disitu terungkp bahwa Al-Qur’an tidak hanya dirangkit dari ‘’ingatan
manusia’’,tetapi juga dari kertas kulit atau lontar,lempengan batu,daun
palem,tulang belikat dan rusuk binatang,hamparan kulit dan lembaran papan,.
Riwayat demikian mungkin tidak ontentik. Disamping kesulitan memastikan
penanggalan (akan dibahas akan mendatang), juga kemungkinan besar riwayat
tersebut disebarluaskan oleh orang-orang yang bermaksud mengkontraskan
kemiskinan relative Muhammad dan sahabat-sahabatnnya dengan kemewahan materi
dimasa Umayyah dan masa awal Abbasiyah. Sudah jelas kalau benda-benda yang
disebutkan dalam riwayat tersebut terkadang dipakai pula untuk menulis (di Makkah
dan Madinah) sebagai mana diketahui beda tulis demikian hingga kini masih
dipakai kaum Muslimin Afrika Timur,jadi tidak ada alasan mengapa lontar tidak
digunakan secara umum di Makkah.
Untuk tujuan-tujuan memproduksi
buku, dunia Yunani dan Romawai kala itu, lontar telah diganti dengan semacam
kertas kulit dibuat dari kulit binatang yang lebih tahan dan memiliki permukaan
lebih baik.
Berlatar pada pengetahuan kita
tentang kadar tulis menulis serta bahan yang dipakai kala itu di makkah, kita
kembali kepada masalah apakah Nabi Muhammad bisa membaca dan menulis. Bagi kaum
muslimin, hampir merupakan dogma bahwa Muhammad tidak bisa membaca dan menulis.
Hal ini mempertinggi kemukjizatan Al-Qur’an
.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa
Al-Qur’an secara bahasa ialah kata Al-Qur’an
merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a” (membaca) sebagaimana
kata rujhan dan gufrhan. Sedangkan menurut istilah ialah Kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafat -lafat nya mengandung
mukjizat, membaca, mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan
yang ditulis pada mushaf, mulai awal surat Al-Fatihah sampai akhir surat
An-Nash.
Al-Qur’an
merupakan risalah Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk
pedoman hidup manusia dan juga sebagai mukjizatnnya serta sebagai bukti ke
Rasulannya. Dan sejarah penulisan Al-Qur’an seperti yang kita baca saat ini
merupakan atas kehendak para sahabat Nabi.
B. SARAN
Kita sebagai umat islam seharusnnya lebih giat untuk
membaca dan mengamalkan isi ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an.
Sebagaimana para sahabat nabi yang telah berupaya mengumpulkan,menuliskan,
serta merapikan susunan isi Al-Qur’an namun tidak merubah satu kata pun isi
ketika awal turun kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan
dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari
pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah yang selanjutnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Montgomery Watt, W. 1995. Pengantar Studi Al-Qur’an.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Shams Madyan, Ahmad. 2008. Peta Pembelajaran
Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. 2009.
Ilmu-ilmu Al-Qur’an (‘Ulum
Al-Qur’an). Semarang: Pustaka Riski Putra.
Anwar, Roshihon. 2012. Ulum AL-Qur’an. Bandung:
Pustaka Setia.
Dari uraian diatas diketahui jelas bahwa penulisan al quran sudah sempurna. Tapi mengetahui fakta sekarang banyak orang enggan membaca al quran. Lalu menurut anda bagaimana cara meningkatkan minat baca al quran?
ReplyDelete